The Fate Of Irina (Sudah Terb...

Par NinsJo

5M 713K 91.4K

Sudah sejak lama Irina mencintai Pangeran Hector. Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, Pangeran Hector jus... Plus

Introduction
01. The beginning
02. Real
03. Irritating
04. Chatter
05. Changed
06. Offended
07. Assert
08. White mountain
09. Achieved
10. Tell a story
11. Past
12. Good and bad news
13. Bane
14. Dimensional cave
15. 2 weeks vs 1 day
16. Increase
17. Level three
18. Peeved
19. Make high blood
20. Lost patience
21. Awkward
22. Again
23. Shocked
24. Fascinated
25. Rue
26. Wroth
27. Agree
28. Level four
29. Love me?
30. Ambrosia
31. Middling
32. Be beloved
33. Love is like a hole
34. Sulking
35. Foínix
36. Dráken
37. Restless
38. Apology
39. Emotion
40. Complicated
41. Imputation
43. Anxiety
44. Wurtzite
45. Resentment
46. Inner turmoil
47. Clue
48. Chastisement
49. Suicide
50. Have you again
51. Forbidden Forest
52. Problem
53. The reason
54. Odd
55. Marriage
56. Damnation
57. Dangerous
58. Delusive
59. While
60. It's time
61. Living dead
62. Still continue
63. Dark Witch revenge
64. Powerless
65. The Last
Extra Part : A perfect love

42. Distempered

72.4K 10.4K 2.2K
Par NinsJo

Selamat malam 😗

Tidak lupa author ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote, komen atau spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻

> 2300 kata. Jangan lupa vote dan wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮  𝓕𝓪𝓽𝓮  𝓸𝓯  𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪

Alis Helios terangkat sebelah saat melihat Hector berada di depan kamarnya. Untuk apa di pagi buta seperti ini Hector mendatanginya? "Ada yang ingin kau bicarakan denganku?"

Hector terlihat keheranan karena Helios berada di luar kamar. Entah darimana karena Helios yang ada di hadapannya sekarang hanya bertelanjang dada. "Dari mana kau?"

"Lari pagi." Helios tidak membual, ia usai mengantarkan Irina pulang menggunakan sihir berlari kencang.

"Siapa wanita yang kau bawa ke kamarmu?" Tanya Hector langsung pada intinya. Semalam dirinya sudah kemari sekedar memuaskan rasa penasarannya. Namun saat mengetuk, Helios tidak membukakan pintu untuknya.

"Irina." Helios melewati tubuh Hector dan masuk ke dalam kamarnya.

Hector sempat tercenung untuk sepersekian detik. Setelahnya, ia menyusul Helios masuk ke dalam.

"Kenapa kau mengajak Irina bermalam di kamarmu?" Mata Hector berkeliling mengamati sekitar, tidak ada sosok Irina mungkin sudah keluar dari sini.

"Bukan urusanmu!" Helios menenggak air putih untuk membasahi kerongkongannya.

"Kenapa ada bekas telapak tangan di dadamu?" Tanya Hector setelah mengamati tubuh bagian depan Helios.

"Ini juga bukan urusanmu!" Helios cukup jengkel dengan keingintahuan Hector.

Netra Hector terpusat lama ke arah ranjang yang kondisinya cukup berantakan, seolah usai terjadi pergumulan hebat di atasnya. Wajah Hector terlihat rumit. Tanpa sadar ia memunculkan sebuah angin dari tangannya.

"Kau pasti tau, elemen angin lemah terhadap elemen api. Aku bisa menyakitimu dengan mudah. Sebaiknya kau simpan baik-baik energimu." Ujar Helios yang melihat apa yang diperbuat Hector.

Mendengarnya, Hector segera menyerap kembali energinya. Lantas menghunuskan tatapan tajam pada Helios, "Jika kau mencintai Irina, seharusnya kau tidak membawanya ke kamarmu!"

Helios membawa langkahnya mendekat, berhenti tepat di hadapan Hector. "Sebenarnya apa masalahmu?"

"Kutukanmu itu! Aku hanya tidak ingin Irina menanggung akibatnya. Jika sampai Irina mengandung anakmu, dia adalah orang yang paling dirugikan." Hector menyampaikan apa yang menjadi kecemasannya.

"Kau sungguh perhatian dengan kekasihku, sampai urusan ranjang kita, kau merasa perlu ikut campur." Helios mencibir.

Hector berdehem sebelum berkata, "Irina teman baikku. Kau pikir aku akan diam saja, saat tindakan serta perilakumu menggiring Irina ke sebuah penyesalan?" Balas Hector menanggapi.

"Penyesalan?" Helios mengangkat sudut bibirnya. Hector tidak tahu saja bagaimana perasaannya terhadap Irina.

"Saat aku memutuskan berkomitmen dengan Irina dalam sebuah hubungan, itu tidak hanya sebatas ucapan. Aku serius dengan keputusanku. Aku tidak mungkin menimbulkan luka karena aku juga tidak ingin Irina terluka sehingga berakhir dengan menjauhiku atau berpaling dariku." Lanjutnya.

"Lalu apa yang bisa kau perbuat seandainya Irina mengandung anakmu? Seharusnya kau tidak egois dan dapat menekan hasratmu!" Hector paham betul konsekuensi yang akan diperoleh Irina seandainya hamil anak Helios.

Tanpa adanya pernikahan, Irina tidak akan diterima oleh kerajaan. Jika demikian maka status Irina sama halnya dengan gundik. Ikatan hubungan di luar perkawinan antara seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan alasan tertentu, apalagi sebutannya jika bukan gundik? Karena itu, Hector sungguh marah pada pria yang ada di hadapannya sekarang.

"Tidak perlu khawatir, Hector. Aku bisa mengontrol benihku agar menyembur di luar." Biarlah Hector berkutat dengan spekulasinya sendiri karena Helios tidak ingin meluruskan. Terserah pria ini jika berpikir ia dan Irina usai melakukan percintaan di kamar ini.

Entah mengapa jawaban Helios membuat emosinya semakin memuncak. Untuk beberapa saat ia menetralkan emosi yang bergolak. "Tidak bisakah kau melepaskan Irina?"

Helios yang sebelumnya ingin membalikkan badan, kini memusatkan perhatian kembali pada Hector. "Kau memintaku melepaskan Irina demi kepentinganmu?" Wajah Helios berubah keras dan kaku. Apa sebenarnya kemauan Hector?

"Demi Irina sendiri. Dia berhak menjalani kehidupan pernikahan dan bahagia bersama keluarganya kelak. Karena sampai kapanpun, pernikahan itu tidak akan terwujud jika Irina berada di sisimu." Helios memang saudara kandungnya. Namun ada rasa tidak rela jika Irina menjalin hubungan dengan Helios.

Helios mengabaikan perkataan panjang lebar barusan. "Hector, sebenarnya apa maksudmu? Kau tidak senang aku dan Irina menjalin hubungan?"

"Jujur, ya." Jawab Hector dengan cepat.

"Apa sekarang kau tidak senang atau merasakan hal lain saat Irina tidak lagi mengejar cintamu bahkan sudah melupakanmu? Atau jangan-jangan kau memiliki perasaan pada Irina? Karena itu kau tidak senang atas hubunganku dengan Irina?" Tukas Helios.

"Sebagai teman, aku hanya ingin yang terbaik untuk Irina." Hector berkilah.

Padahal perkataan Helios adalah kebenaran. Dijauhi Irina seperti ada sesuatu yang hilang. Semuanya jauh lebih baik ketika Irina bersikap agresif dalam mengejar cintanya, atau melakukan cara lain untuk mendapatkan perhatiannya. Hector tidak mengerti mengapa demikian. Namun saat melihat keakraban dan kemesraan Irina dengan Helios, ada rasa sesak di dada serta perasaan tidak rela.

Yang Hector harapkan adalah, Irina hanya menatap satu pria yaitu dirinya. Entah menatapnya sebagai teman atau sebagai pria yang dicintai, bagi Hector sama saja asal Irina tidak berinteraksi dengan Helios atau pria lainnya. Sama halnya saat dulu, ia menjadi satu-satunya pria yang berada didekat Irina. Hector tahu dirinya egois karena setelah mendapatkan maaf dari Irina, ia justru menginginkan hubungan mereka dapat terjalin seperti dulu lagi. Namun hatinya menginginkan demikian.

"Bagus. Aku harap kau konsisten dan tidak mengubah pendirianmu. Tetaplah kalian berteman, karena masing-masing dari kau atau Irina sudah memiliki kekasih." Perkataan Helios jelas menyiratkan sindiran.

Lantas melanjutkan perkataannya, "Walau hubunganmu dengan Irina sudah membaik, kau perlu menyadari batasanmu. Dan kau juga sudah memiliki kekasih, Hector. Tidak seharusnya kau memberi perhatian lebih kepada wanita lain."

Helios mengamati raut wajah Hector yang hanya terdiam tanpa berniat menjawab ucapannya. Pada dasarnya sifat Mage yang berelemen angin cenderung sangat lincah, gesit, dan aktif. Namun, Mage yang berelemen angin sering tidak konsisten dengan keputusannya yang biasa dikatakan plin-plan, dan juga sering terbawa arus kemana dia berkehendak dan mudah berubah pikiran. Karena itu Helios berharap Hector tidak plin-plan.

"Kurasa sudah cukup pembahasan ini." Pungkas Helios sebelum melenggang pergi menuju kamar mandi.

Hector masih bergeming disana. Benaknya justru sedang memikirkan tuduhan Helios. Bahkan ia sadar jika nama Ruby sedikit tersingkir dari hatinya. Sebelum ada Ruby, memang hati dan pikirannya hanya ada satu wanita yaitu Irina. Dulu ia menganggap Irina sangat berharga. Berlaku pula untuk saat ini, setelah semua kesalahpahaman terungkap.

Dan kini Hector merasa kesulitan mencerna atas apa yang terjadi di dirinya. Namun sungguh, ia cemburu melihat Irina lebih dekat dengan Helios daripada dirinya. Apa benar ia memiliki perasaan kepada Irina?

Sosok yang sedari tadi berada di depan kamar, kini membawa langkahnya untuk menjauh. Seema sedang berjaga, berkeliling Istana adalah salah satu tugasnya. Kebetulan ia melihat Pangeran Hector masuk ke kamar Pangeran Helios. Dan Seema akui dirinya telah lancang menguping pembicaraan keduanya.

"Irina, bisa kita bicara sebentar?"

"Tentu saja." Irina membuka pintu lebar, mempersilakan Ruby masuk.

"Apa kau sedang tidak enak badan?" Tanya Irina setelah mengamati raut wajah Ruby. Sebenarnya daripada tidak enak badan, Ruby justru terlihat seperti habis menangis. Matanya terlalu sembab, apa wanita ini menangis semalaman?

"Tidak. Aku baik-baik saja." Fisik Ruby memang baik namun tidak dengan hatinya.

"Begini, Irina. Maaf jika pertanyaanku terkesan lancang. Aku hanya ingin bertanya, kapan hubunganmu dengan Pangeran Hector membaik?" Ruby bertanya hal yang sedari semalam mengganggu pikirannya.

Dahi Irina berkerut samar. Jadi itu yang menyebabkan Ruby menangis? "Semalam kau melihat Pangeran Hector menghampiriku?"

Ruby mengangguk sebagai jawaban. "Jangan salah paham, Irina. Aku hanya bertanya."

"Tidak perlu berbohong. Kau pasti penasaran kenapa Pangeran Hector tiba-tiba baik padaku. Dan kau merasa cemburu. Apa ucapanku benar?" Irina tahu, Ruby ingin mengulik sesuatu darinya. Mungkin perkataannya sedikit menusuk, dan Irina tidak peduli karena ia bukan orang yang suka berbasa-basi.

Ruby kembali mengangguk, "Aku hanya tidak ingin kau tersinggung, Irina. Jika boleh jujur, hatiku terluka melihat Pangeran mengabaikanku dan bersikap perhatian padamu. Tidak hanya itu, sejak Pangeran pulang dari gua dimensi, aku merasa sikap Pangeran padaku berbeda."

"Hubunganku dengannya memang sudah membaik. Dia yang meminta maaf terlebih dahulu padaku. Bukan tanpa alasan dia meminta maaf. Namun untuk alasan kenapa Pangeran Hector perlu meminta maaf padaku, sebaiknya kau tanyakan langsung padanya." Tutur Irina panjang lebar.

Ruby merasa penasaran namun mau bagaimana lagi jika Irina tidak ingin menjelaskannya. "Irina, apa kau masih mengharapkan Pangeran Hector?" Jujur, Ruby cukup was-was mengetahui kenyataan jika hubungan keduanya sudah membaik.

"Tidak. Kau juga tau kan, aku menjalin hubungan dengan kakaknya?" Irina mengamati ekspresi Ruby. Wanita ini sungguh aneh karena reaksi yang nampak seperti wanita yang sedang mengalami patah hati. Padahal ia dan Hector tidak berselingkuh.

"Tapi aku merasa, Pangeran Hector berubah. Aku hanya takut dia berpaling dariku, Irina." Ruby mengusap air matanya yang menetes.

Irina menghela napas, hati Ruby sangatlah rapuh. Wanita ini juga cengeng. "Kau pasti tau, hubunganku dengan Pangeran Hector sebelumnya memang dekat. Dan kau tidak perlu khawatir, kami hanya berteman tidak lebih. Aku sudah melupakan perasaanku padanya. Aku sudah memiliki kekasih begitupun Pangeran Hector dengan kau. Aku rasa, dugaanmu mengenai perubahan sikap Pangeran padamu itu salah, Ruby."

Seandainya Irina adalah dirinya yang dulu, mungkin ia akan menertawakan Ruby. Posisinya dengan Ruby seolah berbalik, dulu dirinya yang mengalami apa yang dialami Ruby sekarang. Melihat Hector yang biasanya dekat dengannya tiba-tiba mengabaikannya, justru mendapatkan kenyamanan baru bersama Ruby, rasanya sungguh menyesakkan dada. Beruntung masa-masa itu sudah terlewatkan.

"Apa yang mengganjal di hati dan pikiranmu, sebaiknya kau sampaikan langsung pada Pangeran Hector." Ujar Irina memberi saran.

Seharusnya, jadwal keberangkatan Mage level empat ke gua dimensi masih beberapa hari lagi. Namun Penyihir Agung meminta mereka untuk berangkat hari ini juga. Tidak lain karena kebocoran pada pelindung hutan terlarang telah membesar. Hal tersebut adalah situasi yang buruk.

Mereka yang berada di level empat adalah empat Labis yaitu Pedro, Agra, Darius dan Seema. Pedro memiliki elemen utama air, Agra memiliki elemen utama udara atau angin, sedangkan Darius dan Seema memiliki elemen utama bumi. Dan dua lainnya adalah Putra Mahkota yang memiliki elemen utama api, serta Irina yang memiliki elemen  utama petir.

"Bukankah Guru seharusnya tidak berada di level lima? Dengan ilmu sihir setinggi itu, seharusnya beliau berada di level sepuluh, bukan?" Bisik Helios yang saat ini berjalan bersisian dengan Irina.

"Seharusnya kau bertanya pada leluhur kita yang pertama, kenapa hanya menciptakan lima level sihir." Balas Irina di sela langkahnya.

"Kau menyuruhku pergi ke alam baka untuk bertanya langsung pada leluhur kita?" Helios memiting leher Irina tanpa menyakiti.

Irina terkekeh kecil, "Bukan begitu maksudku, Pangeran."

Helios tiba-tiba teringat dengan kejadian semalam, "Apa kau tau, aku cukup dendam dengan perbuatanmu semalam. Telapak tanganmu masih membekas di dadaku."

"Oh ya?" Irina melipat bibir, menahan senyum. "Kau ingkar janji. Aku perlu menghentikanmu sebelum kau semakin hilang kendali."

"Aku hanya ingin memberikan ciuman sebelum kau terlelap, tapi kau justru melepaskan petir hingga membuat tanda di dadaku."

"Ciuman sebelum terlelap katamu? Kau melakukan lebih dari ciuman. Tanganmu sudah bergerilya hampir melepas pakaianku."

"Kau memberikan respon, kau membalas ciumanku. Aku bergairah dan karena naluri alamiah tanganku bergerak sendiri."

"Cukup. Hentikan pembahasan ini." Bisik Irina karena di depan sana ada Penyihir Agung yang memimpin jalan, dan ada para Labis di belakang mereka.

Helios mencium pelipis Irina secara singkat. Dan Irina memberikan tatapan penuh peringatan. Bisa-bisanya pria ini menunjukkan kemesraan tanpa mengindahkan keberadaan manusia di belakang mereka.

*****

Mereka tiba di rumah yang akan ditempati selama berada di dimensi ini.

"Guru, saya dan Irina sama-sama perempuan. Bukankah sebaiknya kami berada di kamar yang sama?" Seema berkomentar karena empat labis di tempatkan dalam satu kamar, sedangkan Pangeran Helios dan Irina mendapatkan satu kamar sendiri.

"Disini hanya ada dua kamar. Andai Pangeran Helios berkenan, silahkan kalian atur sendiri." Setelah mengucapkannya, Penyihir Agung berlalu dari sana.

"Aku hanya ingin satu kamar dengan Irina." Titah mutlak darinya. Helios menggenggam tangan Irina untuk masuk ke dalam kamar.

"Kau lupa, saat di rumah guru kita bertahun-tahun tinggal bersama? Kenapa sekarang kau tidak ingin satu kamar dengan kita? Dasar aneh." Cibir Darius.

Pedro melenggang pergi terlebih dahulu untuk meletakkan barang-barangnya. Ia tahu alasan Seema. Wanita itu tidak senang melihat Pangeran Helios satu kamar dengan Irina. Berbeda dengan Pangeran Helios yang tidak mengetahui gelagat Seema, ia mengetahui kenyataan jika Seema menaruh perasaan pada Pangeran Helios. Perilaku serta gerak-gerik yang diperlihatkan Seema saat bertatap muka dengan Pangeran Helios, dapat ia tebak.

*****

Helios sedang tengkurap seraya menopang dagu dengan kedua tangan, ia mengamati Irina yang sedang menikmati manisan jeruk dengan lahap.

"Akhirnya kita tinggal bersama lagi." Celetuk Helios.

"Hmm..." Irina menanggapinya dengan gumaman.

Helios berdecak kesal. "Kau mengabaikanku gara-gara manisan itu!" Ini kali kelima ia mengajak mengobrol dan Irina hanya menanggapi dengan gumaman.

"Ini enak dan segar. Kau mau mencobanya?" Ujar Irina menawarkan.

Helios mengangguk dan tersenyum, "Suapi...?"

Pun Irina menyuapi manisan tersebut. "Bagaimana, enak kan?"

"Ya, ini menyegarkan tenggorokanku. Apa bibi Regina yang membuatnya?" Helios terus membuka mulut, menerima suapan demi suapan.

Irina menggeleng, "Pangeran Hector yang memberikannya sebelum aku berangkat. Dia juga memberiku beberapa makanan lain."

Mendengar nama Hector disebut, membuat Helios tersedak hebat, manisan jeruk tersebut berhenti di kerongkongan. Pun Irina segera bangkit untuk mengambil minum, memberikannya pada Helios.

"Kau lebih payah dari bocah, makan saja tersedak!" Irina berkata seraya menepuk-nepuk punggung Helios.

Setelah batuknya mereda, Helios menyemburkan kemarahannya. "Kenapa kau menerima pemberian Hector?!"

"Apa yang salah? Ini enak dan gratis. Ada yang berniat baik kenapa harus ditolak?" Irina melipat bibir, menahan senyum. Ia tahu jika Helios cemburu.

"Makanan itu tidak sehat, buktinya membuatku tersedak. Sebaiknya kau buang semuanya."

"Kenapa harus menuduh makanan ini tidak sehat? Bilang saja kau cemburu. Kau sungguh kekanakan." Irina beranjak dari sana. Ia ingin membersihkan dapur karena menurut waktu di dimensi, mereka sudah berbulan-bulan meninggalkan tempat ini.

Irina sedikit terkejut melihat keberadaan Seema di dapur. "Kau membutuhkan sesuatu?" Basa-basinya.

Seema mengabaikan pertanyaan tidak penting tersebut. Ia berdiri tepat di hadapan Irina. "Setelah ditolak Pangeran Hector, sekarang kau berubah haluan pada Pangeran Helios?"

Alis Irina terangkat sebelah, "Perkataanmu seolah aku ini kucing betina yang sedang mencari mangsa."

"Memang benar, bukan?" Sahut Seema.

"Tidak benar!" Tegas Irina penuh penekanan. "Kau pikir aku tidak tau kau mengincar siapa? Jika pria incaranmu hanya memandangmu sebelah mata, kenapa kau kesal padaku?"

"Itu karena aku bukan kau! Kau sudah menggunakan cara murahan untuk melemahkan hati pria..?! Dasar wanita muda menjijikkan!"

"Jaga ucapanmu, dasar wanita tua mulut sampah!" Desis Irina dengan gigi mengerat. Bisa-bisanya wanita ini mengatainya menjijikkan.

"Beraninya kau!" Seema menatap tajam lawan bicaranya. Ternyata wanita ini memiliki nyali besar untuk beradu mulut dengannya.

"Sebaiknya kau melakukan meditasi Metta agar tumbuh pikiran positif di otak dangkalmu itu!" Irina membalikkan badan, sengaja mengibaskan rambut peraknya agar menampar wajah Seema.

Mata Seema terpejam setelah terkena kibasan rambut barusan. Giginya saling bergemeletuk menahan kesal. Telapak tangannya memunculkan batu sebesar 20 cm. Ia sungguh ingin melempar batu ini ke kepala Irina.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
T.B.C

Sekali lagi jangan lupa vote dan komen 💕

SPAM NEXT sebanyak-banyaknya disini yuk 👉🏻


‼️ Cerita ini murni hasil pemikiran sendiri. Nyari ide memang mudah, mengembangkannya yang susah. Dimohon untuk tidak memplagiat baik sebagian atau keseluruhan isi cerita.

Regards,
NinsJo

Nitip disini buat kenang-kenangan 😂😂

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

312K 25.4K 28
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...
Amērta. Par — shey樱花

Roman pour Adolescents

64.6K 6.3K 21
Setiap detik yang berjalan, menjadi saksi bisu betapa menderitanya dua insan yang tak dapat bersatu bagai arunika. Sebutir harapan pada kerinduan yan...
966K 96.9K 39
Genre : Fantasy - Romance Tania Putrisya Manopo seorang singer top yang sedang naik daun bertukar jiwa dengan wanita kaya namun kurang beruntung. D...
7.1K 780 44
Berkeliling dunia. Itu adalah impian semua orang, keinginan bagi para travelling. Dan menjelajahi berbagai tempat di negara lain. Tapi, bagaimana jik...