DYNASTY || CHANGLIX

By naka_lana

7.3K 836 589

[WARN! BXB] [ABO Universe Versi Kalana] [SELESAI] Ketika sebuah penolakan menjadi kerusakan yang ditanggung o... More

Bab. I
Bab II
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
Bab X
Bab XI 'Penantian'

Bab III

592 77 37
By naka_lana


















.....

"Arah adalah mata hari adalah satu."

.....

















│DYNASTY



















Brugh.

Felix meletakkan tas dengan sedikit di banting di lantai kamarnya. Bukan karena sedang marah atau apa, ia hanya lelah setelah berlatih memahan hampir seharian. Jika Jisung tidak memanggilnya untuk makan siang, mungkin Felix akan tetap berlatih hingga sore atau bahkan malam.

Ini sudah berselang tiga hari dari hari dimana ramalan itu muncul. Setelah mengetahui takdir yang di dapat, tangis haru menyelimuti seluruh pack. Chan dan Seungmin tak luput dari rasa bahagia yang tak terkira.

Bahkan setelah tiga hari berlalu pun, euforia itu masih terasa. Namun karena hari ini adalah hari terakhir untuk Felix dan Jisung di pack mereka, suasana terasa lebih tenang dan sedih.

Seperti sudah menjadi kebiasaan. Setelah ramalan itu muncul dan takdir sudah di gariskan, maka pihak omega harus pergi ke pihak alpha untuk memberikan kabar mengenai ramalannya.

Seharusnya Felix dan Jisung pergi bersama dengan Chan dan Seungmin. Namun, karena Chan masih memiliki urusan yang perlu di selesaikan, Felix dan Jisung di utus untuk pergi lebih dahulu. Seungmin jelas akan tinggal bersama Sang Alpha dan menyusul setelah urusan matenya selesai.

Tok. Tok. Tok.

"Felix-ah, boleh aku masuk?"

Felix hanya mengangkat kepalanya dan memertahankan posisi berbaringnya. Ia menatap kearah pintu kamarnya yang baru saja di ketuk.

"Masuklah, Jisung-ah." ucap Felix, sebelum kembali menjatuhkan kepalanya. Sepertinya ia benar-benar tidak kuat hanya untuk sekedar mengangkat kepalanya.

Cklek.

Jisung memasukkan kepalanya untuk melihat keberadaan saudaranya itu. Ia hanya menghela napas panjang ketika mendapati Felix yang tengah berbaring di tempat tidurnya dengan kaki yang menyentuh lantai.

"Kau akan tidur seperti itu, Felix-ah?" tanya Jisung sembari menghampiri Felix yang tidak bergeming dari posisinya.

"Aku terlalu lelah untuk berpindah posisi. Biarkan aku tidur seperti ini." jawab Felix. Nada suaranya bahkan terdengar lemah karena mulai mengantuk.

"Kau akan bangun dengan sakit di seluruh badanmu, Felix-ah. Bangun dan tidur dengan benar."

Jisung memukul pelan paha Felix untuk memintanya bangun. Felix hanya bergerak seadannya dan berpindah posisi yang di rasa Felix sudah benar. Jisung lagi-lagi hanya bisa menghela napas.

"Kau akan tidur disaat kita akan berangkat sebentar lagi?" Jisung bersandar di dinding dan melipat tangannya di dada.

"Apa?! Kita akan berangkat malam ini?" Felix segera bangun dan menatap Jisung dengan wajah terkejutnya.

"Iya. Wilayah Pack Blood Moon itu jauh dari sini. Jika kita berangkat pagi hari, kemungkinan besar banyak orang buangan yang akan merampok. Itu bisa menjadi penghalang perjalanan kita."

"Tapi, bukankah jika berangkat malam hari akan semakin besar kemungkinan orang buangan itu muncul?"

"Tidak seberesiko saat matahari sudah bersinar. Kau tau sendiri, Felix-ah. Kita tidak bisa menggunakan wujud wolf untuk sementara waktu karena ramalan itu membuat Eira dan Asa tertidur."

Felix paham akan hal itu. Setelah mereka menyayat tangan dan meneteskan darah kedalam air suci, bersamaan dengan itu inner wolf keduanya tertidur untuk sementara waktu. Tidak ada yang tau sampai kapan inner wolf keduanya tertidur.

"Apa kita hanya akan pergi berdua saja, Jisung-ah?" tanya Felix. Rasa mengantuknya menghilang menguap begitu saja.

"Tidak. Ada lima orang yang akan pergi bersama kita. Kau mengenal dekat salah satu dari mereka, Felix-ah."

"Siapa?" Felix mengernyitkan dahinya.

"Eric. Kau berteman dekat dengannya, kan?" Jisung mengangkat sebelah alisnya. Felix yang mendengar nama Youngjae di sebut, seketika merubah raut mukanya menjadi datar.

"Kenapa ayah memintanya untuk ikut?"

"Tidak, ayah tidak memintanya. Eric sendiri yang mengajukan dirinya untuk ikut. Itu yang kudengar."

Felix hanya menghela napas panjang. Ia sedang tidak ingin bertemu dengan Youngjae. Setelah kejadian di tempat persenjataan, Felix tidak ingin berurusan dengan Youngjae sama sekali.

Dan sekarang, Youngjae ikut dalam perjalanan ke barat. Itu perjalanan panjang yang tidak bisa di tempuh hanya dalam waktu satu atau dua jam tanpa wujud wolf. Itu artinya Felix akan bersama dengan Youngjae selama perjalanan.

"Kau kenapa? Apa ada masalah antara kau dan Eric?" tanya Jisung yang melihat perubahan raut muka saudaranya itu.

"Hanya masalah kecil." jawab Felix, singkat.

"Masalah kecil, tapi wajahmu terlihat seperti kau tidak ingin bertemu dengannya." celetuk Jisung.

Felix hanya melihat sekilas kearah saudaranya sebelum membuang muka kearah lain. Ia tidak ingin membahas hal itu lebih jauh lagi. Dan meskipun ia tidak bercerita apapun pada Jisung, saudaranya itu pasti bisa tau dengan sendirinya hanya dari melihat raut wajahnya.

Tok. Tok. Tok.

"Tuan Reese, Tuan Ace. Alpha sudah menunggu di ruang pertemuan."

Suara penjaga dari balik pintu kamar Felix terdengar. Felix dan Jisung saling melempar pandangan. Perjalanan mereka akan dimulai dalam waktu yang tidak lama.


















│DYNASTY


















Ruang tengah terlihat cukup ramai dengan beberapa orang yang ada disana. Chan dan Seungmin terlihat berdiri berhadapan dengan Felix dan Jisung. Si kembar dari Pack Silver Stone sudah siap untuk pergi malam ini.

"Jaga diri kalian baik-baik. Perjalanan kalian cukup panjang untuk sampai ke wilayah Blood Moon." ucap Chan pada dua putranya.

"Baik, ayah. Kami akan saling menjaga dengan baik." Jisung mengulas senyumnya. Diikuti oleh Felix sembari menganggukkan kepalanya.

"Maaf, ayah tidak bisa pergi bersama dengan kalian." Chan merasa sangat bersalah.

"Tidak apa, ayah. Kami mengerti kalau ayah masih ada urusan disini." Felix tersenyum lebar untuk menenangkan ayahnya.

"Felix-ah, Jisung-ah," Seungmin berjalan mendekati si kembar kemudian memeluk keduanya secara bergantian.

"Ibu berdoa agar kalian sampai dengan selamat. Sebenarnya ibu tidak tega untuk melepas kalian pergi sendiri. Tapi, waktu untuk pergi tidak bisa di ulur lagi." Seungmin menatap sedih Felix dan Jisung bergantian.

"Ibu tidak perlu khawatir. Kami pasti bisa menjaga diri dengan baik. Kami berjanji, kami akan sampai di wilayah Blood Moon dengan selamat."

"Iya, ibu. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk saling menjaga satu sama lain. Ada lima orang yang akan ikut pergi bersama kami. Mereka pasti bisa mengantar kami sampai tujuan dengan selamat."

Mendengar perkataan Jisung dan Felix, Seungmin bisa sedikit merasa lega. Meski belum sepenuhnya tenang, setidaknya ia bisa lebih tenang melepaskan kepergian dua putranya itu.

"Baiklah. Sudah saatnya kalian untuk pergi." ucap Chan sembari berjalan kearah Seungmin dan merangkulnya.

"Baik, ayah."

Felix dan Jisung sedikit membungkuk untuk berpamitan pada Chan dan Seungmin. Mereka berjalan keluar dari ruang tengah bersama dengan lima orang yang sudah di tugaskan. Langit malam terlihat menyambut tujuh orang itu ketika keluar dari kediaman Sang Alpha.

Felix dan Jisung saling menatap dan menganggukkan kepalanya. Mereka berjalan kearah gerbang besar yang menjadi pembatas kawasan desa dengan hutan belantara di luar sana. Gerbang itu perlahan mulai terlihat jelas sampai mereka benar-benar berdiri di depannya.

Greek.


Gerbang itu terbuka lebar. Pohon-pohon yang menjulang tinggi dan terlihat sangat lebat, sudah menyambut mereka. Meski masih berada di wilayah Silver Stone, hutan belantara itu terlihat begitu lebat seperti tidak pernah terjamah. Hal itu di karenakan hanya sebagian kecil hutan yang biasa digunakan untuk berburu.

"Silahkan ikuti saya, Tuan Reese, Tuan Ace. Saya akan memimpin jalan untuk kalian." ucap seorang yang paling tua di antara tujuh orang itu.

Felix dan Jisung mulai berjalan mengikuti satu orang di depan mereka. Dua orang berjalan beriringan dengan si kembar dan sisanya berada di belakang. Salah satunya adalah Youngjae, yang kini berjalan di belakang Felix.

Felix terlihat tak begitu acuh dengan keberadaan Youngjae di belakangnya. Ia terlihat fokus dengan perjalanan ini dari pada dengan orang yang ikut dalam perjalanan. Sedangkan Youngjae? Ia terlihat menatap punggung Felix dengan wajah sendunya.



















│DYNASTY




















Entah sudah berapa lama tujuh orang itu berjalan untuk membelah hutan. Mereka masih terus berjalan dengan tenang di kegelapan hutan. Hanya dua lentera yang menerangi jalan mereka.

"Apakah suasana malam di hutan Silver Stone setenang ini?" celetuk Felix sembari melihat sekelilingnya.

"Iya. Sisi hutan yang jarang di lalui memang setenang ini. Tapi, jika sudah berada di wilayah netral, mungkin tidak akan setenang ini, Tuan Ace."

"Aku ingin sekali pergi ke wilayah netral, tapi ayah selalu melarangku dengan alasan berbahaya."

"Apa yang di katakan oleh Alpha memang benar, Tuan Ace. Wilayah netral adalah wilayah bebas yang bisa di katakan wilayah untuk orang-orang dari pack buangan. Mereka selalu berbuat onar dan merampok siapapun yang mereka temui. Itu terlalu berbahaya untuk sekedar berjalan-jalan di sekitar wilayah netral."

"Karena itu aku ingin pergi kesana. Aku ingin menguji kemampuan memanahku." ucap Felix.

"Wilayah netral bukan sebuah tempat latihan, Tuan Ace. Itu benar-benar sangat berbahaya." sahut Youngjae. Felix hanya memutar malas matanya. Raut wajah yang sebelumnya antusias menjadi berubah datar.

"Apa kita akan melewati wilayah netral, Sora?" tanya Jisung pada si paling tua yang memimpin jalan.

"Iya, Tuan Reese. Wilayah netral cukup luas dan menjadi wilayah yang memisahkan wilayah pack-pack lainnnya."

"Apakah wilayah netral tidak bisa di ambil alih?"

"Selama hampir beribu-ribu tahun lamanya, tidak ada yang mencoba untuk mengambil alih wilayah netral. Seperti memang wilayah itu sengaja di sediakan untuk mereka yang dibuang dari pack atau yang terlahir tanpa pack."

Jisung hanya menganggukkan kepalanya. Dulu ketika kecil, Chan pernah memberitahu mereka untuk tidak pergi jauh dari area hutan Silver Stone. Bahkan beberapa penjaga rumah di tugaskan untuk mengawasi mereka ketika bermain.

Itu di karenakan Felix dan Jisung sewaktu kecil sangat ingin tahu dengan hal yang membuat mereka tertarik. Pernah satu waktu ketika penjaga lengah, mereka pergi ke wilayah hutan Silver Stone.

Felix dan Jisung masih terlalu kecil saat itu untuk berjelajah di hutan sendirian. Sampai membuat mereka menjadi incaran wolf yang tengah berburu karena salah mengira jika keduanya binatang kecil. Beruntung penjaga bisa menyelamatkan mereka dan membawanya pulang ke desa.

Setelah kejadian itu, Felix dan Jisung benar-benar di larang untuk pergi keluar sebelum cukup kuat. Chan juga membuatkan dua putra kembarnya itu sebuah hutan kecil di halaman belakang agar mereka masih bisa bermain dengan aman.

Kruuukkk.

"Ah, aku lapar. Apakah kita tidak bisa beristirahat dulu untuk makan, Sora?" minta Felix dengan wajah memohonnya. Perutnya sudah berbunyi untuk minta diisi karena sebelum berangkat, Felix belum sempat memakan makan malamnya.

"Saya akan mencari tempat yang aman untuk beristirahat, Tuan Ace."

Mereka kembali berjalan dan tak jauh dari sana ada sebuah pohon besar. Mereka memilih untuk beristirahat di bawahnya. Felix dan Jisung duduk dan mulai mengeluarkan bekal milik mereka.

Sedangkan lima orang yang lainnya terlihat berjaga di sekitarnya. Tidak ada yang tau kapan bahaya akan muncul. Sekalipun ini masih di wilayah Silver Stone. Keselamatan dua putra Alpha Silver Stone ini lebih penting dari pada apapun.

Tes. Tes.

"Apa akan hujan?" tanya salah seorang yang merasakan tetesan air mengenai bahunya.

"Sepertinya tidak. Langit di atas terlihat sangat cerah." ucap temannya sembari mendongak kearah langit yang menampakkan bintang yang bertaburan.

"Tapi kenapa ada air yang menetes?"

"Aku juga merasakannya. Tapi tidak ada tanda-tanda akan hujan."

"Kalian diamlah. Mungkin hanya embun dari pohon besar ini. Jangan terlalu di pikirkan." ucap Youngjae, menghentikan obrolan temannya itu.

Mereka kembali berjaga. Melihat sekelilingnya dengan teliti. Felix dan Jisung menyelesaikan acara makan mereka. Keduanya berdiri dan kembali bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

"Dari mana asalnya tetesan air ini? Sejak aku makan, ada air yang menetes dari atas." eluh Felix sembari menepis bajunya untuk menghilangkan sisa-sisa airnya.

"Hanya air, Felix-ah. Itu tidak akan membuatmu terluka." sahut Jisung. Ia menepuk-nepuk bahunya yang juga terkena tetesan air.

Setelah selesai dengan urusan perut si kembar, akhirnya perjalanan di lanjutkan. Mereka semua berjalan pergi meninggalkan pohon besar itu. Tanpa menyadari ada seringaian lebar di atas pohon yang gelap itu. Kedua mata tajamnya juga terlihat menatap kepergian tujuh orang itu.



















│DYNASTY


















"Hooaamm. Kenapa rasanya mataku berat sekali?"

Felix menggosok matanya yang terasa berat. Rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya sekarang. Sekalipun ia memang kelelahan karena latihan siang tadi, Felix masih bisa terjaga untuk perjalanan ini. Tapi entah kenapa matanya terasa begitu berat.

"Hoaamm. Badanku terasa sangat lelah."

Hal yang sama juga di alami oleh Jisung. Ia beberapa kali terlihat menguap dan mencoba menahan matanya. Sepertinya semua juga merasakan hal yang serupa. Lima orang lainnya juga terlihat mulai mengantuk dan wajahnya terlihat lelah.

"Aneh sekali. Biasanya melakukan perjalanan seperti ini tidak sampai membuatku mengantuk dan selelah ini. Tapi kenapa rasanya badan ini sangat berat untuk berjalan?"

"Benar. Aku seperti ingin tidur sekarang. Ini tidak seperti biasanya."

"Aku rasa ada yang aneh, Sora." celetuk Youngjae yang juga dalam kondisi tak jauh berbeda dari yang lainnya. Sora mengangguk setuju.

"Sepertinya ada sesuatu yang membuat kita selelah ini." timpal Sora dengan wajah yang lebih lelah.

"Ggrrhhhh."

Suara geraman itu membuat tujuh orang segera waspada. Mereka mencoba mencari dari mana sumber suaranya. Sampai akhirnya segerombol wolf mulai menampakkan diri di depan mereka.

"Sial. Bagaimana mereka bisa muncul di saat seperti ini?" Sora mulai memasang posisi siaga. Empat orang lainnya segera berdiri di depan Felix dan Jisung untuk melindungi mereka.

"Serahkan barang berharga milik kalian."

"Kami tidak memiliki barang berharga. Pergilah!" teriak Sora.

"Hmm, sepertinya mereka berdua cukup berharga untuk kalian." Wolf itu menatap kearah Jisung dan Felix yang terlihat setengah sadar.

"Aku tidak akan memberikan apapun padamu."

"Kalau begitu, biar aku yang akan merebutnya dari kalian." Wolf itu mulai menyerang.

"Lindungi Tuan Ace dan Tuan Reese!" teriak Sora sebelum berubah menjadi wolf.

Tiga orang lainnya segera berubah menjadi wolf dan membantu Sora melawan wolf bandit itu. Youngjae segera menarik Jisung dan Felix pergi dari sana. Ia mendorong pelan si kembar untuk bersembunyi di balik pohon besar.

"Tuan Ace, Tuan Reese, tetaplah disini. Jangan keluar sebelum semua aman." ucap Youngjae.

Youngjae segera berlari dan berubah wujud menjadi wolf. Ia bergabung dengan yang lainnya untuk melawan para wolf bandit itu.

Ckraak!!

Krekk!!

Pertarungan di antara keduanya tak bisa di hindarkan lagi. Mereka mulai menyerang, menggigit, mencakar. Membuat luka di tubuh lawannya.

Sraakk!

Luka robekan cukup besar terlihat di beberapa tubuh wolf Silver Stone. Meski begitu, mereka juga bisa melayangkan serangan yang cukup membuat pemimpin wolf bandit itu kewalahan dengan luka gigit cukup dalam di bahunya.

"Pack Silver Stone memang hebat. Meski sudah terkena efek dari racun tidur, kalian masih bisa sekuat ini."

Perkataan wolf itu membuat Sora dan yang lain terkejut. Mereka teringat dengan tetesan air ketika mereka berhenti di bawah pohon besar. Ternyata itu racun tidur yang sengaja di teteskan oleh para bandit ini.

"Tapi, akan sampai kapan kalian bisa melawan efeknya?"

Wolf itu kembali menyerang dengan brutal. Sora hampir terkena serangannya namun bisa menghindar dengan cukup baik. Sayangnya tenaga yang dimilikinya perlahan mulai melemah. Efek dari racun itu benar-benar terasa menyiksa di saat-saat seperti ini.

"Aaauggg!!"

Serangan wolf bandit itu kali ini benar-benar serius. Tiga wolf sudah di habisi oleh mereka. Hanya tersisa Sora dan Youngjae. Mereka sudah terpojok dengan banyaknya luka dan tenaga yang hampir habis.

Eric, kau bisa mendengarku?

Sora mencoba menghubungi Youngjae dengan pikirannya. Terlalu beresiko jika menyusun rencana dengan wujud wolf mereka. Berbicara dengan pikiran adalah satu-satunya cara untuk saling berkomuniksi tanpa di ketahui oleh musuh.

Iya, Sora. Aku bisa mendengarmu.

Bagus. Dengarkan aku baik-baik. Kita tidak punya banyak waktu lagi. Kau, bawa Tuan Ace dan Tuan Reese pergi sejauh mungkin dari wilayah netral. Aku akan mencoba menahan mereka disini.

Kau gila, Sora?! Lukamu sudah sangat parah! Kau kalah telak dengan mereka!

Tidak ada cara lain lagi, Eric! Keselamatan Tuan Ace dan Tuan Reese adalah yang utama. Sekalipun aku mati disini, aku tidak akan merasa menyesal. Cepat bawa mereka pergi! Ini perintah!

Baiklah. Aku harap kau bisa bertahan, Sora.

Wolf Youngjae segera berlari kearah Jisung dan Felix. Ia menyambar Jisung dan Felix dengan cepat. Membawanya dalam gigitan taring wolfnya untuk pergi sejauh mungkin.

"Aaauuugggg!!"

Raungan itu adalah tanda jika Sora sudah berusaha sekuat tenaga untuk menahan wolf bandit itu. Wolf Youngjae tak ingin menoleh kebelakang. Ia harus terus berlari untuk menyelamatkan Felix dan Jisung.

Suara geraman di belakang sana juga mulai terdengar. Wolf bandit itu mulai berlari untuk menyusul Youngjae. Ia terus berlari melewati pohon-pohon lebat itu.

Dan entah sudah seberapa jauh wolf Youngjae berlari. Ia berhenti tiba-tiba dan melepaskan Jisung dan Felix dari taringnya. Youngjae kemudian bertukar menjadi manusia lalu menghampiri si kembar.

"Tuan Ace, Tuan Reese, maaf kalian harus pergi sendiri setelah ini. Kalian hanya perlu pergi lurus menyusuri hutan. Aku akan disini untuk menahan wolf bandit itu." ucap Youngjae.

"Tapi, bukankah itu berbahaya? Kau tidak akan bisa menahan mereka sendirian." ucap Felix. Wajahnya terlihat begitu khawatir.

"Aku sudah memiliki rencana untuk itu. Sekarang cepatlah pergi dari sini. Waktu kalian tidak banyak sebelum wolf itu sampai disini." pinta Youngjae.

"Tapi-"

"Cepatlah, Felix! Tidak ada waktu lagi! Aku akan menyusul kalian nanti, aku berjanji!" teriak Youngjae.

Felix terdiam sejenak sebelum mengangguk dan mulai membantu Jisung untuk berdiri. Efek racun itu juga memengaruhi keduanya. Hanya dengan saling berkerja sama, mereka bisa pergi dari sana.

Felix dan Jisung berusaha sekuat tenaga untuk berlari menjauh. Felix sesekali menoleh kebelakang untuk melihat Youngjae. Youngjae masih disana menatap kearah mereka.

Kedua netra Felix tidak lepas dari temannya itu. Sampai ia melihat Youngjae mengangkat tangannya yang tengah memegang sesuatu. Felix tau itu. Ia sangat tau apa yang tengah di pegang oleh Youngjae saat ini.

"Young-"

Blaaaaarrr!!!

Mata Felix melebar melihat ledakan besar di depan matanya. Iya. Youngjae melepaskan bom bersamaan ketika wolf bandit itu mendekat kearahnya. Ia menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan untuk membunuh wolf bandit itu.

"Felix-ah, kita harus pergi dari sini. Jangan membuat pengorbanan Youngjae dan yang lain sia-sia." ucap Jisung.

Felix masih belum berkutik di tempatnya. Keduanya matanya bahkan sudah mengalirkan air mata. Jisung tidak ada pilihan lain selain menarik saudaranya itu. Mereka harus segera pergi dari tempat itu menuju ke tempat yang lebih aman.



















│DYNASTY




















Felix dan Jisung terlihat masih berjalan menyusuri hutan. Keduanya saling berangkulan untuk tetap memertahankan keseimbangan masing-masing. Meski sudah berjalan cukup jauh, mereka tidak tau apakah mereka masih aman atau tidak.

Sekarang saja, keduanya tidak tau sedang berada dimana. Mereka hanya terus berjalan lurus seperti yang sudah di katakan Youngjae. Berbicara mengenai Youngjae, Felix masih diam dengan wajah blanknya.

"Felix-ah, kita istirahat disini dulu, ya?" ucap Jisung sembari mendudukkan Felix di atas batu yang cukup besar.

Jisung menyeka keringat di dahinya. Rasa lelah sudah tak bisa tertahankan. Meski ia sudah tak merasa mengantuk lagi, tapi tubuhnya masih terasa begitu lemas.

"Jisung-ah, apa Youngjae akan menyusul kita?" tanya Felix masih dengan wajah blanknya.

Jisung yang mendengar pertanyaan saudaranya hanya bisa terdiam. Ia sangat tahu bagaimana hubungan antara Felix dan Youngjae. Meski dirinya tak begitu dekat dengan Youngjae, tapi Jisung tahu Youngjae adalah teman yang baik.

Felix dan Youngjae selalu menghabiskan waktu bersama untuk berlatih. Mereka saling mengajari satu sama lain. Hal itu membuat keduanya menjadi teman dekat sampai sekarang. Meski Jisung merasa ada sesuatu hal yang akhir-akhir ini membuat Felix dan Youngjae menjadi renggang.

"Jisung-ah," panggil Felix lagi. Jisung sedikit tersentak ketika tangan dingin Felix menyentuh tangannya.

"Felix-ah, tanganmu dingin sekali." Jisung panik sembari menggenggam tangan Felix yang terasa dingin.

"Jisung-ah, aku..." Felix terlihat mulai kehilangan kesadarannya.

"Felix-ah, kau baik-baik saja? Kau bisa mendengarku?"

Jisung semakin panik melihat Felix yang terhuyung dan jatuh di pelukannya. Ia benar-benar kehilangan kesadarannya dengan suhu badan yang sangat dingin. Jisung panik. Ia tidak tau harus melakukan apa untuk menolong saudaranya di tengah hutan lebat seperti ini.

"Fel-"

Suara Jisung tiba-tiba tercekat ketika indra penciumannya mencium aroma wangi yang samar. Baunya tercium samar, tapi bukan berarti Jisung tak mengenalinya. Ia tau aroma bunga apa itu meski ia jarang melihat bunganya, tapi ia pernah mencium aromanya.

Bau ini... Tuberose. Bagaimana bisa bunga itu ada di sini?

Aroma wangi itu mulai tercium semakin kuat. Tenggorokan Jisung mulai terasa tercekik. Kepala Jisung mulai berputar dan pandangannya mulai memburam. Aroma wanginya sangat kuat sampai bisa membuat kesadaran Jisung mulai menipis.

Sebelum benar-benar kehilangan keadarannya, Jisung melihat ada seseorang yang berjalan kearahnya. Tangan Jisung berusaha menggenggam erat tangan Felix yang sudah tak sadarkan diri.

Sosok itu berperawakan tinggi dengan rambut panjang berwarna putih. Jisung tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya. Hanya bayangan dalam pandangan kaburnya, sosok itu berdiri di depannya.

Jisung mencoba mengatakan sesuatu, namun hanya tertahan di tenggorokannya. Kesadarannya sudah semakin menipis. Sampai akhirnya Jisung jatuh tak sadarkan diri dengan kepala yang mendarat di tangan sosok itu.

Sudut bibir orang itu perlahan terangkat dan menampilkan senyuman lebar. Jari-jari lentiknya mengusap pelan pipi Jisung yang jatuh tak sadarkan diri di tangannya. Sosok itu sedikit membungkuk dan mendekat kearah Jisung. Surai putihnya terjatuh beberapa helai ketika ia membungkuk.

Cup!

"Kau milikku sekarang."



















│DYNASTY


















"Eumhh."

Felix perlahan mulai membuka matanya. Ia melihat sekelilingnya yang temaram dan lembab. Udara yang basah dan pencahayaan yang tidak terlalu terang. Hanya ada satu tempat yang seperti itu.

"Hei, lihat. Dia sudah bangun."

Suara itu terdengar sebelum suara langkah kaki berjalan mendekat pada sel penjara Felix. Felix sedikit mendongakkan kepalanya untuk melihat dua orang yang ada di balik jeruji besinya.

"Apa yang harus kita lakukan padanya?"

"Kita tidak memiliki hak apapun untuk melakukan sesuatu padanya. Ketua hanya meminta kita untuk tetap menjaganya di dalam sana."

"Membiarkannya begitu saja? Ck! Tidak asik sama sekali. Seharusnya ada yang bisa kita lakukan selain hanya diam menjaganya seperti ini."

"Jangan pernah coba-coba melakukan sesuatu pada tahanan ketua, jika kau tidak ingin terkena akibatnya. Ketua hanya meminta kita untuk menjaganya, jadi diam dan menurutlah. Hari ini ketua sedang melakukan ritual. Diam dan tidak membuat onar adalah pilihan yang terbaik."

"Ck! Kau sangat tidak asik."

Felix hanya terus memerhatikan dua orang yang kemudian berjalan menjauh dan kembali duduk di tempatnya. Ia masih tidak mengerti dengan kondisinya saat ini. Tersadar di dalam penjara dengan dua orang yang menjaga.

"Reese. Reese dimana?" lirih Felix. Ia teringat dengan Jisung yang tidak terlihat bersamanya. Felix mencari di sekitarnya dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Jisung.

"Jika kau mencari sosok dengan wajah mirip tupai itu, dia tidak ada disini." celetuk salah satu dari penjaga itu.

"Dimana? Dimana saudaraku?" Felix beringsut mendekat ke jeruji besi. Ia sangat berharap jika dua penjaga itu akan memberitau dirinya mengenai keberadaan Jisung.

"Mungkin sudah menjadi tumbal untuk ritual hari ini. Ketua bahkan terlihat sangat senang ketika melihatnya. Seperti menemukan harta yang sangat berharga. Aku sendiri heran, apa yang membuat pemuda itu sangat berharga di mata ketua."

Felix menatap nanar. Tangannya yang berada di tanah, mengepal dengan erat. Menggenggam tanah, yang tecampur dengan serpihan besi berkarat, dengan sangat kuat. Serpihan itu menusuk tangannya dan membuat darahnya perlahan menetes di tanah.

Sriiingggg!

Seberkas cahaya muncul dari tetesan darah Felix di tanah lembab itu. Setiap tetes darah yang jatuh, maka cahaya yang muncul akan semakin bersinar sangat terang.

"Akh! Cahaya silau apa ini?!"

"Sial! Mataku sakit!"

Dua penjaga itu mencoba menghalangi kedua matanya dari cahaya silau itu. Namun itu terasa seperti sia-sia. Cahaya itu seperti menembus tangan dan kelopak mata mereka. Tetap menyerang kedua mata hingga membuat mereka sangat kesakitan.

"Akh! Mataku!"

"Aku tidak bisa melihat. Semuanya tiba-tiba gelap."

"Aku buta! Argh!"

Dua penjaga itu duduk di tanah dengan darah yang mengalir di kedua mata mereka. Tangisan darah itu menunjukkan kedua mata mereka yang sudah kehilangan fungsinya.

Brangg!

Pintu jeruji besi itu terlempar dan menghantam dinding lorong penjara itu. Felix berjalan keluar dengan tangan yang masih menggenggam tanah penjara. Ia berdiri di depan dua penjaga itu dan menatap dingin kearah mereka.

"Aku melepas kalian dari kematian. Namun, kebutaan abadi adalah penghukuman kalian."

Suara Felix terdengar mengalun lembut. Namun tidak di telinga dua penjaga yang kini terlihat bergetar ketakutan. Tangan mereka terlihat menumpu di tanah dengan kepala yang tertunduk, seperti memberikan hormat pada sosok Felix di depan mereka.

"Tetaplah disini. Jangan keluar apapun yang kalian dengar nantinya."

Felix melangkahkan kakinya pergi dari sana. Kedua matanya sudah berubah warna menjadi biru. Aura yang terpancar juga terlihat berbeda. Itu terasa menenangkan untuk yang berhati baik sekaligus mengerikan untuk yang berhati jahat.





















│DYNASTY




















Srekk.

Srekk.

Srekk.

Suara kaki yang berjalan dengan sedikit di seret, menjadi pembelah kesunyian di tengah Hutan Fantasi itu. Bunga-bunga indah yang berada di sekeliling mulai menurunkan mahkotanya ketika sosok itu berjalan melewatinya.

Hutan Fantasi adalah hutan milik Pack Wild Flower. Pack yang terkenal karena kehidupan mereka yang nomaden dan tidak banyak orang yang tau dimana pastinya tempat mereka tinggal.

Pack Wild Flower memiliki kemampuan memanipulasi musuh dengan aroma bunga dari Hutan Fantasi. Iya, bunga-bunga yang tumbuh di hutan ini berbentuk aneh, namun cantik dan dibaliknya memiliki aroma yang bisa di gunakan untuk memanipulasi musuh.

Srekk.

Srekk.

Suara langkah kaki itu masih terdengar membelah hutan. Aura yang menguar disekitarnya membuat apapun yang dilaluinya mulai merendahkan diri seakan menunduk dan memberikan hormat padanya.

"Di malam ini. Kita semua berkumpul untuk melakukan ritual yang sudah kita tunggu-tunggu."

Suara sorak sorai terdengar di ujung sana. Langkah kaki Felix mulai mendekat pada rumunan. Sosok bersurai panjang warna putih itu terlihat berdiri di tengah dengan sesosok lain yang terbaring di atas meja batu.

Itu Jisung.

"Kita akan mendapatkan kekuatan luar biasa setelah mengorbankan anak ini."

Zreesszz!

Felix mengepalkan tangannya dengan erat. Tanah penjara masih di genggamnya dengan darahnya yang terus menetes di setiap langkah kakinya. Api juga mulai terlihat menyulut sekeliling Felix. Aura yang ia keluarkan mampu membakar sekitar tanpa harus menyentuh.

"Ketua!"

Teriakan itu terdengar ketika Felix berhasil sampai di dekat tempat upacara. Semua yang ada disana terkejut dan mulai berkumpul di dekat sosok bersurai putih itu.

"Apa yang kau lakukan pada hutanku?" geram sosok itu dengan menatap kearah belakang Felix. Dimana api mulai menjalar di pohon-pohon yang lain.

"Apa yang kau laku-"

Set!

Felix mengangkat tangannya kedepan. Sosok bersurai putih itu terlihat sedikit mengernyitkan dahinya. Felix memutar tangannya yang terkepal kearah atas dan perlahan membukanya, memerlihatkan tanah yang sudah bercampur dengan darahnya.

"Apa yang akan kau lakukan dengan segenggam tanah tak berguna itu?" ejek sosok bersurai putih itu dengan pandangan meremehkan.

Felix tidak menjawab apapun. Ia hanya sedikit memiringkan tangannya hingga membuat satu butir tanah kecil terjatuh dari sana dan menghantam tanah.

Blaarrrr!!

"Apa ini?!"

Semua terlihat sangat panik ketika suara dentuman keras bersamaan dengan getaran hebat mengguncang Hutan Fantasi itu. Sosok bersurai putih itu menatap semuanya dengan tatapan tak percaya. Ia juga terlihat panik dengan apa yang baru saja terjadi.

"Apa yang kau lakukan pada hutanku?!" Ketua Pack Wild Flower terlihat sangat panik dan marah.

"Kembalikan apa yang bukan milik kalian, maka pembebasan akan kalian dapatkan." ucap Felix dengan suara lembutnya yang terdengar menggema di seluruh pejuru Hutan Fantasi.

"Ketua! Sepertinya kita harus mengembalikan anak ini. Jika tidak, kita semua pasti akan mati."

"Benar, ketua. Sebaiknya kita tundah saja ritualnya."

"Tidak! Anak ini adalah pengorbanan yang sebenarnya! Kita akan menjadi kuat setelah mengorbankannya."

"Tapi, ketua."

"Tidak ada tapi! Ini semua untuk Pack Wild Flower. Kita akan semakin kuat dengan pengorbanan ini!" sentak ketua Pack Wild Flower itu pada bawahannya.

"Hei, pirang! Jika kau bisa mengambilnya, aku akan memberikan dia padamu." tantangnya dengan menatap sengit Felix.

"Jika itu pilihan kalian, maka aku akan mengambilnya dengan tanganku sendiri."

Felix membalikkan tangannya. Tanah itu terjatuh dengan perlahan bagai terkena efek slow motion. Felix melangkahkan kakinya dan dalam sekejab sudah berada di samping si surai putih.

"Aku ambil kembali apa yang menjadi bagianku."

Sedetik kemudian, Felix kembali mundur dengan Jisung yang sudah berada di gendongan punggungnya. Ia menatap lurus pada si surai putih.

"Aku tau sekarang. Kau adalah orang itu. Kejayaanku sekarang sudah berakhir." ucap si surai putih.

Tanah yang di genggamnya sudah berjalan sejengkal dari tanah Hutan Fantasi. Hanya tersisa sedikit lagi dan-

Blaaaaaaarrrr!


Felix melangkah mundur sedetik sebelum suara dentuman keras itu. Hanya satu langkah namun dirinya sudah melesat jauh dan keluar dari Hutan Fantasi yang terbakar hebat disana. Felix menatap kobaran api itu dengan netra birunya.

"Hukuman untuk yang menentang alam adalah binasa. Kembalilah di kehidupan selanjutnya dengan hal yang lebih baik." ucap Felix sebelum seberkas cahaya berpendar di dadanya dan menghilang dengan cepat.

Deg!

Brugh!

"Hahh hahh hahh. Apa yang hahh hahh te-terjadi?"

Felix jatuh terduduk dengan nafas yang memburu. Ia seperti kehilangan fungsi paru-parunya untuk sejenak sampai membuatnya harus mengais oksigen sebegitu rakusnya. Felix menoleh kearah kanannya dimana Jisung menumpukan kepalanya di bahu dengan kedua matanya yang masih tertutup.

"Jisung-ah?" panggil Felix. Ia menurunkan Jisung dengan perlahan dan membaringkannya di atas rumput.

"Jisung-ah, apa kau bisa mendengarku?"

Felix mencoba memeriksa kondisi Jisung. Denyut nadinya masih terasa meski itu samar-samar. Ia tidak tau harus melakukan apa pada Jisung. Tenaganya pun tiba-tiba terkuras habis. Ia sangat lelah dan kepalanya terasa berat.

"Hahh hahh Ji-sung hahh hahh a-aku hahh,"

Brugh!

Felix jatuh di samping Jisung. Napasnya masih terputus-putus. Pandangannya mulai memburam. Namun sebelum kesadarannya menghilang, ia melihat ada tiga siluet orang yang datang kearah mereka. Dan kedua mata Felix tertutup sepenuhnya.




















TBC

















Let's Meet The Cast!

Christhoper Chan Bang and Spirite Wolf 'Vasant'

Ellard Seungmin Bang and Spirite Wolf 'Ilory'

Continue Reading

You'll Also Like

64.9K 6.9K 39
YAOI AREA⚠⚠⚠ Ateez Couple : √Minsang √JoongHwa √Woosan √2Ho No spoiler :) Start : 11 april 2020 Finish : 6 September 2020
6.4K 867 9
Hidup Felix sendiri memang begitu monoton sampai ia bertemu sosok sang pemuda Hwang dengan Jaket kulit dan senapan di balik celananya. Hyunlix Agent...
402K 29.5K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
1.7M 65.1K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...