Kakak Kelas (Revisi)

By saaaa_lalali

942 798 698

⏺ DILARANG KERAS PLAGIAT / JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN!!!⚠⚠ [Follow sebelum baca] "Antara aku dan dia, Yang mu... More

1
2
3
4
5
6
7

8

61 35 41
By saaaa_lalali

Typo bertebaran!

___

Pukul 14.00 siang. Renata sudah rapi dengan pakaiannya, tak lupa ia juga memakai makeup yang natural, ini tidak biasanya bagi Renata memakai makeup, dan alasannya memakai makeup karna dirinya akan melihat Vano bertanding basket, tentu saja dirinya harus terlihat cantik.

Dengen segera Renata menghubungi kedua temannya untuk segera berangkat sekarang, karena dirinya tak mau sampai terlambat sampai di lokasi. bukankah lebih baik menunggu lama dari pada terlambat?.

Renata menuruni tangga dengan terburu-buru, lalu dirinya langsung menuju ke kebun belakang rumahnya yang mana mamahnya sedeng berkebun di siang hari seperti ini.

"Mah!" Panggil Renata sambil berteriak.

"Kamu ini kenapa sih? Buru-buru amat," Tanya Ana sembari mengaduk pupuk.

"Mahh, Renata mau izin pergi nonton turnamen basket Sekolah aku, mah," Ucapnya sembari ikut jongkok Ana.

Ana menghentikan kegiatannya, lalu menolah keRenata." Tumben kamu pergi nonton basket?"

"I-tu mah, apa. Eeee, Renata mau nonton kak Va-no, lebih depatnya," gugup Renata.

Ana menghela nafas. "Kenapa sih, kamu itu kalo mamah kasih tau ngeyel benget,  mamah tu pengen kamu dapetin yang terbaik buat kamu. ternyata kamu masih berhubungan sama anak itu."

Renata menahan emosinya yang akan keluar. "Mah kebahagiaan aku juga karna kak Vano, mah! Ga ada yang laian," Bantahnya.

"Nak. dengerin mamah, memangnya Yano itu membalas perasaan mu? Enggak kan? Buat apa kamu pertehanin? Kamu cewek, ga pantas ngejar-ngejar cowok, sayang, " Jelas Ana sembari memegang tangan Renata.

"Vano mah bukan Yano." Koreksi Renata.

Ana memutar matanya malas. "Iya tau, gak tau lah, mamah!" Ucap Ana yang sebal.

Renata terkekeh. "Mamah kok bisa tau kalo aku yang ngejar-ngrjar kak Vano, terus kok tau juga kalo kak Vano belum suka sama aku?" Tanya Renata.

"Mck. Kamu ini, kaya ga tau mamah aja sih!" Kesal Ana sembari berjalan pergi ke dalam rumah.

Renata menepuk jidat nya. "Ohh iya, emak gue pasti kirim mata-mata di sekolah," Ucap Renata.

Renata segera berdiri dan berlari mengejar Ana yang belum terlalu jauh dari jaraknya. "Mahh, Kok pergi sih!" Teriaknya.

"Panas lah, kulit mamah bisa gosong kalo kelamaan di bawah sinar matahari, perawatan mamah itu mahal, ya!" Teriak Ana sembari berlari kencang ke dalam rumah.

Mereka berdua sudah di dalam rumah, tepatnya di meja makan. "Yampun, kulit mamah yang cantik ini jadi merah lagi!" Alay Ana.

"Lagian, mamah ngapain siang-siang berkebun?"

"Ya terserah ma-" Ucapan Ana terpotong oleh teriakan cempreng kedua temen Renata yang baru datang.

"Halo tante, apa kabar!" Sapa Sela dan Manda bersama.

Ana tersenyum hangat. "Baik kok, kaya yang kalian lihat."

"Oh ya, kalian ke sini, mau jemput Renata buat pergi ke pertandingan basket kan?" Tanya Ana sembari mencuci tangannya, yang kotor.

"Iya tente, bener banget." Jawab Manda.

"Mah, kalo gitu Renata pamit yah," Ucap Renata sembari mengulurkan tangannya untuk salim dan diikuti kedua temannya.

"Iya, kalian hati-hati."

"Kalo gitu kita berangkat mah. assalamu'alaikum," Ucap Renata.

Ana mengangguk. "Iya, waalaikumsalam."

Saat ini mereka bertiga sudah berada di dalam mobil dengan Manda yang mengemudi. Manda mengemudi dengan kecepatan tinggi. Renata dan Sela yang ada di dalam mobil itu rasanya ingin memukul kepala Manda dengan bata. Sepuluh menit, mereka sampai di lokasi, andai tidak ada lampu merah mungkin lima menit Manda akan bisa sampai di tujuan.

Sesampainya di lokasi, Renata dan Sela segera kelur dari dalam mobil, dengan keadaan Sela yang mabuk hingga muntah-muntah. sedangkan Renata berjongkok sembari menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan yang ia tempalkan di lutut. Benar, kepalanya saat ini sedang pusing, bahkan rasanya ia masih berada di dalam mobil dengan kecepatan mobil penuh.

Manda melihat kedua temannya sembari menghela nafas. "Alay amat dah lo berdua, pakek mabok lagi," Ucap manda tanpa ada rasa bersalah.

Setelah Sela mengeluarkan isi perut nya, ia langsung duduk di lesehan di tanah dengan bersandar pada ban mobil Manda. "Gue teler anjir, lemes," Keluh Sela sembari memejamkan kedua matanya.

Tiba-tiba secara bersamaan, Renata dan Sela menatap ke arah Manda dengan tatapan tajam keduanya. "Anjing lo, Nda! " Maki kedua nya secara bersamaan.

Hal itu membuat Manda tersentak, dan dirinya hanya menyengir. "Biar cepet nyampe kok, bestie," Cengir Manda sembari memberikan air minum ke-kedua temannya, dan dengan segera mereka berdua meminumnya.

Setelah merasa tenang dan kepala keduanya tak pusing lagi, mereka bertiga segera beranjak memasuki tempat pertandingan basket.

Setelah memasuki lapangan basket, mereka dibuat terkejut oleh banyak nya orang-orang yang sudah duduk rapi dikursi penonton.

"Buset, rame bener." Ucap Manda.

"Mck, nama nya juga turnamen basket. ya rame lah, kalo mau sepi pergi sana ke kuburan!" Sewot Sela sembari meneliti satu persatu orang yang ia lihat.

"Heh! Anjing, kok lo nyolot sih!" Sahut Manda dengan suara tinggi.

Renata melihat secara bergantian ke arah keduanya, lalu ia menghela nafas lelah. Taman nya ini sangat tidak tau tempat untuk berdebat. seharusnya mereka segera mencari tempat duduk bukan? Sebelum bangku penonton itu penuh terisi.

Tanpa permisi, Renata pergi meninggalkan keduanya yang masih saja ribut. Renata berjalan ke arah kursi penonton yang masih kosong dan langsung mendudukinya.

Dilihatnya sekitar arena lapangan basket, nampak di sana para pemain sedang melakukan pemanasan yang di bimbing para pelatih.

Mata nya meneliti dengan tajam ke arah para pemain basket dari SMA nya, ia mencari keberadaan seseorang yang membuatnya bersemangat datang ke turnamen basket ini.

Setelah menemukan keberadaannya , yang mana orang itu memunggungi para penonton dan tentunya Renata hanya bisa melihat punggung Vano dengan nomer punggung 7 itu.

Renata tersenyum manis sembari memperhatikan Vano pemanasan. selang beberapa detik, dimana momen yang paling ia tunggu-tunggu, Vano berbalik badan kearahnya, sungguh, Vano sangat tampan bahkan dirinya benar-benar ingin menghampiri Vano dan memeluknya. tapi dirinya takakan melakukan hal bodoh semacam itu, tentu saja itu hanya akan membuat dirinya malu sendiri.

Renata benar-benar memperhatikan Vano dengan teliti, matanya selalu bergerak seiring Vano berjalan. Saat yang bersamaan mata  keduanya saling bertubrukan, membuat keduanya saling pandang. degub jantung Renata berpacu kencang tidak normal.

Dengan segera Renata memberikan seulas senyum ke arah Vano, namun orang itu malah membung muka dan beranjak pergi menuju pelatih.

Senyuman yang terpancar dari bibir Renata pun pudar tergantikan oleh wajah penuh kecewa dan kesal.

Renata menghela nafas, "sakit hati gue, kak." Batinnya.

"Kawan macam apa lo, ha?!" Marah Manda, dan langsung mendudukkan dirinya di sebelah Renata.

Renata benar-benar terkejut dengan kehadiran manda secara tiba-tiba, untung dirinya tak punya riwayat jantung.

Renata rasanya ingin sekali menonjok muka Manda ini. Kenapa selalu sewot dan baperan coba, datang marah-marah ga jelas, dirinya harus tenang dan sabar mungkin saja Manda sedang datang bulan.

"Makannya ga usah ribut, datang-datang ngagetin pula," Dumel Renata.

"Tautu si Manda," Saut sela dengan muka betenya.

Renata memejamkan matanya, untuk meredakan emosinya. "lo juga Sela. sama aja! Jadi, diam aja yah?" Ucap Renata dengan nada halus yang di buat-buat nya.

Sela mengambil duduk di sebelah renata, yang mana Renata berada di tengah keduanya.

Renata melihat Sela membuka kripik kentang, ia memperhatikan Sela yang asik memakan kripik tanpa menawarinya, tanpa izin dirinya menyomot Kripik kentang itu dan melahapnya.

"Kok, Lo ga sama Bastian?" Tanya Renata sembari menyomot lagi kripik kentang.

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Iya?" Jawab Sela dengan gaya mulut yang monyong-monyong.

Kenapa dirinya harus memiliki teman seperti ini? Cobaan apa ini.

Hahahaha

Manda sudah tertawa kencang tanpa memperhatikan orang-orang disekitarnya yang melihatnya aneh. Bagaimana tidak, Manda tertawa sembari memukul-mukul udara.

Renata benar-benar malu, dirinya hanya ingin tenang sembari menonton pertandingan basket Vano pujaan hatinya, tapi nyatanya ketenangan tak berpihak padanya. Tungu! Menonton pertandingan basket?! Pertandingan nya sudah di mulai sepuluh menit tadi, Dan dirinya tak sadar!.

Renata benar-benar menangis dalam hati. "haiss, sial sekali gue, huwaaa... Mamah!"

Dari arah belakang mereka ada seorang cowok yang baru saja datang dan melompat ke kursi kosong sebelah Sela.

"Halo sayang, maaf yah lama," Ucap orang itu. dia adalah Bastian.

"Eh, ayang gapap kok," Ujar Sela sembari tersenyum cerah.

Manda berdiri dari tempat duduknya. "Gue toilet bentar ya, gays." Izinnya dan di angguki secara bersamaan oleh Renata dan Sela.

Mata Renata fokus ke arah lapan. Hampir satu jam pertandingan itu belum berakhir, dan ini adalah babak terakhir. Dimana, saat Vano sedang mendribel bola basketnya dan bersiap melompat untuk memasukan bola itu kedalam ring.

Jantungnya berdebar kecang bersamaan Vano melemparkan bolanya ke arah ring. matanya fokus kebola yang sedang melayang diudara itu. Dan yaa! Bola itu masuk dengan sempurna ke arah ring yang membut para penonton heboh, bahkan Renata pun reflek berdiri sembari berteriak-teriak.

Setelah beberapa lama pertandingan pun selesai dengan dimenangkan oleh Tim Basket SMA nya yang mencetak skor banyak.

Dengan segera Renata berlari kearah lapangan sembari membawa sebotol air putih, yang tentunya akan dirinya berikan ke Vano.

Saat dirinya sudah sampai di lapangan dan mata nya menangkap keberadaan seseorang yang akan ia berikan air menum. Ia langsung berlali menghampiri Vano dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya.

Namun, larinya terhenti akan kedatangan seseorang, yang tentu saja membuat nya terkejut. karna orang itu langsung berdiri tepat di depannya.

"Ren! Lo datang? Gue seneng banget, gue kira lo gak datang, ternyata datang beneran," Ucap Riski sembari tersenyum senang.

"Ehh kak? Emm, itu gue mau nyampe-" Ucapannya terpotong oleh ucapan Riski. "Iya, gue tau lo mau samperin gue kan? Dan lo juga mau ngasih air itu buat gue? " Serkas Riski dengan pedenya, dengan tangan menunjuk kearah botol minum. Lalu langsung menyerobot botol itu dan meminumnya.

Sungguh Renata benar-benar sial, dirinya benar-benar ingin menangis.

Dari arah belakang Riski, ada Vano yang menatap mereka berdua dengan wajah datarnya.

"Mck, dasar cewek. Tadi pagi bilangnya mau nonton gue, tpi sekarang?" Ujarnya sembari melipat kedua tangannya di dada. "Apa, kalo di depan gue lo bersikap seolah diri lo suka gue? Dan kalo di depan Riski lo juga seolah menyukai Riski? Dasar buaya betina." Dumelnya sembari berjalan pergi menjauh dari kedua sejoli itu.

"Siapa yang lo maksud buaya betina, Van?" Tanya Ibra. Yang kebetulan mendengar Vano mendumel.

"Emak lo!" Ketusnya dan beranjak pergi.

BUG

suara pukulan itu membuat para atensi orang-orang langsung kearah dimana orang itu memukul Vano. Wajah Vano yang memiring ke samping sembari tangannya memegangi rahangnya yang ngilu akibat tonjokan dari Ibra.

"Shit, bocah anjing!" Umpat nya dalam hati.

Tanpa memperdulikan Ibra yang sedang tersulut emosi, Vano langsung beranjak pergi dari sana dan tak lupa dirinya menatap Ibra tajam.

Vano berjalan ke arah tasnya yang berada di pinggir lapangan dan langsung menyampirkannya di pundak kanannya. Dirinya langsung melenggang pergi dari lapangan tanpa memperdulikan teman-temannya yang meneriaki namanya. Sungguh, mood nya sedang tidak baik-baik saja.

____

Vano memberhentikan sepeda montornya di grobak penjual gado-gado di pinggir jalan. Dirinya saat ini sangat lapar dan memerlukan asupan.

"Pak, gado-gado nya satu es teh satu," Ucap Vano Kepada sang penjual.

Vano membuka handphonenya dan membuka rom chet, banyak panggilan yang masuk dan itu semua dari Galang. Benar, dirinya lupa mengajak Galang pulang dia meninggalkan Galang di sana, tentu saja Galang pasti sedang mengumpatinya karna dirinya meninggalkan Galang sendiri.

Galang ilang
Online


Sorry gue cabut duluan
Nyusul aja, gue di jalan ***
Di pinggir jalan, di warung
Gado-gado.

"Mas, ini pesenan nya, silakan di makan mas," Ucap sang penjual sembari meletakkan pesanan ke meja.

"Iya Pak, makasih," Saut Vano ramah.

Selang beberapa menit Galang datang dengan montor besarnya dan memberhentikannya di sebelah montor Vano.

Galang duduk di sebalah vano. "Mck, bonyok tu wajah lo!" Ucapnya agak ngegas.

"Berisik! Gue laper."

"Lo kenapa sih? Kok bisa Ibra nonjok lo? " Tanya Galang dengan raut penasaran.

"Lo ga pesen?" Tanya Vano. Galang menghela nafas. "Pak, es jeruk satu."

"Jawab!" Perintah Galang.

Vano mengambil es dan meminumnya. "Pas gue ngomong, dasar buaya betina, Tiba-tiba si Ibra nyaut, Siapa yang lo maksud buaya betina, Van?, yaudah gue jawab, emak lo!, Tiba-tiba aja tu orang nonjok gue."

Hahahah

"Pantas saja tu orang nonjok lo, parah lo," Ucapnya sembari menghentikan tawanya.

Vano mendatarkan wajahnya dan tetap melanjutkan makannya, tanpa memperdulikan masalah tadi.

"Kok lo ga balas?" Tanya Galang.

"Gak penting! Diam aja lo, gue lagi makan!" Sahutnya dengan mulut yang masih mengunyah makanannya.

Es yang di pesan Galang pun sudah jadi, dan dirinya langsung menyeruputnya hingga menyisakan setengah. Galang meneliti para pembeli yang ada di warung gado-gado. Sungguh, warung ini lumayan ramai dengan pengunjung yang mungkin saja lapar.

Vano sudah menyelesaikan makannya, lalu dirinya menoleh ke arah Galang yang sedang bermain game di handphonenya. "Lang, ajarin gue pinter dong."

"Tumben amat mau belajar?" Tanya nya.

"Mau kaga sih lo ngajarin gue jadi pinter?" Tanya Vano dengan muka datarnya.

"Hemm, mau mulai kapan?"

"Kapan-kapan," Jawab Vano, lalu beranjak pergi menuju montornya.

Galang langsung beranjak dari tempatnya untuk menyusul Vano. namun, suara berat sesorang membuatnya tak jadi beranjak. "Mass, belum di bayar makanannya."

"Sial, Vano anak kadal!" Umpatnya kesal. lalu ia mengeluarkan dompetnya dan menyodorkan uang lima puluh ribu.

Tin...

Vano mengelakson Galang yang sedang menunggu uang kembalian, sungguh Galang benar-benar ingin mencakar wajah tengil Vano, untung Vano adalah temennya kalo tidak sudah dirinya tonjok habis-habisan.

"Sialan lo Vano! Awas aja lo besok, gue penggal kepala lo!" Ujarnya dengan menggebu-gebu.

____

Renta yang baru saja sampai dirumah hanya temenung di kamarnya dengan boneka bear yang berada di dekapannya.

"Kak Vano baik-baik saja kan? Pasti sakit habis di tonjok, apa gue harus ke rumah kak Vano? Buat mastiin keadaanya," Menolognya dengan raut cemas.

Renata merebahkan tubuhnya di ranjang dengan mata yang menelusuri atap-atap kamarnya. Dirinya bimbang, ingin ke rumah Vano tapi mamah nya bilang harus jaga rumah, bisa saja dirinya pergi begitu saja tanpa perlu izin mamahnya. tapi, saat mamahnya pulang nanti dan tak mendapatkan keberadaannya, tentu saja dirinya akan kena amukan sang nyai ratu.

Tok...Tok...Tokk

"Masuk aja!" Teriak nya.

"Dek, temenin abang ke bengkel yok," Ajak Gio yang berada di ambang pintu.

"Bang, nanti kalo kita ga ada di rumah, kalo mamah pulang bisa kena omel."

"Nanti abang izin, kanperginya sama abang gak sama siapa-siapa," Jelas Gio.

"Yaudah deh, bentar gue mau ganti baju dulu, bang! Lo tunggu luar, huss," Usir nya sembari melemparkan Gio dengan bantal.

"Mck, ya iyalah gue kelur, buruan ga pake lama," Ucap Gio dan langsung melenggang pergi.

Lima menit kemudian Renata sudah siap. dengan langkah lebar ia berjalan ke bawah yang mana ia melihat Gio sedang bermain dengan Titi.

"Bang, ayok."

"Titi bawa aja yah," Minta Gio sembari menggendong Titi layaknya bayi, kucing itu tidur di gendongan Gio.

"Enggak! Masukin kandang, kalo dibawa takutnya ilang, bang," Ucap Renata dengan wajah galaknya.

"Yaudah, lo duluan aja sana, tunggu di mobil," Perintah Gio sembari pergi ke kandang Titi, sedangkan Renata beranjak pergi ke mobil Gio yang terparkir di luar.

Saat ini Renata dan Gio berada di mobil sesuai ajakan Gio tadi. Gio melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, Renata sibuk meneliti sekitar yang banyak lampu-lampu jalan.

Malam ini benar-benar cerah. Bintang-bintang bertebaran indah di atas langit, bulan pun juga bersinar indah di langit malam. Renata membuka kaca mobil dan menyembulkan kepalanya keluar, ia menghirup udara malam ini dengan bibir yang tersenyum indah.

"Gimana, rasanya bisa jalan-jalan lagi sama abang?" Gio berucap sembari mengacak-acak rambut Renata. Renata mengangguk dengan senyum mengembangnya. memang benar, Renata jarang sekali bergi jalan-jalan bersama Gion. karna Gio yang sibuk oleh kuliahnya yang membuat Gio tidak bisa seperti dulu dimana saat Gio masih duduk di bangku SMA, yang selalu kelur jalan-jalan bersama dirinya.

"Abang, mau cilok itu!" Serkas Renata yang melihat keberadaan tukang cilok pinggir jalan itu, tak lupa tangannya menunjuk ke arah tukang cilok. Dengan segera, Gio menepikan mobilnya di dekat tukang cilok.

Renata membuka kaca mobilnya, lalu menyembulkan kepalanya keluar ke arah tukang cilok. "Bang, ciloknya sepuluh ribu yah!" Teriak Renata dengan antusias.

"Ok neng, di tunggu!"

Selang beberapa menit. Cilok pesanannya pun sudah datang, dengan segera Renata mengadahkan tangannya ke Gio yang membut sang empu geleng-geleng. Lalu Gio mengeluarkan uang pas yang langsung Gio tempelkan pada jidat Renata, Adeknya sudah brengut kesal tapi tetap di terima.

"Ini pak uangnya," Ucapnya sembari menyerahkan uangnya.

"Iya neng, makasih."

Gio pun sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Renata sibuk memakan ciloknya dengan wajah bersiri-seri saking enaknya rasa ciloknya. sesekali dirii menyuapkan cilok itu ke dalam mulut Gio, tentu saja abangnya menerima suapan itu dengan senang hati.

Bersambung,

Halo semua, mau nanya dong, ceritanya bagus gasih? Maaf kalo berbelit-belit🙏

Continue Reading

You'll Also Like

542K 44K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
627K 65.5K 39
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
4.9M 371K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
5.6M 240K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...