S U G A R M O M M Y

By mymoonbooster

64.1K 4K 1K

Jeon Jung Kook (21) membutuhkan biaya kuliah dan biaya rumah sakit sang ibunda yang sedang jatuh koma. Hingga... More

Pengantar
CAST
Hutang Keluarga
Tergoda [M]
Nama Lain [M]
Kartu Nama
Remuk Redam
Membutuhkan Waktu
Peliharaan
Ingin Bertemu
Bom Waktu
Menjual Harga Diri [M]
Ancaman Tersukarela [M]
Tidak Tahu Diri
Obsesi Seok Jin
Lelah [M]
Posisi Bercinta[M]
Terhina
Bayi yang Merajuk [M]
Kabur
Sesuatu yang Berharga
Pengakuan
Menantang [M]
Protektif
Gertakan
Goyah
Melampaui Batas
Siput Laut [M]
Pagi yang Berbeda

Ciuman Berbeda [M]

2.1K 126 24
By mymoonbooster

WARNING!

Ada kata-kata vulgar. Mohon kebijaksanaannya.

Ada yang masih ingat  work ini ga ya? Semoga belum lupa :')

Jangan lupa vote and komen ya cinta!

.

.

𝓂𝓎𝓂𝑜𝑜𝓃𝒷𝑜𝑜𝓈𝓉𝑒𝓇 𝓅𝓇𝑒𝓈𝑒𝓃𝓉,

【S】【U】【G】【A】【R】

【M】【O】【M】【M】【Y】

.


.

.

.




Mulut Jung Kook tak dapat berhenti menganga. Baru kali ini Jung Kook menginjakkan kaki di hunian semewah ini. Apartemen tipe penthouse yang eksklusif dan mewah. Tak hanya dibalut dengan interior yang elegan dan klasik. Terdapat pula balcony yang luas serta akses lift pribadi. Semua yang biasanya hanya dapat dilihat pada layar televisi, kini hadir tepat di depan mata.

"Minumlah" Joo Hyun mendatangi Jung Kook yang sedang duduk di sofa. Ia menyodorkan minuman anti pengar kepada laki-laki itu.

Jung Kook mengangguk. Sembari menelan habis minuman anti pengar, ia bertanya-tanya. Awalnya Jung Kook sangka Joo Hyun akan membawanya ke hunian pribadi. Ia sempat khawatir jika suami Joo Hyun akan memergoki mereka. Perasaan was-was yang mendera itu pun berangsur mereda saat ia tidak menemukan satu foto keluarga pun yang nampak. Yang terpajang di dinding hanyalah lukisan bunga liar di ruang tamu. 

"Noona, menetap disini?" tanya Jung Kook setelah menghabiskan satu botol minuman anti pengar. 

"Tidak." Joo Hyun tersenyum tipis. "Tempat ini adalah pelarianku." 

"Pelarian?" Jung Kook tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Joo Hyun. Wanita itu lari dari siapa? Namun belum sempat bertanya lagi, wanita itu sudah menarik tangannya untuk melintasi ruang utama. Mereka menuju ke arah kamar mandi.

"Mandilah" 

Jung Kook menelan ludah mendengar perintah Joo Hyun. Tentu saja ia memang harus membersihkan diri. Badannya benar-benar bau alkohol. Tapi, bisakah Joo Hyun tidak menatapnya dengan binar mengingini seperti itu? 

"Noona, bolehkah aku meminjam pakaian?"

Joo Hyun menggeleng. Tubuh wanita itu mendekati Jung Kook dengan sensual. "Apa perlu mengenakan baju jika kau akan berakhir telanjang dihadapanku?" goda Joo Hyun.

Kali ini Jung Kook menelan ludah dengan susah payah. Otaknya tiba-tiba membeku.

Joo Hyun mencubit pipi Jung Kook dengan gemas. "Mandilah. Handuk dan baju ganti ada di dalam. Tidak perlu tegang begitu. Tenang saja, aku tidak akan memintamu untuk melakukannya malam ini."

Joo Hyun kemudian menjauh. Ia meraih handphonenya untuk menelepon seseorang. Dan di sana Jung Kook masih berdiri canggung. Dipandangnya punggung Joo Hyun dengan ekspresi tidak mengerti. 

Jung Kook mengusap wajahnya dengan kasar. Jung Kook tahu betul, sedari awal Joo Hyun sangat begitu mendambakannya. Namun mendadak Joo Hyun berkata tidak ingin bercinta. Benak Jung Kook merasa gelisah. Apakah kejadian hari ini membuat Jung Kook menjadi tidak begitu menarik di mata Joo Hyun?

Pemuda itu menghela nafas gusar. Ia berupaya meredam kekhawatiran dan memutuskan untuk masuk ke kamar mandi. 

Kamar mandi yang berlapis marmer dan kayu itu membuatnya terhenti sejenak untuk memandang. Ukuran kamar mandi milik Joo Hyun lebih luas dibandingkan ruang utama di apartemen tuanya. Jung Kook heran, kenapa Joo Hyun tinggal sendirian di apartemen sebesar ini untuk sebuah pelarian. Siapa yang Joo Hyun hindari? Apakah sang suami?

Pemuda itu menggelengkan kepala. Mencoba mengusir pertanyaan-pertanyaan di dalam kepala yang mengganggunya. Ia pun kembali beranjak untuk mencari pakaian ganti dan handuk.

Jung Kook tidak melihat pakaian ganti dan handuk kering tergantung. Sehingga ia berinisiatif untuk membuka laci kayu. Namun yang ditemuinya adalah tumpukan lingerie dan pakaian dalam Joo Hyun. 

Tangannya bergerak. Meraih salah satu celana dalam Joo Hyun yang nampak familiar. Warna hitam dengan hiasan renda bunga. Ingat betul jika desainnya sama seperti yang Joo Hyun pakai di malam panas mereka saat itu. Jung Kook menciumnya. Bahkan wanginya masih sama seperti parfum Joo Hyun. 

Jung Kook tak menyangka celana dalam yang nampak manis tersebut dapat terlihat sensual ketika Joo Hyun memakainya. Kulit seputih susu milik Joo Hyun berpadu dengan warna hitam memang sangat cantik. Ia jadi penasaran, bagaimana rupa pakaian dalam warna lain di tubuh Joo Hyun? Ah wanitanya itu sangat menawan, tentu warna apapun akan nampak indah saat Joo Hyun kenakan.

Wanitanya? Tiba-tiba Jung Kook merasa malu oleh pikirannya sendiri. Padahal ia bukan siapa-siapa di hidup Joo Hyun. Wanita itu sudah memiliki segalanya. Kekayaan, martabat juga seorang suami yang akan rela memuaskan hasrat. Joo Hyun pun dapat dengan mudah mencari laki-laki lain untuk diajak bercinta. 

Jung Kook tahu betul jika Joo Hyun adalah seorang ahli di atas ranjang. Pasti Jung Kook bukanlah laki-laki pertama maupun satu-satunya untuk Joo Hyun.  Mungkin 'pelarian' yang Joo Hyun maksud adalah bergumul dengan laki-laki lain dibelakang suaminya. Mana mungkin Joo Hyun menikmati kesendiriannya di apartemen seluas ini? Jung Kook berani bertaruh. Wanita ayu itu sudah terbiasa membawa laki-laki asing di tempat ini. Dan cepat atau lambat Joo Hyun akan mudah melupakan Jung Kook jika menemukan laki-laki lain yang ia sukai. 

Tapi bagaimana dengan Jung Kook? 

Bagi Jung Kook, Joo Hyun adalah yang pertama dan satu-satunya. Ia sudah terlanjur jatuh hati dalam binar mata dan kulit selembut sutra milik sang juwita. Desah wanita itu bak mantra yang meracaukan degup jantungnya. Jung Kook bahkan tidak tahu bagaimana cara menghapus nama sang pujaan yang sudah terpatri dalam dada. 

Jung Kook sadar, ia hanyalah hiasan mungil di sudut rak. Yang akan diraih jika Joo Hyun ingat. Dan akan diganti jika sudah jengah. Oh, rasanya kesal sekali memikirkan jika Joo Hyun suatu saat benar-benar merasa bosan dan meninggalkannya.

Jung Kook tersenyum pahit. Realita itu menampar relung hati. Ia pun menaruh kembali celana dalam Joo Hyun. Menutup laci pertama lalu memutuskan mencari handuk dan baju ganti di laci yang lain. Begitu menemukannya di laci ketiga, ia langsung melucuti pakaiannya sendiri.

Setelah memastikan suhu air panas yang keluar dari air pancuran, Jung Kook pun mulai membilas tubuhnya. Tadinya ia berharap dengan mandi maka pikiran akan menjadi tenang. Sial. Nyatanya air suam yang menimpa kulit justru membuat Jung Kook lebih berhasrat.

Seberapa kuat pun Jung Kook menetralkan isi kepala. Seberapa keras pun akal sehat menghardik benak. Yang terbayang hanyalah kehangatan Joo Hyun yang melingkupi tubuhnya. Bibir Joo Hyun mencumbu lehernya dengan nafsu. Tangan wanita itu membelai dadanya dengan menggoda.

Imajinasinya meliar.

Siapa sangka jika pernyataan datar Joo Hyun yang sedang tidak ingin bercinta itu melukai perasaan Jung Kook. Membuatnya kini benar-benar merindu pada sentuhan Joo Hyun. 






"Kau sudah selesai?" Joo Hyun baru saja selesai menghapus make up saat Jung Kook keluar dari kamar mandi dengan berbalut kaos hitam. 

"Noona?" Jung Kook tertegun saat mendapati Joo Hyun hanya mengenakan jubah mandi. Sungguh wanita itu benar-benar penggoda ulung. Bagaimana bisa ia berkata tidak ingin bercinta, namun hanya mengenakan sehelai kain? Joo Hyun bahkan tidak mengikat jubah mandinya dengan benar. Begitu percaya diri menyuguhkan belahan dadanya di depan mata Jung Kook. 

"Bunny, kemarilah" Joo Hyun duduk kemudian menepuk tepi ranjang.

Jung Kook menuruti perkataan Joo Hyun. Ia berusaha mendekat, namun karena gugup ia duduk lebih jauh. 

Joo Hyun menangkap kegelisahan dari wajah Jung Kook. Ia sangka Jung Kook masih kaget dengan kehadirannya yang muncul tiba-tiba dan bertindak sangat kasar di club tadi.  "Mendekatlah. Aku tidak akan menggigitmu."

Percayalah, Jung Kook tidak keberatan jika Joo Hyun benar-benar menggigitnya. Tapi saat ini Jung Kook lebih mengkhawatirkan degup jantungnya yang tengah berpesta pora. Serta hormon seksualnya yang tengah berkecamuk. Ia takut tidak dapat mengontrol nafsu berahinya. Terlebih lagi, saat ini ia benar-benar sangat mengingini wanita itu.

"Bukan begitu. Hanya saja-" Jung Kook menunduk terdiam. Tidak tahu bagaimana cara mendekte perasaannya dengan gamblang. 

Joo Hyun tersenyum. Sejujurnya, ia lebih menyukai laki-laki yang lebih ekspresif dan garang. Laki-laki yang tanpa segan menggendongnya ke kamar mandi untuk bercinta. Ataupun menghentak miliknya dengan kasar dan membara. Jung Kook jelas bukan tipikal laki-laki seperti itu. Dia terlalu hati-hati dan lebih banyak terkesan malu-malu. Tapi anehnya, sikap Jung Kook yang masih konservatif itu justru sangat menarik di mata Joo Hyun.

"Pasti sakitkan?" Joo Hyun kemudian meraih tube salep di atas meja. Ia tahu kejantanan Jung Kook mungkin terluka karena kelakukan kasar wanita jalang di club tadi. Sehingga saat Jung Kook mandi, Joo Hyun menelepon Seulgi untuk memesan obat anti iritasi. 

"Turunkan celanamu"

Jung Kook tertegun. Ah, benar. Ia pernah melihat salah satu adegan di video dewasa. Pasangan itu menggunakan cairan pelumas untuk melicinkan alat vital sehingga mempermudah penetrasi mereka. Jung Kook duga, Joo Hyun merasa tidak terpuaskan karena merasa kurang basah saat mereka bercinta. Apakah secara implisit Joo Hyun sedang mengolok-oloknya?

"Kenapa lagi sekarang? Kenapa diam begitu?"

Jung Kook menatap Joo Hyun dengan serius "aku tidak mau". 

Jung Kook memiliki harga diri yang ingin ia jaga. Meskipun masih minim pengalaman. Ia yakin bisa memuaskan Joo Hyun tanpa bantuan apapun. Joo Hyun juga pernah berkata ukuran miliknya sudah sangat pas. Itu artinya ia hanya perlu memperpanjang durasi pemanasan saja bukan?

Sementara itu, Joo Hyun tidak mengerti kenapa menurunkan celana menjadi hal yang sulit bagi Jung Kook. Para laki-laki yang tidur bersamanya bahkan rela menurunkannya terlebih dahulu sebelum Joo Hyun minta. Toh Joo Hyun juga tidak bermaksud untuk melakukan hubungan seksual dalam keadaan yang rentan akan iritasi. Ia hanya ingin merawat Jung Kook.

"Bagaimana jika iritasi?" 

Jung Kook menunduk. Ia pikir maksud Joo Hyun adalah milik Joo Hyun yang akan menjadi iritasi akibat permainan Jung Kook yang  tidak ahli. Jung Kook juga belum menguasai titik-titik sensual Joo Hyun. Ia jadi takut jika Joo Hyun tak terpuaskan dan memilih untuk meninggalkannya. Padahal yang Joo Hyun maksud sedari awal adalah mengobati luka Jung Kook. 

"Aku hanya menyuruhmu menurunkan celana. Kenapa sulit sekali?"

 Akhirnya, dengan sedikit manyun Jung Kook menurunkan celananya. Memperlihatkan kejantanannya yang lesu seperti raut wajahnya.

Joo Hyun pun duduk di samping Jung Kook. "Oh, aku benci sekali karena jalang itu membuat mu terluka. Aku menjadi tidak bisa bercinta denganmu." keluh Joo Hyun saat melihat kulit kemaluan Jung Kook yang kemerahan dan lecet.

"Jadi itu alasannya?" ujar Jung Kook salah tingkah. "Aku pikir Noona tidak menyukaiku lagi."

"Jika tidak menyukaimu lagi, mana mungkin aku merawatmu, Bunny."

"Ternyata itu obat?" gumam Jung Kook. Demi apapun Jung Kook malu karena berpikir yang tidak-tidak. Apa yang ada dipikirannya? Semenjak kapan isi kepalanya selalu perihal hubungan seksual? Joo Hyun benar-benar sudah berhasil mencuci otaknya.

Joo Hyun tidak memperhatikan wajah Jung Kook yang sudah bak kepiting rebus.  Ia membungkuk lalu dengan hati-hati mulai mengoleskan salep.

Jung Kook menggigit bibir. Jemari Joo Hyun begitu hangat dan lembut saat menyentuh miliknya. Ia merasa pertahannya akan runtuh dengan cepat.

Sungguh Jung Kook juga tidak ingin berpikir berlebihan. Hanya saja, hormon tertosteron Jung Kook sudah berkobar sedari tadi. Dan saat ini tanpa disadari Joo Hyun. Wanita itu tengah menaburkan bensin di atas kobaran itu.

Sekarang sangat wajar bagi Jung Kook jika sentuhan sederhana saja kini terasa bagai percikan kembang api yang dapat membangunkan miliknya dalam hitungan detik. Namun tidak dengan Joo Hyun. Joo Hyun pasti merasa aneh jika itu terjadi. Wanita itu akan menuduh Jung Kook seorang lemah dan maniak. Jung Kook tentu tidak ingin.

Kepala Jung Kook terasa pening untuk memperjuangkan sang logika agar tetap terjaga.  Mengalihkan pikirannya dengan berhitung penjumlahan dan pengurangan dalam benak. Ia bahkan mencoba menyanyikan lagi anak-anak Baby Shark di dalam kepalanya. Oh Tidak. Bahkan sekarang ia tidak ingat lagi seperti apa lirik lagu Baby Shark yang benar.

Joo Hyun merasai kulit Jung Kook yang menjadi lebih panas. Ia mendongak. Didapatinya Jung Kook tengah memalingkan muka dan menahan nafas. Satu tangan laki-laki itu sibuk menutupi wajah yang memerah. Tangan Jung Kook yang lain menggenggam seprei ranjang kuat-kuat. 

Joo Hyun mendapati Jung Kook sangat lucu ketika berusaha menahan gairah. Ia lantas tersenyum nakal. Kemudian, mulai menggenggam keperkasaan Jung Kook dengan gerakan lebih seduktif. Telunjuknya menggelitik daerah sensitif. Sesekali meniupinya dengan nafas hangat.

Jung Kook terkejut mendapati rangsangan yang begitu luar biasa bagai bom atom baginya. Ia membuka matanya lebar-lebar. "Oh, tidak. Noon-nha." Jung Kook melihat bagaimana posisi mulut Joo Hyun yang begitu dekat di pangkal paha. Shit!  Wanita itu jadi terlihat seperti sedang mengulum miliknya.

"Cukup!" Jung Kook menangkap tangan Joo Hyun. Joo Hyun tergemap oleh kekuatan lengan Jung Kook yang tiba-tiba. Laki-laki itu mengerahkan otot-ototnya. Dengan cepat menarik tubuh mungil Joo Hyun hingga terangkat dipangkuan. 

Jung Kook meremas jubah mandi Joo Hyun. Satu-satunya pelindung tubuh Joo Hyun itu pun merosot begitu mudah dari pundaknya. 

"Kau tidak tahu bagaimana sedari tadi aku susah payah berusaha menahannya agar tidak bangun. "Jung Kook terengah. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Joo Hyun. "Jangan menggodaku lagi. Saat ini aku benar-benar sangat terangsang."

Joo Hyun dapat merasakan hela nafas Jung Kook yang tidak beraturan di kulit lehernya. Ia bahkan dapat mendengar jantung pemuda itu berdetak kuat dan kencang. Laki-laki itu sedang mati-matian menahan nafsu libido.

Sayang, alih-alih dapat mengontrol pikiran. Jung Kook akhirnya menyadari bahwa Joo Hyun saat ini setengah telanjang di pangkuannya. Ia pun dapat merasakan payudara Joo Hyun yang tak tertutupi apa pun itu menekan dada. Jung Kook serta merta ingin mengutuk tangannya sendiri. Kenapa ia menarik tubuh mungil Joo Hyun kearahnya?!

"Noona, maaf.ujar Jung Kook sungkan sembari mengendorkan pelukan. Menunjukkan kemaluannya yang tengah berdiri dengan lantang tergencat di antara tubuh mereka" Sudah bangun. Sudah tidak bisa diselamatkan lagi."

Kelakuan Jung Kook yang penuh kejutan itu membuat Joo Hyun tidak sanggup menahan tawa. "Astaga kau benar-benar lucu."

Baru kali ini Jung Kook melihat ekspresi wajah lugu Joo Hyun yang memancarkan keceriaan. Ia terpesona oleh mata Joo Hyun yang menyipit riang kala bibirnya tengah merekah indah. Wajah Joo Hyun yang tanpa menggunakan riasan itu memberikan sentuhan lembut. Rasanya seluruh tulang di raga Jung Kook meleleh. Kekeh manis wanita itu membuat Jung Kook ingin menghentikan waktu.

"Noona, ingat aturan pertama yang kau pernah katakan padaku?" 

"Hmm?" Tawa Joo Hyun mereda. Namun ia belum bisa mencerna dengan baik perkataan Jung Kook. "Kenapa?" 

"Sepertinya aku akan melanggarnya"

Jung Kook pikir ia mungkin sedang mabuk. Ia bahkan tidak mengerti bagaimana tangannya dapat berinisiatif untuk meraih wajah Joo Hyun. Pun tanpa ragu mencumbu bibir wanita itu. 

Joo Hyun terperanjat kala Jung Kook mendadak menarik tengkuk dan menciumnya. Ia terbiasa mendapati ciuman sensual. Tak arang dihiasi dengan permainan lidah. Tapi kali ini ciuman Jung Kook terasa berbeda.

Joo Hyun takjub oleh perasaan yang hangat dan mendebarkan yang tercipta dari sebuah ciuman. Bibir Jung Kook merasainya dengan penuh arti. Layaknya seorang pujangga yang menabur kata-kata indah.

Joo Hyun menyukai bagaimana mulut Jung Kook yang melumat lembut bibirnya. Matanya lantas terpejam, tanda ia mulai merasa nyaman. Perlahan tangannya pun melingkar ke leher Jung Kook. Membelai kasih kepala Jung Kook dan membalas ciuman pemuda itu. Kali ini, ia membiarkan Jung Kook menuntun ritme pergulatan bibir mereka.

Jung Kook bak terbang ke angkasa saat menyadari jika Joo Hyun tak hanya sekadar membalas ciuman. Namun wanita itu memilih untuk mengikuti alunan yang Jung Kook ciptakan. Sikap Joo Hyun yang biasanya agresif itu, kini melunak di antara pagutan mereka. Saat ini Joo Hyun seolah menjadi gadis manis yang begitu menurut padanya. Jung Kook merasa bagai seorang pangeran yang tengah menyatakan cinta pada sang putri.

"Bunnyh" desis Joo Hyun kala bibir mereka sedikit berjarak.

Jung Kook mengecup lagi bibir Joo Hyun yang membuatnya candu itu. Masih enggan untuk benar-benar melepas tautan bibir mereka. "Yha Noonha?" bisik Jung Kook diantara derai nafasnya yang memburu.

Joo Hyun tersenyum kecil dan menyatukan dahi mereka berdua. "Bagaimana kalau aku bantu menidurkan adikmu, Bunny?"

Belum sempat menjawab, Jung Kook sudah mendesah duluan karena jemari Joo Hyun tengah memijat sang adik dibawah sana. 

 "Bagaima-nha aku bisa menolak jika tanganmu sudah disana, Noonha?" erang Jung Kook lirih dan kembali menyesap bibir manis pujaan hatinya dengan damba.



♡ 𝓉𝑜 𝒷𝑒 𝒸𝑜𝓃𝓉𝒾𝓃𝓊𝑒𝒹 ♡

.

.

Jangan lupa vote dan komen ya dear!

Terima kasih sudah menunggu, dan makasi banget udah support work ini. >.<


.

.


Continue Reading

You'll Also Like

72.4K 7.3K 25
Member boyband terkenal mempunyai rahasia kelam. Peak rank #1 Vsoo (19-4-2023) #3 Jisoo 27-4-2023
9.7K 1.3K 30
There is no different, when lie or the truth come out.
81.3K 6.6K 64
"Aku menyukaimu" ucap Jisoo. "Sudah ku katakan aku tidak menyukaimu,kau sudah ku anggap seperti Jennie adikku" jawab Taehyung. Kisah cinta seorang ga...
107K 8.3K 35
[HIATUS] Seorang gadis pengidap kelainan jiwa melakukan sayembara untuk menemukan pria sempurna yang ia idamkan. Namun kriterianya sungguh gila ! Dan...