Gellan menatap tajam pesan yang baru saja ia kirim beberapa menit yang lalu, pesan yang masih sama dan tidak memiliki balasan. Laki-laki itu tertawa kecil ketika membayangkan sesuatu, apakah sekarang gadis itu sedang panik? Mengingat Elona yang ia kenal selama sebulan lalu, Gellan cukup yakin saat ini pasti Elona sedang melempar ponselnya.
Ketika mereka masih bersama, beberapa kali Gellan melihat Elona yang secara tiba-tiba melempar ponselnya. Hal itu dia lakukan ketika ia melihat sesuatu yang mengejutkan, seperti foto yang tidak pantas, berita aneh, dan pesan yang tiba-tiba muncul dari ponselnya, padahal itu pesan dari Dokter Eben, bukan orang lain.
Lalu darimana Gellan tahu nama dari akun Instagram Elona? Jawabannya adalah dia pernah meminjam ponsel gadis itu dan mengutak-atik nya, hehehe.
Gellan nakal yah.
"Kenapa lo senyam-senyum?" Hery bertanya heran.
Gellan mengetik sesuatu sebelum akhirnya menyimpan ponselnya kembali. "Gak ada."
"Habis balik dari kematian, lo agak aneh yah."
"Aneh gimana?" tanya Gellan.
Hery menatap Gellan serius, dahinya mengernyit. "Musim Semi lo datang yah?"
"Ha?" tanya Zain tidak mengerti.
"Ck, itulah musim jatuh cinta, nih anak lagi jatuh cinta." Hery kenapa kamu peka sekali, terkadang Gellan takut padanya.
Gellan hanya tertawa untuk menanggapi perkataan Hery.
"Bianva?"
Senyum Gellan langsung luntur.
Zain dan Hery menatapnya heran.
"Jangan sebut nama tuh cewek di hadapan gue." Sumpit kayu di tangan Gellan patah detik itu juga.
Zain dan Hery menelan Saliva-nya.
Mereka takut, huhuhuhuh.
Kalau bukan karena Elona, sudah sejak hari pertama Gellan menghancurkan Bianva dan Noel.
Sekarang tujuan Gellan cuma satu.
Ia harus membawa Elona kembali bersekolah. Gellan mengerti, tidak mungkin Elona baik-baik saja setelah kehilangan satu-satunya keluarganya, orang tercintanya, dan tujuan hidupnya. Gellan bisa saja menggantikan posisi Ares untuk Elona, namun jika hanya dia yang menganggap seperti itu, Elona tidak terbantu sama sekali.
"Lan, Lan, Lan mereka datang tuh."
Gellan tidak ingin melihatnya, bisa-bisa ia kehilangan selera makan.
Terserah, mau semua orang menganggapnya apa, Gellan juga tidak butuh mereka, dia bisa berdiri sendiri. Gellan tidak ingin lagi berpura-pura baik dan menganggap semuanya baik-baik saja hanya karena ia takut ditinggal sendirian, hanya karena takut ia tidak memiliki teman, memiliki sedikit teman lebih baik daripada banyak namun munafik.
Hery tiba-tiba menjerit.
Membuat Gellan dan Zain terkejut
"Lo kenapa?" tanya Zain.
"Ada semut yang gigit pantat gue!" serunya.
Gellan berdecak kesal. "Ada-ada aja lo, Bambang."
Hery permisi pergi, ia harus ke toilet untuk melihat kondisi bokongnya. Keadaan hening setelah kepergian Hery, fungsi Hery sangat besar untuk mencairkan suasana. Zain dan Gellan memiliki sifat yang hampir sama, mereka pendiam.
"Lan." panggil Zain.
"Hm," Gellan sibuk sekali dengan ponselnya.
"Lo ingat sama cewek yang jadi bahan Bullying Bianva gak?"
Gellan langsung menyimpan ponselnya. "Tahu." jawabannya secepat kilat. "Elona kan?"
"Nah dia." Zain menatap Gellan serius. "Waktu lo koma, gue sama Hery lihat dia jenguk lo, beberapa kali."
"Tahu," dia yang memintanya, mana mungkin lupa.
Zain menatapnya heran. "Lo ada hubungan apa sama dia?"
Sekarang Gellan bingung mau ngomong apa.
"Terus yang di foto itu, itu dia kan?"
Gellan mengangguk. "Iya."
Sebelum menjadi Ares, ternyata dia pernah berinteraksi dengan Elona.
Interaksi yang membuat Gellan mengerti.
Kenapa Elona takut padanya, selain dari fakta bahwa Gellan adalah pacarnya Bianva.
***
Noel menggeram kesal, sialan melihat laki-laki itu kembali hadir di kantin membuatnya mood nya hancur sejak kemarin. Bisa-bisanya ia selamat setelah kecelakaan yang cukup mengerikan, dia selalu memiliki nasib yang bagus.
"Lo sama Gellan udah putus kan?" tanya Bredy.
Bianva mengangguk. "Aku engga mau pacaran sama cowok brengsek."
"Banyak cowok yang lebih baik dari dia di sekolah kita, sih bangsat itu beruntung banget bisa selamat." Bredy menatap tajam Gellan yang sedang tertawa bersama teman-temannya.
Menyadari tatapan seseorang Gellan membalas tatapan Bredy, laki-laki itu tersenyum mengejek.
"Anjing," Bredy mengepalkan kedua tangannya. "Engga ada takutnya, dia kira dia siapa? Engga tahu kalau gue penguasa sekolah."
Noel diam.
Untuk sekarang ia tidak bisa sembarang menyentuh Gellan, perasaan saja atau tidak, sepertinya Gellan sedang menunggu dan merencanakan sesuatu. Kecelakaan yang dialami laki-laki itu adalah perbuatannya, ia yang menyebabkan Rem Motor Gellan tidak berfungsi di Cafe waktu itu, Noel sangat yakin, tidak ada yang mengetahui perbuatannya bahkan ia sudah merencanakan semuanya sesempurna mungkin.
Sialan, harusnya ketika laki-laki itu koma, ia suntikan saja racun.
"Kalian ada masalah apa sama dia?" tanya seorang teman Bredy.
"Huh, masalah? Banyak banget, dia nyakitin Bianva dan selingkuh di belakang."
Laki-laki dengan rambut pirang dan mata cokelat itu menatap datar Bianva. "Bukanya sama aja, adik lo jalan sama cowok lain waktu dia Koma."
"Lo bela dia karena lo mantan sahabat nya kan?" sindir Noel.
"Lihat aja kenyataan, jangan bawa masa lalu."
"Alasan," umpat Noel.
Laki-laki berambut pirang itu tertawa geli. "Emosional banget lo, pantes sih Bianva engga mau."
"Lo–" Noel tergerak, ingin menghajar laki-laki itu.
"Lo pada kalau mau berantam di sirkuit sana, jangan di sekolah." Bredy menegaskan, ia terlalu malas berurusan dengan BK. "Lo juga Siny, jangan mancing Noel."
Siny mengabaikan, ia sibuk bermain game.
"Aku kesal tahu, sih cewek bangsat hilang." Bianva tiba-tiba mendumel kesal.
"Jangan ganggu dia dulu," ujar Noel pada Bianva dengan lembut. "Adiknya mati."
"Yah kan bukan salah kita, tiba-tiba dia gitu." Bianva berujar tanpa merasa bersalah, dia tidak memiliki hati.
Noel menatap gadis itu lembut. "Iya, tapi untuk sementara jangan sentuh dia dulu." Dia tidak ingin terjadi sesuatu, secara tidak langsung mereka lah yang menyebabkan adik Elona meninggal.
"Kalian ngapain?" tanya Bredy, dia tidak tahu apa-apa.
Rencana waktu itu murni ide Bianva dan yang dibantu oleh Noel.
"Tidak ada," Bianva berujar santai. "Aku cuma ngundang dia ke Ultah aku bulan lalu." Pembohong.
Gadis yang menjijikkan.
Itu lah pandangan Siny tentang Bianva.
"Gue cabut," Siny pergi.
Dia adalah teman Gellan sejak SMP, namun hanya karena sebuah kesalahpahaman Gellan membencinya dan memilih untuk tidak bersama dengannya lagi. Siny tidak terlalu peduli dengan apapun, yang ia inginkan hanyalah seorang teman, makan sendiri itu tidak enak.
"Lo kenapa sih ngizinin dia masuk kelompok kita?" tanya Noel.
Bredy tersenyum miring. "Lo gak tahu seberapa kuat keluarga Siny, dia tuh anak mafia." Keluarga Siny sering terlibat dengan bisnis-bisnis ilegal dan berbahaya.
"Gue kesal liatnya," Noel melempar alat makan nya, dia benci cari Siny melihat Bianva.
Seperti melihat sebongkah sampah.
***
Loh Bianva kan memang sampah bang Noel, kamu tukang pemulung nya, ngutip dia di pinggir sungai.
Hahahaha 🤣
Maaf yah aku menghilang.
Aku lagi stuck say.
Maaf juga part nya dikit.
Mungkin cerita ini memiliki part yang lebih panjang dari After Ending dan Crazy.
Seeeee u.
Yah part yang tidak penting dan bermutuh huhuhu.
Maaf kalau ceritanya bosanin.
Maaf kalau partnya engga penting.
Maaf kalau alurnya lambat hiks.
Maaf yah say.
Aku juga bakalan lama up huhuhu.
Aku lagi riset, cara buat Elona balik sekolah dan semangat untuk menjalani aktivitas nya.
Agak susah nentuin alasannya.
Terima kasih sudah membaca 😘