Kim Seokjinnie

By may_lunaa

14.4K 1.1K 340

Kisah tentang si bungsu kesayangan keluarga Kim yang akan selalu menjadi bayi di mata kakak-kakaknya. More

CAST
01 ~ Hamil?!
02 ~ Senam
03 ~ Bad Day
04 ~ Please, Stay Alive
05 ~ I'm Here
-PROMOTE-
06 ~ Khawatir
07 ~ Pulang
08 ~ Keanehan Yoongi
09 ~ Keanehan Yoongi (2)
10 ~ Keanehan Yoongi (3)
11 ~ Confused
12 ~ Sebenarnya...
-PROMOTE-
13 ~ Meresahkan
- PROMOTE -
15 ~ Balada Jeon Jungkook
16 ~ Hari Minggu
17 ~ Hari Minggu - 2
18 ~ Karena Kau Bungsu!
-PENGUMUMAN-
-PROMOTE-
19 ~ Kondangan

14 ~ Secret Admirer?

393 40 9
By may_lunaa


Happy Reading


🐹🐹🐹

Lagi.

Ini sudah kedua kalinya Seokjin mendapatkan kotak yang berisi cokelat serta sepucuk surat dari seorang anon. Cokelat dan surat tersebut selalu di letakkan di dalam loker miliknya yang kebetulan pintunya rusak sehingga tidak bisa dikunci.

Tapi tenang, surat tersebut bukanlah surat yang berisi sebuah ancaman ataupun perundungan, melainkan berisi ungkapan kekaguman si pengirim kepada Seokjin alias surat cinta.

Mungkin bagi sebagian orang mendapatkan hal semacam ini adalah suatu kebahagiaan, tapi sayangnya tidak untuk Seokjin. Selain karena penasaran yang mendalam terkait siapakah orang yang telah melakukan ini padanya, ia juga merasa takut jika rasa cinta yang dimiliki oleh si pengirim justru telah menjurus ke arah obsesi. Jika hal itu memang terjadi, otomatis hidup Seokjin dalam ancaman!

Ia juga menyayangkan sikap si pengirim yang begitu pengecut. Kenapa dia tidak berterus terang saja pada Seokjin jika dia menyukainya?

Jika dia melakukan secara diam-diam seperti ini, pastinya Seokjin tidak akan tahu siapa dia dan tentu saja Seokjin tidak bisa membalas perasaanya. Padahal jika dia memiliki sedikit keberanian untuk berkata jujur, mungkin Seokjin juga mau menerima perasaanya.

"Aduh, bikin pusing aja! Lagian apa sih susahnya ngomong?! Kan jaman sekarang banyak tuh cewek yang confess duluan karena cowoknya engga peka!", ujar Sana dengan geram.

"Tau tuh, jatuh cinta kok ngerepotin!", timpal Mingyu.

"Memangnya kamu sama sekali engga tahu siapa orangnya Jin?", Seokjin hanya menggeleng.

"Beneran belum pernah mergokin orangnya juga?!", Seokjin pun menggeleng lagi.

"Kalau aku emang tahu siapa orangnya, aku engga mungkin bingung kayak gini Sana! Pastinya aku bakal langsung nyamperin orangnya!"

Dalam hatinya, Sana menyetujui ucapan Seokjin. "Terus kalau nanti kamu udah tau siapa orangnya, apa yang bakal kamu lakuin Jin?", tanya Sana lagi.

Seokjin nampak berpikir sejenak, kemudian ia menjawab. "Kalau aku ketemu sama dia, aku bakalan tanya apa maksud dan tujuan dia ngelakuin semua ini. Terus aku bakal berterima kasih ke dia karena coklatnya enak, aku suka! Hehehe..."

Semua yang ada di sana melotot tak percaya. "Ya ampun Jin, bisa-bisanya mikirin coklat! Iya enak soalnya ngga ada sianidanya, tapi beda cerita kalau coklatnya mengandung sianida. Bisa mati konyol kamu Jin!", omel Jungkook pada sahabatnya yang lucu ini.

"Oh satu lagi!", celetuk Seokjin tiba-tiba. "Aku juga mau berterima kasih padanya karena sudah menyukaiku, padahal sepertinya aku sama sekali tidak pernah berbuat baik padanya. Terima kasih juga karena sudah menjadikanku seseorang yang special untuknya, ini sangat berarti buatku..."

"Aww manisnya....", semua yang ada di sana pun meleleh setelah mendengar penuturan Seokjin yang amat tulus.

Tapi, siapa coba orang yang tidak mencintai Seokjin? Anak manis yang sangat baik hati seperti Seokjin pastinya sangat layak mendapatkan banyak cinta dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya!

"Lalu, kau akan membalas perasaanya atau tidak Jin?", tanya Taehyung.

Seokjin mengangguk pelan, "Kurasa iya, Tae. Lagipula tidak ada salahnya mencoba kan?"

Nyut! Hati Sana berdenyut nyeri mendengar jawaban Seokjin, ia cemburu. Ia sama sekali tidak menyangka akan respons Seokjin yang demikian, sebab ia kira Seokjin bukanlah seseorang yang bisa begitu mudah jatuh cinta.

Selama ini hanya dialah satu-satunya perempuan yang bisa berteman sedekat ini dengan Seokjin. Ia sering berharap Seokjin menjadi miliknya lebih dari seorang teman, namun sayangnya Seokjin tidak peka. Sana sudah sering memberikan kode kepada Seokjin, tapi sepertinya Seokjin tidak menyadarinya. Dan jika Sana yang terlebih dahulu mengungkapkan perasaanya pada Seokjin, ia takut jika nantinya Seokjin menjadi tidak nyaman dengannya dan hubungan pertemanan diantara mereka menjadi canggung.

Lalu sekarang Seokjin dengan mudahnya mengatakan jika ia akan membalas perasaan seseorang yang mencintainya?! Kalau tahu begini, seharusnya ia sudah mengakui perasaanya pada Seokjin sejak lama!

"T-tapi Jin, apa itu tidak terlalu gegabah? Kan kamu belum tentu mengenal dia!", cegah Sana.

"Maka dari itu, apa salahnya mencoba? Yang penting jalani dulu aja, siapa tahu cocok. Seperti kata pepatah; tak kenal maka tak sayang. Selagi belum mencoba, kita belum bisa tahu jawabannya seperti apa...", jawab Seokjin dengan senyuman.

Hati Sana makin sakit mendengarnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang selama ini justru memilih zona aman dengan memposisikan dirinya pada Seokjin hanya sebagai teman.

"Lalu apa rencanamu Jin? Mau memasang kamera pengintai di lokermu, menyewa mata-mata, memeriksa seluruh cctv sekolah, atau justru menunggu keajaiban yang mempertemukan kalian tanpa sengaja kemudian saling tatap-tatapan hingga akhirnya jatuh cinta seperti di sinetron-sinetron?", tanya Yeonjun pada Seokjin.

"Emm, aku tertarik dengan opsi yang terakhir. Aku suka keajaiban seperti di film-film!", jawab Seokjin dengan mata yang berbinar.

Semuanya pun menatap heran pada Seokjin. Maklum, Seokjin ini walaupun hatinya selembut sutra, tapi sebenarnya otaknya masih sangat polos. Maka tak jarang jika Seokjin akan bertingkah absurd karena sifat innocentnya ini.

"Haah.. terserah kau sajalah Jin! Yang penting kau bahagia, maka akupun ikut senang...", ucap Mingyu yang sudah lelah pada tingkah polos cenderung bodoh milik Seokjin.

Sedangkan si kembar Jeon, mereka hanya tertawa melihat tingkah Seokjin yang menurut merek sangat menggemaskan. Selain itu dibanding dengan Mingyu, Yeounjun dan Sana, duo Jeon lah yang sudah lebih lama bersama Seokjin. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak TK, maka dari itu si kembar Jeon sudah sangat paham seperti apa sifat sahabat mereka ini yang tidak pernah berubah walaupun usia mereka sudah makin menua.

Lalu Sana... Baik, kalau begitu mulai besok aku akan mengikuti jejak si anon! Semoga saja Seokjin memergokiku sehingga aku akan berpura-pura mengaku bahwa semua itu adalah perbuatanku! Lalu setelah itu, Seokjin akan menjadi milikku, hahaha...

.

.

.

Pelajaran terakhir telah usai, waktu pulang sekolah pun telah tiba. Seluruh siswa berhamburan keluar dari kelas, tak terkecuali Seokjin dan teman-temannya.

"Ayo, Jinnie!" Seokjin, Taehyung dan Jungkook berjalan bersama bergandengan tangan menuju ke arah gerbang sekolah.

"Seperti perjanjian kemarin, kalau sampai 10 menit jemputanmu belum datang, maka kau harus pulang bersama kami! Tidak ada bantahan!"

"Huh... Iya Tae"

Seokjin mendengus sebal. Semenjak peristiwa beberapa waktu yang lalu saat ia dengan sengaja pulang sendiri menaiki bus, maka seluruh keluarganya dan juga si kembar Jeon menjadi over protective pada dirinya. Padahal niat Seokjin ingin memberi pelajaran kepada keluarganya karena tidak ada yang bisa menjemputnya, tapi hal tersebut justru menjadi boomerang untuk Seokjin.

"Oh, Jimin Hyung sudah menjemputmu Jin!"

Jimin yang melihat Seokjin sedang berjalan ke arahnya dari luar gerbang pun melambaikan tangannya ke arah Seokjin. Hal tersebut menimbulkan teriakan dari para gadis yang terpesona akan ketampanan Jimin.

"Ya ampun Hyung, kenapa narsis banget sih?! Malu tau...", omel Seokjin.

"Aish, ketampananku ini sayang sekali bila disia-siakan Jinnie!", jawab Jimin. "Ya udah, yuk pulang. Jeon mau bareng sekalian tidak?"

"Tidak Hyung, sebentar lagi jemputan kami datang.", jawab Jungkook.

"Kami pulang dulu ya, bye..."

Mobil mereka pun keluar dari area sekolah Seokjin lalu berjalan menembus jalanan kota yang tidak terlalu padat. Sepanjang perjalanan Seokjin hanya terdiam. Ia masih memikirkan tentang cokelat dan surat yang ia dapatkan selama 2 hari ini.

"Jinnie kok melamun?", lamunan Seokjin pun buyar kala Jimin mengajaknya bicara.

"Ah t-tidak Hyung, aku tidak melamun. Aku hanya lelah dan mengantuk", bohong Seokjin.

"Oh, ya sudah tidur dulu aja. Nanti Hyung bangunkan kalau sudah sampai"

"Iya Hyung."

Sebenarnya Seokjin ingin sekali membicarakan hal ini kepada seseorang yang lebih berpengalaman. Namun sepertinya, Jimin bukanlah orang yang tepat. Jika Seokjin menceritakan hal ini pada Jimin, Namjoon dan Tuan Kim, maka bukan saran yang ia dapatkan tapi justru godaan dari mereka. Ia sudah menduga jika mereka pasti akan mengolok-oloknya dengan wajah yang amat menyebalkan!

Sepertinya tidur sebentar di sini tidak apa-apa. Mungkin saja hati dan pikiranku bisa menjadi lebih rileks.

Perlahan Seokjin pun memejamkan matanya lalu tak lama setelahnya ia total jatuh ke dalam mimpi indah.

.

.

.

"Eungh...", Seokjin bangun dari tidurnya lalu ia meregangkan otot-otot tubuhnya.

"Oh, sudah bangun? Baru saja aku akan membangunkanmu", ucap Jimin dari balik pintu kamar Seokjin.

Seokjin masih mengerjapkan kedua matanya sambil mengumpulkan kesadarannya, hingga akhirnya ia pun menyadari sesuatu.

"Loh Hyung, bukannya tadi aku tidur di mobilmu ya?", tanya Seokjin.

"Iya. Aku menggendongmu dari mobil sampai sini, bahkan aku juga mengganti seragam sekolahmu yang bau itu dengan piyama yang sangat nyaman.", jawab Jimin.

Seokjin melotot horror. Kemudian ia melihat ke arah tubuhnya sendiri yang kini sudah memakai piyama biru cerah bergambar alpaca.

"Hoho... Kau tidak perlu berterima kasih padaku Seokjinnie, Hyung melakukan ini semua dengan ikhlas kok!", ujar Jimin penuh percaya diri.

"Astaga Hyung! Berarti kau menelanjangiku dan melihatku dalam kondisi naked?!", pekik Seokjin. "Huehue Eomma...! Jinnie sudah tidak suci lagi, Jinnie merasa kotor!"

Jimin melempar bantal ke muka Seokjin. "Yak Kim Seokjin! Aku sudah sering melihat tubuh polosmu dasar bocah prik! Dari sejak kau masih bayi, aku sudah sering membantu Eomma memandikanmu!", omel Jimin. "Bukannya berterima kasih malah sok drama!"

"Ya tapi kan itu dulu waktu aku masih bayi Hyung, aku masih kecil! Sekarang aku sudah besar!"

"Kemarin waktu kau sakit juga Hyung yang membantumu mandi dan berpakaian! Lagipula dimataku kau ini masih tetap bayi... Bayi hamsterku yang nakal!"

"Issh, aku sudah besar! KIM SEOKJIN SUDAH BESAR!"

"Benarkah? Masih merengek manja seperti ini kok bilang sudah besar!", karena tak tahan, Jimin pun mencubit kedua pipi Seokjin dengan gemas. "Oya, kamu dicariin sama temenmu Jin."

"Huh, siapa?", tanya Seokjin.

"Siapa ya? Hyung lupa bertanya siapa namanya. Dia cantik, pacarmu ya?", tanya Jimin menggoda.

"E-engga! Jinnie ngga punya pacar!"

"Ah yang bener? Mentang-mentang udah gede terus sekarang berani pacaran..."

"Apaan sih Hyung, Jinnie tuh ngga punya pacar!", Seokjin segera melesat meninggalkan Jimin agar tidak terus-terusan digoda olehnya.

"Eh Jinnie, cuci muka dulu! Wajahmu masih ileran!"

.

.

.

Setelah mencuci muka dan menata sedikit rambut basahnya, Seokjin pun segera turun ke lantai bawah guna menemui seseorang yang mencarinya.

"Siapa ya yang mencariku? Emm, mungkin Sana? Tapi untuk keperluan apa? Kan dia bisa chatt daripada jauh-jauh datang ke sini.", monolog Seokjin pada dirinya.

Setelah beberapa anakan tangga terakhir, Seokjin pun segera menuju ke arah ruang tamu. Sayup-sayup ia mendengar suara Hoseok serta seorang gadis yang suaranya asing baginya.

Oh, bukan Sana ya? Lalu siapa?

Pembicaraan antara Hoseok dengan gadis tersebut pun terhenti saat Seokjin telah tiba di sana.

"Ya sudah, aku pergi dulu ya...", pamit Hoseok pada mereka berdua. Ia tidak mau mengganggu mereka karena mungkin saja mereka akan membicarakan sesuatu yang penting.

"Iya Hobi Oppa", jawab gadis itu.

Setelahnya Hoseok segera melenggang pergi dan menyisakan mereka berdua di sana. Hanya berdua.

"H-hai Seokjin", sapa gadis tersebut.

"Hai..."

🐹🐹🐹


Hmm...
Kira" ceweknya siapa ya? Ada yang bisa nebak? 🙃

Thanks for reading
Ditunggu vote dan komennya ya 💜





Continue Reading

You'll Also Like

824K 87.1K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
75.4K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
70K 5.1K 24
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ Ma...
244K 36.6K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...