The Rain on The Grass

Autorstwa theundomiel

3.4K 645 59

Neferuti merasa gagal menjadi anak yang berbakti karena tidak dapat menolong adiknya yang sakit-sakitan. Oleh... Więcej

The Words from Me Pt.1
1. Pasir dan Senja
2. Tekad dan Dendam Membawa Mimpi Berambisi
3. Alam, Energi, dan Sumber Kehidupan
4. Perjalanan Yang Baru
5. Seperti Emas dan Batu Ambar
6. Dasar-Dasar Kebijakan Penyembuh
7. Goresan Pada Batang Pohon
8. Sebuah Keyakinan
9. Hati Yang Kering
10. Kebijakan Kherep
11. Suatu Sore di Aswan
12. Pesta Bangsawan Makedonia dan Seorang Anak Lelaki
13. Cerita Okpara
14. Daun yang Gugur
15. Penyembuhan Terbaik
17. Keberadaan Tak Kasat Mata
18. Berdiri Sendiri
19. Kehangatan Dalam Dinginnya Malam
20. Bintang Sothis yang Baru
21. Luka Dalam
22. Muara dari Masa Lalu

16. Di Sebuah Festival Opet

128 19 4
Autorstwa theundomiel

Halo semua, apa kabar? Short update: saya sibuk banget bangeet hehee. Maaf udah hiatus berbulan2.

Vote, comment, share.

[WARNING! TYPO]

Imo-Waru kembali ke Aswan beberapa hari kemudian, setelah berjalan-jalan di Alexandria. Neferuti mengantar Imo-Waru ke pelabuhan dengan penuh terima kasih. Dia memberikan sebotol madu sebagai hadiah kepada Imo-Waru.

"Jika kau masih ingin belajar, datanglah kepadaku," kata Imo-Waru, sebelum ia naik ke kapal. "Aku akan mengajarkanmu dengan sepenuh hati. Kau memiliki tekad kuat, dan aku yakin kau bisa melakukannya."

Neferuti tersenyum, "Terima kasih, Imo-Waru. Aku akan berkunjung lagi di lain waktu."

Kapal pun berlayar meninggalkan Alexandria. Neferuti menunggu disana hingga layar kapal tidak terlihat lagi.

Hari demi hari berlalu, lalu minggu demi minggu. Tidak terasa, satu bulan penuh sudah terlalui. Sungguh waktu yang cepat berlalu, menurut Neferuti. Dia bertemu banyak pasien tiap harinya, jadi waktu yang ia gunakan hanya dihabiskan untuk menyortir herbal, menulis papirus, kemudian merebus ramuan.

Namun menurutnya, tidak ada yang lebih bekerja keras dibanding Resnet. Pemuda itu tiba-tiba saja memiliki banyak pekerjaan, yang Neferuti sendiri tidak tahu kenapa ia melakukannya. Seperti menyusun ulang papirus, atau menulis ulang laporan yang telah rusak.

"Apa yang sedang merasukimu, Resnet?" tanya Neferuti, ketika ia menemukan Resnet yang masih menuli dengan Reed-nya. Hari mulai sore saat itu, tetapi Resnet tidak beranjak dari duduknya. Di hadapannya, gulungan papirus berserakan.

"Dia seperti kerasukan Osiris, tidakkah kau pikir begitu?" tanya Tess, seorang scriber perempuan remaja, yang tengah membantu Neferuti menyusun papirus lainnya.

Resnet yang merasa tersinggung, buru-buru menoleh kepada mereka. "Sebentar lagi festival Opet akan dimulai, kalian lupa?" tanyanya. "Akan ada parade besar, jadi aku ingin memperbaiki semua ini. Aku tidak ingin siapa pun tiba-tiba menyuruhku untuk bekerja dan menggagalkan rencana ini."

"Ayolah, swnw Resnet," kekeh Tess. "Apa yang ingin kau saksikan? Itu hanya festival pemindahan Amun-Ra. Oh, aku tidak bermaksud jahat, tetapi perbuatanmu ini berlebihan."

"Katakan sesukamu. Aku hanya ingin melihat arakan Baginda Pharaoh," katanya, kembali menulis.

"Adakah yang menarik dari arak-arak Pharaoh?" tanya Neferuti, ingin tahu. Pasalnya, dia belum pernah melihat arak-arakan secara langsung. Dia bahkan tidak ingat dimana dirinya ketika festival itu berlangsung.

"Banyak!" seru Resnet, antusias. "Hmmm ada tandu, emas, prajurit tampan, dayang cantik, makanan. Dan kau bisa merasakan kehadiran Pharaoh walau hanya bayangan."

"Intinya, hanya aspek yang disukai para lelaki," bisik Tess, yang masih bisa didengar oleh Resnet. Pemuda itu pun memberikan pandangan kesal, sebelum kembali pada pekerjaannya. Neferuti dan Tess terkikik, secuil kesenangan terbesit di hatinya ketika menggoda Resnet.

"Semangat yang bagus, Resnet," sebuah suara menyahut percakapan mereka. Neferuti berbalik, masih tersenyum ketika melihat Ini-Herit bergabung dengan mereka. Pemuda itu membawa banyak gulungan papirus, sebelum menyerahkan semuanya kepada Resnet. "Tolong, selesaikan catatan-catatan ini, ya?"

"Apa? Semuanya?" tanya Resnet, matanya membesar.

"Ya. Kau bisa mengambil waktumu, jangan khawatir," kata Ini-Herit. "Hal terburuk adalah kau melewatkan arak-arak megah itu."

Resnet tidak mengatakan apa-apa, kendati lubang hidungnya membesar. Bibirnya mengerucut, dan dia kembali menekuri papirusnya. Neferuti dan Tess tidak bisa menahan gelak tawa mereka, membuat Resnet semakin dongkol.

"Nah, kusarankan kalian untuk mengerjakan apapun itu dari sekarang," sambung Ini-Herit kepada para wanita. "Dan Tess, ayo lebih rajin membaca. Teman-temanmu yang lain sudah menjadi Swnw, kau tahu itu?"

Kali itu, Tess membungkam mulutnya, sementara Neferuti tergelak lebih kencang. Dia menyaksikan punggung Ini-Herit yang menjauh, sambil sesekali menepuk lengan Tess.

"Akan kumaafkan sejak kata itu keluar dari Wer Swnw," kata Tess, pandangannya menerawang. "Tidakkah kau pikir, Wer Swnw sangat tampan? Maksudku, dia memang tampan, tetapi aura yang ia pancarkan sungguh cerah. Bagaimana kau bisa bekerja dengannya tanpa berdegup kencang?"

Senyum Neferuti mendadak hilang, kemudian kedua alisnya bertaut. Dia tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan itu karena dia tidak pernah memikirkannya. Atau, dia tidak pernah menyadarinya.

"Wer swnw benar. Sebaiknya, kau lebih banyak membaca papirus daripada memikirkan hal seperti itu," gurau Neferuti, menyikut lengan Tess. Gadis itu menghela nafas, lalu mengangguk lesu.

"Kau benar. Tapi..." dia memandang Neferuti, kali ini menuduh. "Sejak kapan kau selalu tersenyum? Selama ini, kau lebih banyak berdiam dan menutup diri!"

Benarkah itu? Neferuti sendiri tidak mengetahui hal itu.

"Kalau kalian sudah selesai bicara, bisakah pergi dari sini?!" geram Resnet. "Aku punya puluhan salinan, dan kalian malah membicarakan pria? Kalian pikir, tempat ini biro jodoh?"

***

Toleransi Resnet tidak perlu diuji selanjutnya. Hal ini karena, Neferuti pun menyibukkan diri sehingga sulit sekali baginya bertemu dan bicara dengan Resnet. Dia membaca banyak papirus, kemudian memindahkan beberapanya di papirus baru yang kosong sebagai catatan.

Dia juga menyibukkan dirinya membaca catatan para Wab. Berhari-hari dia membaca, dan menyusuri catatan mengenai kondisi batuk yang diiringi oleh darah. Hal ini karena dia ingin mencari pembuktian untuk keadilan adiknya.

Dari catatan-catatan tersebut, dia menemukan bahwa setidaknya tiga ritual ilmu hitam pernah dilakukan untuk mengatasi seseorang yang terus menerus batuk dan memuntahkan darah. Tiga orang itu berasal dari Kemet Atas, di sekitar gurun Nubia.

Setelah membaca catatan para Wab, Neferuti menyusuri catatan para Swnw. Sedikit catatan yang menyatakan kondisi tersebut, namun ada sebuah papirus yang menjelaskan seorang pasien memiliki aliran Metu yang tidak stabil sehingga saluran mulutnya mengeluarkan darah.

"Apa yang kau baca selama berhari-hari ini?" tanya Ini-Herti di suatu hari. Dia tengah menyortir rak tinggi berisi papirus, hendak memindahkan beberapa dari mereka ke tempat yang baru.

"Aku ingin mencari tahu kebenaran mengenai adikku," kata Neferuti. Dia segera menyerahkan gulungan yang ditulis oleh seorang Swnw bernama Bess kepada Ini-Herit. "Aku menemukan ini, Guru."

"Apa yang kau temukan?"

"Di catatan itu, tertulis bahwa para Wab melakukan ritual pengusiran sihir hitam kepada tiga orang di Nubia yang mana mereka juga muntah darah. Ketiganya meninggal beberapa minggu kemudian," kata Neferuti, meletakkan papirus itu, kemudian mengambil papirus lainnya.

Neferuti melanjutkan, "Di catatan lain, tertulis bahwa lima pria yang berasal dari Gurun Barat, pergi menuju Per Ankh tempat seorang penyembuh bernama Bess berada. Kelimanya juga mengalami gejala yang sama; pusing, batuk, dan muntah darah. Salah seorangnya mati dua hari kemudian, dan sisanya menyusul beberapa bulan berikutnya. Apakah kau bisa menarik persamaan dari kasus-kasus ini?"

Ini-Herit terlihat berpikir. "Semua kasus ini ditemukan di daerah bergurun."

"Tepat," kata Neferuti. "Mungkinkah ini sebuah wabah yang berada di Kemet Atas?"

"Kita belum bisa menyimpulkannya. Dan ngomong-ngomong soal wabah," Ini-Herit mengeluarkan secarik papirus dari balik tuniknya. "Aku menerima surat ini dari Hartepak. Bahasan yang tepat sekali, karena sekarang sedang terjadi wabah besar-besaran di Memphis."

Neferuti segera meraih surat itu, kemudian membacanya.

Dari tulisan Hartepak, Neferuti tahu jika Memphis sedang dalam bahaya. Puluhan orang menderita penyakit yang sama seperti Nekht; batuk, demam tinggi, pusing muntah darah, dan beberapanya menyebabkan kematian. Hal ini membuat Neferuti mengernyit, bingung.

"Apakah ini kebetulan atau...?"

"Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini," bantah Ini-Herit. "Mungkin, sudah saatnya kau mencari keadilan dari peristiwa ini. Apa pun itu, kita harus membantu Hartepak."

"Apakah mungkin serangan wabah terbawa bersama badai gurun?" gumam Neferuti. "Dan darimana sumbernya wabah ini...."

Ini-Herit tidak memberikan jawaban. Dia hanya menghela nafas, lalu beranjak pergi.

"Aku akan membaca lagi," kata pemuda itu. "Untuk sekarang, bisakah kau membantu Resnet menyelesaikan laporannya? Dia sangat terburu-buru, sehingga banyak sekali bagian yang terlewat."

"Baik, Guru."

"Mengenai surat Hartepak, aku akan membalasnya terlebih dahulu," tambahnya, sebelum dia pergi dari tempat itu. "Oh, satu lagi. Kurasa aku akan meliburkan kalian semua ketika festival Opet datang. Kupikir, Tuan Penanggungjawab Per Ankh ingin kita semua menghadiri arak-arakan."

Neferuti menaikkan sebelah alisnya, kemudian tertawa kecil. "Bagus sekali. Aku mulai khawatir dengan Resnet."

Ini-Herit ikut tertawa, sedikit menggelengkan kepalanya. "Kata-katamu membuatku merasa telah melakukan kejahatan terhadap Resnet," katanya. "Baiklah, aku harus menyelesaikan laporan yang lain."

Neferuti mengangguk, membiarkan pemuda itu berbalik dan beranjak.

Tepat sebelum dia menghilang di balik rak tinggi lainnya, Ini-Herit berkata, "Kau juga, berliburlah. Ayo, kita menghadiri festival itu bersama."

Neferuti tidak tahu apakah pemuda itu bisa melihat wajahnya yang sedikit merona. Tapi, dia berusaha menutupi rasa semangat yang tiba-tiba naik dua kali lipat.

Neferuti mengangguk kencang, "Baiklah, aku akan datang," katanya, sebelum punggung Ini-Herit menghilang sempurna di tengah-tengah rak papirus itu.

***

Neferuti tidak menyangka, festival akan terlihat begitu ramai dan terang karena semua orang menyalakan lilin dan obor mereka. Banyak orang menari di pinggir jalan, bermain musik, dan beberapa diantaranya memakai topeng. Para penjual menjajakan dagangan mereka, meraup keuntungan dari warga.

Patung Amun-Ra beserta isteri dan anaknya telah dipindahkan, dan orang-orang bersuka cita. 

Neferuti tengah berjalan menyusuri kerumunan, senyum lebar terpampang di wajahnya. Pikirnya, mengikuti festival ini tidak terlalu buruk.

Senyum Neferuti semakin mengembang ketika ia melihat Ini-Herit yang berdiri di tengah-tengah keramaian. Pemuda itu terlihat bercengkrama dengan orang-orang bansga Makedonia yang menghadiri festival itu juga. Dengan balutan pakaian bernuansa kuning keemasan dan putih, dia terlihat seperti pahatan mahal bangsa Romawi.

Neferuti ingin menghampirinya ketika ia mendengar seruan lantang serta tiupan terompet.

"BERI JALAN! BERI JALAN KEPADA BAGINDA PHARAOH!" suara itu terdengar menggema.

Neferuti bisa melihat arakan Sang Pharaoh yang mewah akan melintasi jalan utama. Orang-orang berotot terlihat membawa tandu yang dilapisi emas. Tandu tersebut ditutupi oleh tirai berwarna lavender yang tertiup angin. Di depan dan belakang tandu, terdapat barisan tentara yang mengawal Sang Pharaoh. Ada juga beberapa pendeta kuil di sana, ikut dalam iringan.

Orang-orang yang berada di sana segera membungkuk dan sujud, menanti Sang Pharaoh. Begitupun Neferuti, yang mengikuti teladan mereka.

Neferuti bisa mendengar langkah-langkah pengawal yang melewati jalan utama, membawa tandu semakin dekat. Namun ketika ia melihat bayang tandu yang telah berlalu, dia bisa mendengar keributan dari barisan prajurit.

Seorang prajurit terlihat jatuh, tergeletak tak berdaya di atas pasir berbatu. Prajurit itu mencengkram dadanya, dan dia terbatuk parah. Samar-samar, Neferuti bisa melihat darah yang ikut menyembur di tengah batuk parahnya.

"Kau tidak berhak mengikuti rombongan Pharaoh!" seru seorang prajurit lainnya, kemudian mengeluarkan sebuah cambukan. "Kau telah dirasuki sihir hitam! Kau harus mati!"

Warga yang mendengar itu dalam sujud mereka ikut meringis. Begitu pula Neferuti, yang jantungnya berpacu dengan kencang.

Namun, bukan cambukan orang tersebut yang membuatnya berdegup kencang.

Bayangan dan rasa saat itu mengingatkannya dengan beberapa tahun silam. Ketika Nekht harus melalui semua itu, dengan kondisi yang sama.

Nekht... pikir Neferuti. Kakinya tiba-tiba memiliki kekuatan, dan dia bergabung dalam siksaan pria itu tanpa pikir panjang.

"Hentikan!" kata Neferuti, sedikit berteriak. Dia berlutut di antara kedua pria tersebut, tangannya terentang, melindungi prajurit sakit itu dari cambukan. "Berhenti mencambuk pria ini!"

"Berani-beraninya kau membuat kerusuhan di iringan Baginda Pharaoh?" geram Si Pencambuk, murka. "Apa kau ingin dicambuk juga?"

"Tidak, tetapi ini salah," kata Neferuti, merentangkan tangannya semakin lebar. Si prajurit sakit merintih kencang. "Tuan ini tidak dirasuki ilmu hitam. Ini adalah penyakit. Anda tidak berhak melukai dia!"

"Kurang ajar!" geram Si Pencambuk. "Baiklah, aku akan membunuhmu juga!"

"Kau tidak boleh membunuh seorang penyembuh," suara lain menyambung. Neferuti menoleh, dan dia hampir lupa sejenak akan kehadiran Ini-Herit.

Entah sejak kapan, Ini-Herit telah bergabung dalam pertikaian. Wajahnya terlihat marah, namun khawatir bersamaan. Dia tidak melihat ke arah Neferuti, tetapi dia tahu bahwa pemuda itu tengah murka kepada tindakan impulsifnya.

"Siapa lagi kau? Ku Ingatkan kau, jangan ikut campur!"

Ini-Herit mengernyit, "Aku tidak akan membiarkanmu jika berani melukai muridku."

"KALIAN MATI SA-"

"Cukup!" suara menggelegar lain ikut merunyamkan suasana. Neferuti bisa melihat seorang pria kekar yang mengendarai keledai, tengah menghampiri mereka. Di belakangnya, dia bisa melihat tandu Baginda Pharaoh semakin dekat. Suasana menjadi hening, hanya terdengar rintihan prajurit sakit.

"Tuan..." Si Pencambuk membungkuk. Pria di atas keledai mendelik, kemudian menghentikan keledainya.

Pria di atas keledai memandang berkeliling, sebelum dia berteriak lantang, "Tundukkan kepala kalian! Beri hormat kepada Baginda Pharaoh!"[]

CATATAN

Festival Opet ini salah satu fest penting jaman Mesir kuno. Intinya festival ini annual event mereka, untuk pemulihan tuhan.  Di festival ini, akan dipindahin patung trinitas mereka. Ada Amun-Ra (supreme god), isterinya Mut, anaknya Khons. Nah, patung ini bakal dipindahin sejauh 2.700m dari kuil Karnak ke kuil Luxor, dibawa oleh para pendeta kuil. Inti dari festival ini utk nyatuin Amun-Ra dan isterinya, Mut. Ini sbnrnya simbolis utk kebaikan, dan kekuatan baru di tahun2 yg akan datang. Biasanya Pharaoh akan ikut andil dalam festival ini. Tahun 2021, mesir pernah ngadain festival opet-Spinx lagi, but mostly untuk pertunjukan biasa dan wisata.  Boleh dicek di youtube videonya. 

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.4K 148 5
Halo, Selamat datang di Wallflower Blooming, tempat kalian bisa mendengarkan cerita cinta segala usia langsung dari tangan pencerita pertama, atau bo...
Dear Toby Autorstwa ASH

Dla nastolatków

4.9K 1K 21
Suatu pagi, seorang cowok berdiri di depan rumah Anna Willow. Kebetulan pula, cowok itu pernah Anna kirimi surat cinta. Tobias Mozkovitz atau Toby...
1.9K 292 39
Sewaktu kecil dipertemukan toko kue harum bernama Wulandari (artinya cahaya bulan terelok), Toga Ribu Mukuan alias Togar berjumpa Monalis Saura yang...
401 146 18
Surya terasa panas melepuhkan kulit, dan Hunt mencium aroma daging bakar siang itu. Langkahnya yang baru saja menginjak lantai rumah dengan cepat men...