STAR

By DwiMartiningsih0813

6.1K 292 60

Cerita Ini mengisahkan tentang seorang gadis culun, polos/lugu, kepintaran di atas rata-rata, namun super dup... More

Prolog
STAR_01
STAR_02
STAR_03
STAR_04
STAR_05
STAR_06
STAR_07
STAR_08
STAR_ 09
STAR_10
STAR_11
STAR_12
STAR_13
STAR_14
STAR_15
STAR_16
STAR_17
STAR_18
STAR_19
STAR_20
STAR_21
STAR_22
STAR_23
STAR_24
STAR_25
STAR_26
STAR_27
STAR_28
STAR_29
STAR_30
STAR_32
STAR _33
STAR_34
STAR_35
STAR_36
STAR_37
STAR_39
STAR_40
STAR_41
STAR_42
STAR_43
STAR_44
STAR_45
STAR_46
STAR_47
STAR_48
STAR_49
STAR_50
STAR_51

STAR_38

39 4 0
By DwiMartiningsih0813

JANGAN LUPA FOLLOW SEBELYM BACA!

*

Suasana di sana masih canggung. Marvin benar-benar tidak mengerti dengan sikap Adel yang dingin kepadanya, sedangkan Vino yang melihat Adel menangis sontak hal itu merasa khawatir dengan keadaan Adel.

" Marvin sebaiknya kalian berdua bicara baik-baik. Mungkin dengan bicara baik-baik kalian bisa mengerti satu sama lain," ujar Vino yang tidak tega dengan keadaan Adel

" Nggak perlu Vin. Aku nggak papa kok, aku cuman nggak enak badan aja," tolak Adel lembut

" Maaf yah untuk semuanya, karna kita makan malam kalian jadi terganggu. Kalian lanjut dulu aja, aku mau ke toilet sebentar," Adel pergi ke toilet yang tanpa sadar Marvin mengikutinya dari belakang.

Marvin menarik lengan Adel dan menguncinya di tembok. Adel sempat memberontak tapi apalah daya, tenaganya tak sebanding dengan tenaga pria di depannya. " Jujur sama aku, kamu kenapa? Apa salah aku sampai sikap kamu sedingin ini. Kalau aku salah aku minta maaf, tolong kasih tau aku. Aku benar-benar nggak ngerti dengan sikap kamu." Ucap Marvin lirih

Jujur saja Adel merasa kasian tapi di sisi lain Adel benar-benar kecewa dengan sikap Marvin yang tidak pernah terbuka kepadanya. Adel hanya diam dengan kedua matanya yang memerah menahan tangisan.

" Sayang..?"

Adel mendongak memberanikan diri menatap wajah suaminya. " Untuk apa kamu nikahin aku?" Pertanyaan Adel berhasil membuat pria itu diam tidak mengerti.

" Apa maksud kamu?"

" Kamu bersikeras mau nikah sama aku untuk apa? Untuk nyakitin aku setelah itu pergi?"

" Adel aku benar-benar nggak ngerti maksud ucapan kamu,"

" Besok kamu mau ke Amerika kan?"

Marvin tersentak kaget saat mendengar ucapan Adel. " Dia tau dari mana?" Batin Marvin

" Kenapa? Kamu bingung dari mana aku tau?"

" Kalau tadi aku nggak dateng ke basecamp kamu mungkin saat ini atau mungkin sampe kamu berangkat ke Amerika aku nggak akan pernah tau soal ini," lanjut Adel dengan nada berat

" Sayang aku bisa jelasin...,"

" Jelasin apa?"

" Semuanya udah jelas. Kamu memang tidak pernah mau terbuka dan jujur sama aku Vin, dari dulu kamu memang tidak suka sama aku. Kalau kamu memang nggak suka kenapa kamu mau menikah sama aku?"

" Kamu ngomong apa?"

" Selama ini kamu anggap aku apa Vin? Aku selalu terbuka sama kamu. Selama ini aku selalu melakukan tugas aku sebagai seorang istri, tapi kenapa kamu seperti ini? Besok kamu pergi ke Amerika dan aku nggak tau itu. Aku benar-benar kecewa sama kamu Vin," hancur sudah tangisan Adel.

Adel menangis di depan Marvin. Marvin yang tidak ingin ini terjadi akhirnya terjadi, Marvin mencoba menjelaskan segalanya walaupun sulit untuknnya. " Maaf." Satu kata keluar dari bibir tipis itu

" Dari awal aku memang udah ada niat mau ngomong soal ini ke kamu. Tapi, aku nggak berani ngomong Del, aku sayang sama kamu. Aku nggak mau ninggalin kamu, aku nggak tau gimana reaksi kamu kalau kamu tau aku akan pergi karna itu aku belum siap ngomong sama kamu,"

" Dan soal pernikahan, aku sengaja bersikeras menyuruh papah untuk mengatur pernikahan kita agar di percepat. Karna aku mau sebelum pergi ke Amerika  aku sudah mengikat kamu, aku takut ketika aku pergi kamu di miliki orang lain. Adel jujur aku benar-benar nggak mau ninggalin kamu, tapi di sisi lain ini adalah peluang aku, Adel aku minta maaf aku mohon maafin aku," ucap Marvin lirih

Dapat Adel lihat kedua mata Marvin yang memerah dengan bercakan air mata yang sempat Marvin tahan agar tidak jatuh.

" Tapi setidaknya kamu mencoba untuk jujur sama aku..," ucap Adel lirih. " Sayang aku mencoba untuk jujur sama kamu, tapi aku takut kamu akan sedih dan marah sama aku. Aku nggak mau itu terjadi." Jawab Marvin meyakinkan Adel

" Jangan marah lagi yah? Aku minta maaf,"

" Aku kecewa sama kamu," tandas Adel menatap Marvin sinis

" Iyah aku tau kamu marah, kamu kecewa sama aku. Aku minta maaf, please! Jangan nangis lagi. Aku sakit kalau kamu nangis karna aku seperti ini,"

" Meskipun aku maafin kamu. Kamu tetap akan pergi kan?" Marvin terdiam mendengar ucapan Adel.

" Huh.. kamu akan pergi jauh setelah menikahiku?!"

" Sayang aku mohon ngertiin aku. Ini impian aku dari kecil,"

" Kalau gitu ajak aku pergi bersamamu...!" Tandas Adel. " Aku nggak bisa."

" Kenapa?"

" Kamu masih harus belajar disini. Satu tahun lagi, setelah itu aku akan bawa kamu ke Amerika dan kuliah di university yang sama, untuk sekarang kamu harus disini sayang. Disini banyak teman-teman kamu, mamah dan papah, sedangkan kalau kamu ke sana kamu harus beradaptasi lagi dengan teman baru. Aku nggak mau itu terjadi,"

" Aku nggak papa, selagi kamu masih bersama aku_ aku mau ikut kemanapun kamu pergi," Adel bersikeras ingin ikut tapi Marvin mencoba untuk meyakinkannya. Karna berpindah tempat ke tempat hal yang baru adalah hal yang sulit.

" Maaf sayang aku nggak bisa,"

" Yaudah kalau gitu," Adel pergi kembali ke meja mereka meninggalkan Marvin yang terus memanggil namanya.

Melihat kursi yang kosong Adel langsung duduk di kursi kosong itu. Vino yang kini di sampingnya  merasa penasaran dengan sikap dingin Adel, tak lama Marvin datang dan melihat Adel yang sedang makan dengan sikapnya yang seperti biasanya. Marvin duduk di sebrang sana dengan terus memperhatikan Adel yang sedang bercanda ria dengan yang lainnya seakan tak ada kejadian apapun.

" Aku harap kamu nggak akan lama marah sama aku Del," batin Marvin

......

Hari sudah larut mereka menikmati malam hari itu dengan penuh kekenyangan dan kebahagiaan bersama. Kebersamaan yang tidak akan pernah Marvin lupakan di dalam hidupnya, Marvin membuka bicara dan mengucapkan kata-kata yang berhasil membuat teman-temannya ikut terharu dan menangis. Kepergian ketua geng motor mereka adalah hal yang paling menyedihkan, orang yang selalu memimpin tim mereka mulai besok akan pergi dan akan lama kembali.

" Gw minta maaf kalau selama ini gw selalu menjadi beban geng kita. Gw benar-benar terimakasih atas dukungan kalian yang selalu support gw selama ini, gw hanya mau kalian selalu optimis dalam hal apapun, mencoba mengontrol emosi kalian karna mulai sekarang pasti banyak musuh yang berkeliaran di luaran sana," pidato Marvin untuk perpisahan dirinya dengan kawan seperjuangan

" Vin kenapa lo nggak disini aja sih sama kita-kita. Disini juga banyak kan tempat kuliah yang baik nggak harus di luar negeri," ucap salah-satu pria di sebrang sana

" Iya Vin... Lagian kita apa coba tanpa lo. Lo yang udah bangkitin kita, lo yang membuat geng kita hingga kuat seperti ini," pria yang membuka suara

" Gw maunya seperti itu, tapi memang ini udah keputusan gw. Besok gw tetap akan pergi ke Amerika,"

Adel meremas tangannya kasar di bawah meja sana, sengaja ia lakukan untuk menahan air matanya agar tidak jatuh lagi. Vino yang melihat itu mengerti kalau Adel sudah tau tentang kepergian Marvin ke Amerika. Kedua mata yang memanas, membuat Adel benar-benar ingin pulang dan mengadu kepada ibunya, tapi tiba-tiba saja sebuah tangan kekar memegang tangannya. Vino mengengam tangan Adel untuk mengurangi kesedihan Adel, Adel menatap wajah tampan itu sendu dengan wajahnya yang berkaca-kaca.

" Gw harap orang yang saat ini bersama gw bisa memaafkan gw dan mengikhlaskan gw pergi tanpa air mata. Gw benar-benar berharap besok dia datang dan ada di samping gw," ucap Marvin lirih sembari menatap Adel yang diam mematung.

Adel bangkit dari tempat duduknya. " Ini udah malem aku pulang duluan dan kalian sebaiknya juga pulang apalagi kamu Marvin....." Ucap Adel terjeda

" Bukannya besok kamu mau berpergian jauh? Sebaiknya sekarang kamu tidur takut kesiangan nanti kamu nggak bis pergi," sindir Adel dan bergegas melangkah pergi

Saat Adel melewati Marvin dengan cepat Marvin berjalan mendekati Adel dan langsung memeluknya dari belakang. Marvin menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher Adel. " Maafin aku. Aku mohon jangan pergi kaya gini." Bisik Marvin lirih

" Lepasin tangan kamu, aku mau pulang!"

" Kita pulang bareng,"

" Nggak usah aku udah pesen taksi,"

" Sayang...,"

" Jangan panggil aku kaya gitu. Saat ini aku lagi nggak mau denger kata-kata itu," tandas Adel dingin.

" Lepasin tangan kamu aku mau pulang!" Marvin melepas pelukannya.

" Aku kawal kamu dari belakang,"

" Nggak usah!"

" Aku...Kawal," ucap Marvin penuh penekanan.

Adel membuang nafas kasar dan pergi dengan Marvin mengekorinya dari belakang. Semua orang yang melihatnya merasa kasian, gereget dan bingung dengan hubungan mereka berdua. Adel naik taksi yang sempat ia pesan dengan Marvin naik motor miliknya dari belakang nya. Sesampainya di rumah Adel langsung pergi ke dalam kamar dengan Marvin yang mengekorinya, Alvin dan Delina yang melihat itu tidak mengerti dengan masalah kedua anaknya.

" Adel buka! Kita bicara baik-baik," teriak Marvin dari luar kamar sembari mengetuk-ngetuk pintu, sedangkan di dalam kamar Adel terduduk lemas di balik pintu dengan keadaan menangis.

" Marvin ada apa?" Tanya Alvin khawatir

" Adel udah tau pah," jawab Marvin lirih

" Papah udah bilang sama kamu untuk bicara hal ini dari awal. Dan sekarang lihat? Gimana reaksi Adel saat tau besok kamu pergi ke Amerika,"

" Sayang udah.... Ini bukan waktunya untuk kamu memarahi dia. Sekarang yang lebih penting bagaimana caranya agar Adel mau keluar dan bicara baik-baik," sergah Delina

" Maaf sayang,"

" Sayang ini Mama. Keluar sebentar papah sama mama mau bicara sama kamu," ucap Delina yang tidak mendapat sahutan dari sang empu

" Aku nggak marah sama kamu Vin. Tapi, aku kecewa sama kamu, aku benar-benar nggak mau kamu pergi. Udah cukup Ibu yang pergi ninggalin aku beberapa tahun lamanya, aku nggak mau lagi orang yang aku cintai pergi ninggalin aku. Aku memang egois Vin," batin Adel

" Adel nggak mau keluar pah. Adel marah sama Marvin, percuma saja kalian menyuruh Adel keluar dia nggak akan pernah keluar,"

" Terus kamu mau ngapain sekarang?" Tanya Alvin sedikit sinis

" Marvin nggak bisa pergi kalau Adel seperti ini,"

" Maksud kamu?"

" Besok Marvin nggak akan pergi ke Amerika," Alvin dan Delina begitu juga Adel yang mendengar nya sontak terkejut dengan keputusan Marvin.

Impiannya dari dulu untuk kuliah di Amerika sekarang menjadi sia-sia. " Marvin jangan bertindak bodoh, ini impian kamu selama ini."

" Apa papah akan pergi kalau istri papah melarangnya?" Seloroh Marvin. " Pah! Marvin memang mau kuliah di sana, tapi jika memang istri Marvin tidak mau Marvin pergi maka Marvin nggak akan pergi."

" Dulu waktu Mama masih ada dan papah meminta izin pergi jauh untuk urusan pekerjaan Mama melarang papah. Karna saat itu Mama merasa khawatir, tapi papah tetap bersikeras pergi dan buktinya apa? Mama meninggal dan papah tidak ada di sampingnya," Alvin terdiam mendengar ucapan putranya

" Marvin nggak mau kesalahan papah terulang lagi. Marvin nggak akan pergi tanpa seizin dari Adel istri Marvin," tandas Marvin penuh penekanan

Alvin benar-benar dibuat bungkam oleh putranya. Kejadian beberapa tahun yang lalu kembali tegiang lagi di pikirannya. Kesalahan dan rasa penyesalan kembali menghantuinya lagi.

Ceklek

Pintu terbuka lebar. Alih-alih perhatian mereka kini tertuju pada sosok gadis yang membuka pintu kamar itu. " Sayang akhirnya kamu mau buka pintu juga, aku khawatir sama kamu."

" Aku minta maaf," tiga kata terlontar dari bibir ranum itu

" Kamu nggak perlu minta maaf. Disini aku yang seharusnya minta maaf, seharusnya aku ngomong hal ini dari awal mungkin ini nggak akan terjadi,"

" Aku egois dan aku minta maaf. Papah benar kamu nggak boleh mengambil keputusan dalam kondisi seperti ini, ini adalah impian kamu dari kecil. Aku nggak mau menjadi beban dan penghalang impian kamu, besok kamu harus pergi,"

" Nggak sayang, aku nggak akan pergi...,"

" Kamu harus pergi! Aku sudah izinin kamu pergi. Jadi, sekarang kamu harus tidur dan istirahat'," seloroh Adel

Marvin terharu dan langsung memeluk tubuh istrinya. " Makasih sayang."

" Sekarang kalian harus saling mendukung. Kalian sekarang adalah satu pasangan, jangan sia-siakan kesempatan ini hanya karna keegoisan,"

" Makasih yah sayang karna kamu mau mengerti dan izinin Marvin pergi ke Amerika," lanjut Alvin sembari tangannya mengelus rambut Adel

" Maafin Adel juga yah pah. Adel benar-benar egois, Adel cuman nggak mau kak Marvin pergi ninggalin Adel. Adel nggak mau orang yang Adel sayangi pergi seperti Mama dulu," Delina sedikit tersentak mendengar pengakuan putrinya

" Adel benar-benar takut kalau Kak Marvin pergi terus nggak kembali lagi. Adel takut disana Kak Marvin nemu wanita yang lebih cantik dan berpaling dari Adel, Adel benar-benar takut pah," Adel menangis di sana

Marvin benar-benar terkejut mendengar isi pikiran istrinya. Mana mungkin dirinya berpaling dari Adel yang sudah memiliki kesempurnaan di matanya, meskipun banyak wanita cantik nanti disana itu tidak akan pernah mungkin membuat Marvin yang berhati batu, sedingin Ice itu tergoda oleh wanita yang tidak semenarik Adel istrinya.

" Yasudah sekarang kalian masuk dan istirahat'. Besok Marvin harus siap-siap pergi," Marvin menarik Adel masuk ke dalam kamar dan menuntun Adel ke ranjang.

Adel masih sesenggukan disana, Marvin mencoba menenangkan istrinya dengan terus memberikan pelukan hangat darinya. " Baru aja aku ngerasain kebahagiaan. Tapi, kebahagiaan itu sekejap pergi lagi." Gumam Adel lirih

" Aku nggak akan lama, lagi pula kita masih bisa bertemu kan,"

" Jarak Indonesia ke Amerika itu jauh. Aku pasti kangen kamu,"

" Aku janji aku akan datang saat kamu membutuhkan ku. Kamu tinggal tutup mata kamu dan sebut nama aku tiga kali maka aku akan langsung datang,"

" Janji?" Adel mengangkat kelingking nya dan Marvin mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Adel.

Keduanya hanyut dalam suasana. Kebersamaan yang akan mereka rindukan nanti pasti akan selalu di ingat mereka.

Keesokan harinya Adel membantu Marvin bersiap-siap dan berkemas barang-barang keperluan Marvin nanti di Amerika. Sejujurnya Adel masih belum bisa mengikhlaskan kepergian suaminya, tapi mau gimana lagi! Adel tidak boleh egois orang yang ada di sampingnya juga harus berhasil di masa mudanya.

Adel, Alvin, Delina dan kedua sahabatnya mengantar Marvin hingga ke bandara. Di sepanjang jalan Marvin tidak pernah lepas dari genggaman Adel, orang-orang yang melihatnya pun hanya tersenyum kecil dan menggeleng dengan cinta mereka yang begitu dalam. Marvin berpamitan dengan kedua orangtuanya begitu juga dengan kedua sahabatnya itu Vino dan Justin.

" Jangan lupa sering kasih kabar ke kita-kita saat lo disana. Jangan karna punya temen baru lo jadi lupa sama kita-kita," sindir Justin dengan wajah julidnya

" Di sana gw nggak akan nemu orang segesrek kalian. Jadi, lo tenang aja gw nggak akan pernah lupa sama kalian," Vino dan Justin tertawa mendengar ucapan Marvin begitu juga dengan orang-orang yang ada di sana.

Kini Marvin tinggal berpamitan dengan istri kecilnya. Marvin mengengam tangan istri kecilnya dan mengecup nya. " Aku pergi dulu yah, jaga kesehatan selama aku di sana. Jangan keluar malem-malem dan jangan main sama cowok apalagi ketemu sama Abang kamu."

" Kalau kamu butuh apa-apa jangan sungkan perlakukan Vino dan Justin sebagai pembantu kamu. Biar nanti mereka aku yang bayar," celetuk Marvin

" Ehh gila lo yah... Yakali orang setampan gw di jadiin pembantu istri lo. Ogah gw," sungut Justin tidak terima dengan perkataan Marvin.

" Iyah bawel... Aku pasti inget semua pesan-pesan kamu. Dan sekarang giliran aku yang kasih kamu peringatan!"

" Apa?"

" Disana kamu harus jaga kesehatan, nggak boleh gadang, nggak boleh main games setiap hari, kamu harus kabarin aku setiap detik dan menit. Kalau ada cewe yang genit sama kamu langsung jauhi dia jangan kasih kendor, nggak boleh main sama cewek, dan nggak boleh berpenampilan ganteng di sana," 

Semua orang membelalakkan mata karna terkejut dengan semua ucapan konyol Adel apalagi dengan permintaan terakhirnya nggak boleh ganteng, kalau memang dari lahir udah ganteng harus di gimanain? Belum apa-apa Marvin udah hampir mau mundur nggak jadi mau berangkat hanya karna peraturan virtual Adel itu, ini lebih rumit di banding rumus matematika.

" Udah?"

" Belum masih ada lagi. Nanti nyusul sisanya," Marvin mengangguk dan menelan Saliva susah payah.

" Yaudah terserah kamu yang penting jangan yang aneh-aneh yah sayang. Apalagi permintaan terakhir kamu yang nggak boleh berpenampilan ganteng, kalau aku udah ganteng dari lahir harus di gimanain sayang?" Ucapnya narsis

" Dih narsis amat lo, gw aja yang gantengnya melebihi lo biasa aja," sungut Justin tidak terima

Mereka hanya tertawa kecil. Adel mencium tangan Marvin, ada kala dimana Marvin terdiam dan menatap Alvin dan juga Delina. " Apa?" Tanya Alvin tidak mengerti dengan tatapan putranya.

" Marvin boleh cium Adel?" Delina dan Alvin saling bertatapan satu sama lain, sesaat setelah itu mereka tertawa kecil melihat putranya yang lucu saat  meminta izin untuk mencium istrinya sendiri.

Delina mengangguk dan membiarkan kedua insan itu menikmati waktu bersama sebelum Marvin pergi. Marvin mencium kening Adel lama lalu beralih mengecup bibir manis milik Adel, tanpa mereka sadari Adel meneteskan air matanya dan memeluk tubuh Marvin erat. Melepaskan seseorang untuk pergi jauh dalam waktu yang sangat lama adalah hal yang paling menyakitkan. Sebisa mungkin Marvin dan Adel tidak menangis di hadapan masing-masing, Marvin menahan air matanya agar tidak jatuh walaupun sejujurnya saat ini ia sangat lemah karna harus berpisah dengan gadis yang ia cintai.

" 5 menit lagi penerbangan ke New York akan segera berangkat. Di mohon untuk para penumpang agar segera menduduki kursi penumpang. Terimakasih,"

Adel masih dalam keadaan memeluk Marvin erat. Rasanya sulit untuk Adel membiarkan Marvin pergi, Marvin pergi hanya untuk beberapa tahun tapi entah kenapa rasanya seperti untuk selamanya.

" Sayang ayok Marvin harus pergi," Delina mencoba melepaskan pelukan erat Adel ke Marvin.

Adel melepas pelukannya dan menatap suaminya sendu. Marvin mengangkat kedua tangannya dan menghapus air mata istrinya. " Jangan aku mohon jangan menangis. Aku akan kembali aku janji."

" Berjanjilah untuk kembali. Aku akan tunggu kamu disini sampai kamu selesai dengan pendidikan kamu kapan pun itu,"

Marvin sekali lagi mencium kening Adel lama dan bergegas pergi dengan barang miliknya. Alvin merupakan sosok seorang ayah yang terbilang keras, namun jujur saja saat melepaskan putra sulungnya adalah hal yang berat untuknnya.

.......

Setelah kepergian Marvin rumah mewah itu terasa sangat sepi. Adel berjalan  melihat isi kamar Marvin, barang-barang milik Marvin berjajaran rapih di tempatnya. Baru beberapa menit setelah penerbangan pesawat, Adel sudah merindukan sosok pria pemilik dari kamar luas serba hitam itu. Baru beberapa menit saja rasanya sudah lama, kepergian Marvin memberikan beberapa kenangan yang tidak akan pernah Adel lupakan.

Keesokan harinya Adel terbangun saat ponsel miliknya berdering sontak hal itu membuat gadis itu bangkit dan mengangkatnya.

" Akhirnya kamu telpon aku juga.  Semalaman aku nggak bisa tidur karna terus mikirin kamu, kenapa baru sekarang kamu ngabarin aku?" Belum bicara' apa-apa Adel lebih dulu memimpin pembicaraan.

" Maaf aku baru sempat ngabarin kamu karna kamu tau kan di pesawat aku nggak pegang ponsel. Tapi, aku cuman mau ngabarin kamu kalau aku udah sampe di New York tadi pagi, aku nggak langsung ngabarin kamu karna aku kecapean di perjalanan jadi ketiduran maaf yah,"

" Huh syukurlah kalau kamu udah sampe dengan selamat aku lega dengernya,"

" Di Indonesia sekarang udah pagi. Kamu udah sarapan belum?"

Blom... Ini juga kebangun karna kamu nelpon hehe 😅

Huh dasar...
Yaudah sekarang sarapan gih.
Aku juga mau beres-beres dulu.

Humm tapi aku kangen sama kamu😭

Upss...
Baru beberapa jam aja udah kangen aja😅

Biarin wlee...😝

Keduanya hanyut dalam obrolan mereka hingga beberapa jam. Memang cinta bisa membuat semua orang males dalam segala hal yah gays😁

Bersambung!

Duh maaf yah kalau ceritanya agak nggak nyambung. Makasih buat kalian yang udah support aku, walaupun cuman ngebaca aja aku udah seneng apalagi dapet vote dan FOLLOW dari kalian😁

So i'm happy!

See You Next Time

Continue Reading

You'll Also Like

415K 1.8K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
3.9M 42.3K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.6M 39.4K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
17M 756K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...