MEMINJAM WAKTU

Par Octoimmee

162K 18.2K 1.9K

Ada banyak Rahasia yang disimpan oleh seorang Lima Ayudia. Rahasia yang membuat dirinya menjadi wanita yang p... Plus

BAB 1 WAKTU PERTAMA
BAB 2 WAKTU KEDUA
BAB 3 WAKTU KETIGA
BAB 4 WAKTU KEEMPAT
BAB 5 WAKTU KELIMA
BAB 6 WAKTU KEENAM
BAB WAKTU KETUJUH
BAB WAKTU KEDELAPAN
BAB WAKTU KESEMBILAN
BAB WAKTU KESEPULUH
BAB WAKTU KESEBELAS
BAB WAKTU KEDUABELAS
WAKTU KETIGABELAS
PENGUMUMAN
WAKTU KEEMPATBELAS
WAKTU KELIMABELAS
WAKTU KEENAMBELAS
WAKTU KETUJUHBELAS
WAKTU KESEMBILANBELAS
WAKTU KEDUAPULUH
WAKTU KEDUAPULUH SATU
WAKTU KEDUAPULUH DUA
WAKTU KEDUAPULUH TIGA
WAKTU KEDUAPULUH EMPAT
WAKTU KEDUAPULUH LIMA
WAKTU KEDUAPULUH ENAM
WAKTU KEDUAPULUH TUJUH
WAKTU KEDUAPULUH DELAPAN
WAKTU KEDUAPULUH SEMBILAN
WAKTU KETIGAPULUH
WAKTU KETIGAPULUH SATU
WAKTU KETIGAPULUHDUA
WAKTU KETIGAPULUH TIGA
WAKTU KETIGAPULUH EMPAT
WAKTU KETIGAPULUHLIMA
WAKTU KETIGAPULUH ENAM
WAKTU KETIGAPULUH TUJUH
WAKTU KETIGAPULUH DELAPAN
WAKTU KETIGAPULUH SEMBILAN
WAKTU KEEMPAT PULUH
WAKTU EKSTRA 1,2,3,4,5
MEMINJAM WAKTU (CLOSURE)KIRAN WIRA TARUNA JERICHO&ALIN

WAKTU KEDELAPANBELAS

2.8K 369 37
Par Octoimmee

Kukira kita ditakdirkan bersama
Ternyata tidak.
Aku hanya ingin mewujudkan mimpiku,
Tapi ternyata aku harus puas dengan tetap bermimpi.
Karena kenyataannya
Kamu tidak pernah memilihku
.
.
.
.
.
.

Lima keluar dari kamarnya, hari ini mereka akan sarapan bersama dengan seluruh keluarga di restoran hotel yang sudah mereka pesan.

Ia sudah melihat sosok Taruna dari belakang yang sedang berdiri di balkon dengan kedua tangan dalam saku celananya.

Taruna selalu menepati janji, apalagi jika ia telah berjanji pada mama Gendhis. Mertuanya itu tadi malam mengingatkan kembali kepada mereka, karena sebagian besar kekuarga akan pulang ke jakarta  hari ini.

Mereka berdua harus hadir pada saat sarapan pagi, sebagai ucapan terimakasih pada mereka yang telah memberikan waktunya untuk datang ke Bali.

Lima meraih minuman di meja ketika Taruna masuk dan menatapnya dengan tajam.

"Kamu lupa jika mama meminta kamu memakai gaun yang dibelikan  Tante Sarah?"

Tante sarah adalah istri om Bram adik Papa Hardiatmaja. Sepasang suami istri yang sangat dihormati oleh Taruna.

Selama ini Om Bram yang dekat dengan Taruna, tempat Bram berkeluh kesah atas kerasnya tuntutan Hardiatmaja atas dirinya.

"Dan..ada apa dengan kacamata hitam itu? Kita mau sarapan, bukan mau kepantai!!"

Lima meminum air putih itu dengan tenang, tapi sebenarnya perutnya bergolak hebat.

"Gaunnya basah, tadi aku ngga sengaja numpahin air pas kumur kumur..."

"Dan euumm..aku sedang sakit mata, makanya aku pakai kaca mata hitam..."

Lima berbalik dan segera menuju pintu, ia tidak tahan berlama lama berbalas kata dengan Taruna.

"Aku baru lihat kesombongan mu Lima, tidak bisa menghargai keluarga, kamu hanya memikirkan diri sendiri...tidak salah kata om Bram, kami selama ini memelihara ular..."

Lima hanya memejamkan matanya,
Ia harus kuat.

Lima meraih pintu dan keluar, ia perlu menghirup udara yang banyak agar ia bisa waras.

Bahkan di lift yang membawa mereka turun, Lima bisa merasa kemarahan Taruna menghancurkan dirinya.

Lima tersentak karena ia merasa tangannya diraih oleh Taruna, jemarinya terselip diantara jemari Taruna yang besar. Ia baru sadar mereka telah tiba direstoran.

"Tersenyum Lima...." Lima kembali berjengit merasakan hangatnya nafas Taruna ditelinganya.

Lima menemukan pemandangan seluruh keluarga sedang tersenyum ke arah mereka berdua. Mereka terlihat seperti pasangan pengantin baru yang tengah bermesraan saling berbisik.
Otomatis Lima tersenyum lebar. Meskipun ini hanya pura pura, tapi Lima sungguh bahagia bisa berada sedekat ini dengan Taruna.

Ia benar benar Gila!!

"Lhoo Lima kenapa ngga pake gaun yang dari tante?? Kamu ngga suka??" Tanya Sarah ketika Lima baru saja duduk di kursi yang diberikan Taruna padanya.

Lima tersenyum,menggumamkan terimakasih pada Taruna

"Suka tante....cumaa...mmm..euu..ada.." Lima berbisik pada Adera yang duduk disebelahnya.

"Oohh.." Adera tertawa sambil menutup mulutnya lalu melirik Taruna dengan jahil.

Lalu mama dan Tante Sarah yang melihat tawa Adera, akhirnya memahami apa yang dibisikkan Lima.

"Wah...wah...Tante jadi kepanasan nih...maaf ya, Tante lupa kalau pengantin baru...ya udah..nanti gaunnya dipakai kapan kapan kalau udah hilang tanda tanda itu yaa..." Yang disambut dengan tawa yang lain.

Taruna hanya terheran heran mengapa semua tertawa. Ia tersentak ketika kakinya ditendang, dan ia bisa melihat Wira adiknya yang ikut menertawakannya.

"Tahan tahan Mas...hari ini kita pada balik semua kok, tinggal lo berdua aja disini...lo puas puasin deh!!"

Semua kembali tertawa

Taruna pada akhirnya memahami makna tawa itu, ia menekan rasa jijiknya dalam dalam. Ternyata selain gila harta Perempuan ini juga tidak punya malu sama sekali.
.
.

******
.

Lima terkejut ketika Taruna ikut masuk ke kamarnya.

Taruna berdiri bersidekap memandang Lima dengan tatapan menyelidik.

"Jadi..sakit mata huh?"
Kini tangannya mencoba menjangkau kacamata itu.

Lima mengelak, tapi sial itu membuat tangan Taruna akhirnya menarik kerah  kemeja Lima dan membuat beberapa kancing kemeja itu berlepas dan bahu putih Lima yang telanjang terpampang dihadapan Taruna. Dan Karena mengelak, Lima memalingkan wajahnya kearah berlawanan, sehingga bahunya terekspos dengan leluasa.

Taruna mengerutkan kening ketika melihat bahu Lima yang terlihat membiru. Lima masih tak sadar dengan pandangan Taruna.

"Kenapa bahu kamu?"
Lima tersentak, buru buru ia menarik kembali kemejanya dan gerakan tiba tibanya menyebabkan kacamata yang dipakainya terjatuh.

Taruna kembali terkejut melihat tulang pipi dan seputaran mata kiri Lima juga membiru.

Lima yang sadar menutup pipinya dengan telapak tangannya, lalu berbalik pergi.
Tapi tidak bisa, tangan Taruna lebih dahulu menahannya.

"Kamu kenapa?"
Lima bisa melihat sorot khwatir di mata Taruna. Taruna tidak ingat apa yang dilakukannya tadi malam?.

Itu sedikit melegakannya,Taruna menyakitinya karena pria itu sedang tidak sadar, ia sedang mabuk.

"Tidak apa apa..." Bisiknya kasar.

"Tidak apa apa bagaimana ?"Sentaknya, Taruna mulai merasa takut, ia berharap memar ditubuh Lima bukan seperti yang dipikirkannya.

Lima menghembuskan nafasnya.

"Mas Taruna mabuk, tidak sadar melakukan ini...ini bukan apa apa.."

Pegangan tangan itu melonggar, walau tidak menatap Taruna, Lima yakin pria itu sedang terkejut, mengambil kesempatan itu segera
Lima menarik tangannya dan kini ia melangkah masuk ke kamar mandi.

Meninggalkan Taruna yang tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya. Bagaimana mungkin ia bisa melukai Lima secara fisik?.

Tubuhnya lemas
Apa yang telah dilakukannya pada bahu dan wajah Lima? Apa ia menyiksanya tadi malam? Apa ia menampar, memukul? Atau adakah bagian lain yang tidak terlihat olehnya?.

Memikirkan itu membuat Taruna menjadi gila.

Sekilas ia melihat sebuah gaun yang tergantung di dekat meja rias. Ia kenal gaun itu, gaun yang dibelikan Tante Sarah, ia ingat karena ia yang menemani tantenya itu ke butik dan banyak bertanya pada pemilik butik. Pantas saja Lima tidak jadi mengenakannnya gaun itu terlalu terbuka, lebam lebam itu pasti terlihat dan kacamata itu....

Bahkan Lima hanya tersenyum senyum menanggapi sindiran keluarga terhadap penampilannya.

Tapi ketika kacamata hitam tadi tak sengaja terlepas, Taruna bisa melihat sorot kesakitan disana.

Taruna mengepalkan tangannya, apa yang ia lakukan tadi malam?
Pikirannya semakin kalut ketika melihat baju pengantin Lima yang rusak tergantung menyedihkan dibalik pintu.
.
.
.

***

.
.
.

Lima terbangun dari tidur siangnya. Kepalanya terasa berat  lebam ditulang pipi dan bahunya terasa berdenyut.

Lima berusaha duduk, ia menurunkan kakinya memegang kepalanya dengan siku yang bertumpu di pahanya.

Ketika ia merasa kepalanya sedikit nyaman, Lima mencoba meraih minuman di nakas.
Matanya tertuju pada bungkusan dengan logo sebuah apotek ternama.

Ia mengerutkan  keningnya, siapa yang menaruh obat disini?
Ia membuka kantong itu dan melihat beberapa obat, ada  satu tube salep, obat anti nyeri dan beberapa obat lain.

Apakah Taruna yang membelikannya?. Tidak ada yang tau kondisinya kan?

Lima juga melihat ada satu kotak makanan dan buah-buahan.

Hatinya menghangat, ia berharap Taruna yang melakukannya. Meskipun bukan, ia tetap pura pura yakin jika Taruna yang melakukannya.

Ia memang lapar, tadi pagi ia tak sanggup menelan makanan. Lima makan dengan lahan dengan air mata yang terus mengalir, baru kali ini ia menangis karena sedih sekaligus bahagia.

"Ima pasti bisa ma..." Isaknya sambil menelan makanan. Ia berharap ia tidak tersedak, karena demi Tuhan ia tak dapat menahan sesak ini.

Ia masih terisak isak dan menarik nafasnya dalam-dalam. Sakit sungguh sakit, siapa yang sanggup menolongnya? Tidak ada lagi, tidak ada lagi yang bisa menolongnya kini. Lalu ia menjerit sekuat tenaganya.

Tiba-tiba ia terbangun dengan nafas terengah-engah. Memandang sekeliling kamarnya dengan panik.

Oh Tuhan mengapa ia kembali mengingat kejadian itu?.

Kejadian yang seolah baru terjadi kemarin.

Ia menggapai nakas disamping tempat tidurnya. Meraih segelas air yang selalu disiapkan bibi.

Ia berdiam beberapa lama. Menenangkan kejaran nafas yang membuatnya sesak.

Sejak ia terbangun di rumah sakit. Ada satu hal yang ia simpan untuk dirinya sendiri.

Sudah dua hari ia hidup dalam ketakutan

Bagaimana bisa?

Yang terakhir yang ia ingat adalah ia meminta kesempatan kedua. Meminjam waktu agar ia bisa mengurai semua.

"Ima...."

Meski hanya lirih, tapi ucapan itu membangkitkan seluruh sel kelabu dalam otaknya. Bagai efek domino, satu kata itu menjatuhkan seluruh lapisan tembok penghalang ingatannya.

Hingga ia bisa mengingat semua dengan jernih.

Tapi haruskah begini caranya?

Ia menatap cermin di depannya.

Bagaimana bisa?

.
.
.
.
.****
.
.
.
Jericho hanya bisa menghela nafasnya ketika melihat Alin bergelung dibawah selimut tebalnya. Ia melihat Alin sengaja menyetel suhu hingga suhu paling rendah.

Padahal dulu Alin tidak suka dingin.

Dua hari sejak kepulangannya dari rumah sakit Alin lebih banyak diam.

Jericho mengira Alin kecewa karena Taruna tidak mengenalinya. Padahal Alin sudah berharap banyak pada pria itu. Berharap ada seseorang yang bisa membantu mengembalikan ingatannya. Jericho turut merasakan kekecewaan Alin.

Jericho meletakkan semangkuk  sup ayam di nakas.

Dibelainya rambut Alin yang sedikit tersembul dari balik selimut.

"Sayang...makan dulu..kata bibi kamu belum makan sejak siang.."

"Nanti kamu sakit sayang...Alin.."

Jericho  masih berusaha membujuk Alin. Ia tahu bagaimana jika Maag Alin kambuh. Ia tak mau Alin kesakitan lagi.

"Hei...sayangnya Ico...bangun...". Tangannya kembali mengguncang bahu Alina dengan lembut.

Yang Jericho tidak tahu adalah Alina berusaha meredam tangisnya.

Bagaimana mungkin pria sebaik ini harus menanggung keegoisannya?.

.
.
.
.
.
.

.

Semesta menyediakan pengganti
Dari setiap hal yang hilang
Kadang lebih baik dari sebelumnya

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

250K 706 7
Vote masa cuma sange aja vote juga lah 21+
3.2M 34K 30
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
Naughty Nanny Par 23

Roman d'amour

7.2M 350K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
16.9M 751K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...