The Backrooms

By syfchya

3.4K 521 89

Apa jadinya, jika 7 orang remaja, dengan latar belakang yang berbeda, disatukan ke dalam sebuah permainan lab... More

Prolog
Permulaan: "No-Clipping"
Level 1: "Habitable Zone"
Level 2: "Pipe Dreams"
Level 3: "Electrical Station"
Level 4: "Abandoned Office"

Level 0: "Tutorial Level"

463 72 10
By syfchya

Blaze berjalan santai di tengah lorong. Entahlah, ia tidak ingat mengapa dirinya bisa sampai kesini.

Hanya satu hal yang dia ingat, bahwa sebelumnya, ia sedang mengikuti acara camping sekolah. Ketika malam tiba, ia mengendap keluar dari area perkemahan sekolah. Lalu berjalan santai mengelilingi hutan.

Beberapa menit kemudian, sampailah ia di pinggir jurang. Karena tanah yang licin selepas hujan, membuat kaki Blaze tergelincir dan jatuh ke dalam jurang. Blaze segera menutup matanya, untuk menikmati sensasi jatuh dari ketinggian.

Hanya itu yang dia ingat. Karena saat Blaze kembali membuka mata, dirinya sudah berada di tempat ini.

Dan disinilah ia sekarang, berjalan-jalan mengelilingi tempat yang penuh dengan lorong dan dinding bercat kuning monokrom ini. Tidak ada raut panik yang terlihat di wajahnya. Hanya ekspresi bingung yang mendominasi.

"Yang buat ni tempat siapa ya kira-kira? Kok bisa banyak belokan kek gini sih? Jadi pengen kenalan gue sama arsiteknya."

Setelah puas dengan penjelajahannya, Blaze berniat untuk keluar dan kembali ke perkemahan. Ia kembali mengelilingi tempat itu untuk mencari jalan keluar. Tapi tak ada satu pun jalan keluar yang ia temukan.

"Buset dah, ini keluarnya gimana? Ogah banget gue kalo harus kejebak disini semaleman," tampaknya anak itu mulai panik. Yang tadinya hanya berjala biasa, kini dia mulai berlari.

15 menit kemudian, Blaze masih belum menemukan jalan keluar. Tak kehabisan akal, ia duduk dan meraih ponselnya yang berada di dalam saku celana. Namun tenyata, ponselnya sudah hancur. Layarnya retak parah, dan tidak bisa dinyalakan.

"Ck, pake rusak segala lagi nih hp. Kalo gini gimana caranya gue keluar coba?"

Blaze kembali berdiri, dan mencoba mencari jalan keluar untuk sekali lagi. Berputar-putar dalam tempat itu selama beberapa menit, namun hasilnya tetap nihil. Sampailah ia di salah satu sisi ruangan. Terdapat tulisan besar di tembok bercat kuning monokrom itu.

"DON'T MOVE AND STAY STILL"

Mata Blaze membola, "nggak, nggak. Ini udah nggak bener!" batinnya panik. Ia kemudian berlari kencang ke arah sebaliknya. Terus berlari, dan berbelok ke sembarang arah. Berharap kalau ia bisa menemukan sebuah pintu atau apapun itu yang mengantarkannya pada dunia luar.

"ARGH!! INI KELUARNYA GIMANA SIH?!"

Blaze berteriak frustasi. Matanya mulai berkaca-kaca. Sungguh, ia tidak mau berada disini. Sendirian. Ia ingin kembali ke perkemahan, dan bertemu dengan sahabat terbaiknya. Ice.

Namun, tanpa Blaze sadari, bahwa teriakannya adalah petaka baginya. Karena sedetik saja setelah ia berteriak, terdengar suara raungan keras dari arah kanan. Disusul dengan bunyi gemuruh ruang dan siluet sesuatu yang besar dengan 6 lengan tengah berlari cepat ke arahnya.

—————

"Hah ... Hah ... Hah ..."

Halilintar mencoba menetralkan napasnya yang terengah. Saat ini dia berada di salah satu lorong yang gelap. Terduduk, dengan keringat bercucuran.

Matanya bergetar ketakutan. Ia berulang kali menengok ke belakang seperti sedang waspada. Jujur saja, hal yang ia alami saat ini lebih menyeramkan daripada dikejar singa sekalipun.

Bagaimana tidak?

Saat Halilintar sedang mengeksplorasi tempat aneh ini, entah datang dari mana, seekor monster berbadan kurus tiba-tiba datang dan mengejarnya dari arah belakang. Tanpa pikir panjang lagi, Halilintar langsung berlari sekencangnya untuk menghindar dari monster tersebut.

Tak kunjung berhasil lolos, Halilintar mencoa mengelabui sang monster. Beberapa kali berusaha, tapi tetap tidak berhasil. Untungnya, ia berhasil lolos di percobaan terakhir.

Air matanya mulai menetes. Jujur saja, ini adalah hal yang sangat langka. Seorang Halilintar. Yang dikenal pemberani, ahli bela diri, dingin, dan suka berkata menusuk ternyata bisa menangis? Sayangnya tak ada orang selain Halilintar sendiri disini yang bisa mengabadikan momen ini.

Halilintar teringat, kalau ia memiliki ponsel dan smartwatch di dalam tas sekolah masih dibawanya. Lengkap dengan seragam yang juga masih ia kenakan.

Buru-buru Halilintar mengambil dua benda modern itu. Menyalakan ponselnya terlebih dahulu, dan menemukan jika di tempat aneh ini tidak ada sinyal. Mungkin ada, tapi hanya beberapa detik saja.

"Coba dulu aja lah," katanya dalam hati. Mencari kontak sang ibu, lalu meneleponnya.

Telepon tersambung, dan Halilintar mulai merasa senang. Terdengar juga suara ibunya yang menanyakan "kenapa Halilintar menelepon?" dengan suara yang putus-putus. Baru saja Halilintar ingin mengutarakan apa yang ingin ia sampaaikan, ponsel tersebut mati. Padahal baterainya masih cukup banyak.

Halilintar mencoba menyalakannya kembali, tapi tidak berhasil.

Tak lupa dengan smartwatch-nya, Halilintar mulai menyalakan benda itu dengan brutal. Tapi sama saja, jam pintar itupun ikut mati total.

Frustasi, Halilintar melempar dua barang mahal tersebut. Menekuk kedua kakinya, dan mulai menenggelamkan kepalanya diantara lutut.

Sungguh, Halilintar tak tahu lagi harus dengan cara apa dia keluar dari sini. Ingin rasanya pasrah, tapi hal itu hanya akan membuatnya mati sia-sia.

Kepekaan Halilintar yang tajam itu mulai bereaksi. Dia merasa jika ada yang sedang memperhatikannya dari arah depan. Dengan perlahan, Halilintar mendongakkan kepalanya. Dan benar saja, ia melihat ukiran dua mata besar, dengan mulut tersenyum lebar mengerikan yang muncul di kegelapan ujung lorong.

Membelalakkan mata, Halilintar segera berlari kencang ke belakang. Saking takutnya, ia sampai hampir terjerembap ke depan dan berbelok ke sembarang arah untuk menghindari makhluk itu.

Terlalu sibuk menghindar, membuat ia tidak lagi fokus ke jalanan. Sebuah lubang berbentuk persegi berada tepat di depannya. Karena Halilintar yang tak fokus, berakhir ia jatuh ke dalam lubang itu.

Lalu pandangannya menjadi gelap sepenuhnya.

Bersambung ...

Cuma mau ngucapin makasih yang udah baca dan support cerita ini. Jangan lupa vomment nya juga, dan maafin ya kalo ada salah-salah kata!

Buat yang mau ngasih kritik dan saran boleh banget! Kritik apapun itu akan aku terima kok, asalkan ditulis dengan bahasa yang sopan yaa.

Rabu, 05 Oktober 2022.

Continue Reading

You'll Also Like

61.6K 5.5K 33
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
48.5K 5.9K 27
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
34.8K 3.3K 20
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...
782K 79.8K 55
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...