Pelangi after Rain

By Nadaput1_

1.2K 729 932

Naya, seorang gadis kecil yang ceria dan penuh tawa. Anak terakhir dari 3 bersaudara yang teramat menyayangin... More

PROLOG
01. BIRTHDAY
02. FRIENDSHIP
03. EKSTRAKURIKULER
04. THE BEGINNING
05. SPRAIN
06. DESTINY
07. ODDITY
08. BLACK MAGIC
10. PARALISIS
11. AGUNG SUCI
12. HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
13. SINSHE

09. STICKINESS

66 45 83
By Nadaput1_

Naya menjerit kesakitan, bahkan ia pun menangis. Punggungnya bak dihantam batu bertubi-tubi setiap kali Mbah Suro mencoba untuk mengobatinya. Tepat dihari ke tujuh benjolan itu tak lagi muncul ketika Naya sedang lelah atau sedang beraktivitas. Kebahagiaan keluarga itu benar-benar terpancar di wajah mereka, dengan harapan Naya akan segera sembuh. 

Namun, takdir berkata lain. 

***

Hi guys, how are you ?

Maaf ya baru update part terbaru :)

Sedih aku-nya tuh, liat votmen di part sebelumnya :(

So guys, please always support me ^^

Jangan lupa vote & comment di setiap part nya ^^

Dan maaf banget kalau cerita dan penulisannya masih berantakan, hehe ^^

Enjoy the story !!

"Nay..." Perlahan ibu membangunkan Naya yang masih tertidur. Sudah hampir dua minggu Naya tidak masuk sekolah, karna ibu tak mengizinkannya. Padahal Naya merasa masih mampu untuk menjalankan aktivitas rutinnya itu.

"Ibu..." Dengan senyumnya ia membalas ibu.

"Gimana? udah enakan?" 

Naya hanya menganggukkan kepalanya pertanda sudah.

"Berarti udah bisa sekolah lagi nih?" 

"Udah dong" Jawab Naya berantusias.

"Kalau gitu, BANGUN!" Ibu mengusili Naya dengan menggilik-giliknya supaya bangun. 

Naya tertawa sejadi-jadinya sembari menepis tangan ibu yang terus membuatnya merasa kegelian. "UDAH BU! (haha)" 

"AMPUN!" 

"BANGUN MAKANNYA!"

"Iya, ini Nay kan udah bangun"

Ibu berhenti mengusilinya, menyodorkan tangannya untuk Naya raih. Perlahan Naya bangkit dari tempat tidurnya mengikuti langkah ibu menuju dapur. Terlihat Nasya yang masih asik menikmati sarapannya seorang diri tanpa memperdulikan kehadiran Naya yang sedari tadi memperhatikannya.

"WOI!" Teriak Naya

"Makan-makan sendiri, aku ngga di bangunin. Adek apa itu" lanjutnya sembari menghampiri Nasya dan duduk tepat di depannya.

"Without you I can eat more" jawab Nasya dengan suara pelan namun terkesan menjengkelkan. Sediam-diamnya Nasya, jika dengan Naya, ia masih bisa bercanda tawa.

"BU, NASYA JAHAT!" 

"NASYA..."

Nasya hanya tersenyum mendengar Naya yang mengadukannya dan ibu yang menegurnya.

Merasa puas melihat ibu yang membelanya dan menegur Nasya, Naya tersenyum tipis "Ha-ha kena marah" ejeknya sembari mengambil secentong Nasi.

"UDAH, MAKAN!" Tegur ibu kembali.

Seketika itu pula canda tawa mereka berakhir. Nasya yang lebih dulu menghabiskan makannya pergi meninggalkan dapur, bersiap-siap untuk membersihkan dirinya. Dilanjutkan dengan Naya, yang sudah diizinkan untuk kembali bersekolah. 

Beberapa menit kemudian, terlihat dua orang gadis kecil keluar dari kamar mereka menggunakan seragam putih biru seperti biasa dengan ransel berwarna merah muda, bak pinang dibelah dua seakan tak ada yang berbeda. Namun, tiba-tiba kedua kaki Naya terasa kebas sehingga sulit membuatnya untuk melangkahkan kakinya, ia masih mencoba untuk menahannya dan terus melangkah hingga tepat di depan pintu rumah, 

BRUUK!

Naya jatuh terduduk. Nasya yang masih mengenakan sepatu spontan membantu Naya untuk kembali bangkit, dan ibu yang mendengarnya bergegas menghampiri Naya. Namun saat kembali melangkahkan kakinya ia jatuh lagi dan lagi. Hingga akhirnya ia menyerah, kakinya terasa begitu lemah hingga tak mampu menahan tubuhnya. "Bu..." Naya menatap ibunya dengan wajah yang berkaca-kaca. Tanpa menjawab dan mengatakan apapun, Ibu dan Nasya kembali membantunya berdiri dan berjalan menuju kamar. Hari itu, ia tak jadi kembali bersekolah. Terus merasa bersalah, namun tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

"Nasya, pergi sekolah sendiri ya. Izinin Naya, bilang belum bisa masuk" ucap ibu pada Nasya.

"Iya bu, Nasya sekolah dulu ya bu, Assalamu'alaikum" jawab Nasya sembari mencium punggung tangan ibu.

"Waalaikumsalam, hati-hati"

Tak lama setelah Nasya pergi, keadaan yang tiba-tiba hening pecah dengan tangis ibu. 

"Naya kenapa lagi sih, Nay. hiks hiks" Terdengar jelas suara ibu yang gemetar dengan suasana hati yang bercampur aduk.

"Nay juga ngga tau bu, kaki Nay dua-dua nya kebas bahkan susah buat Nay gerakin" jelas Nay dengan air mata yang mengalir lebih deras sembari menggerak-gerakkan kakinya yang masih terasa sulit dan terasa kebas.

Ibu meninggalkan Naya, mengambil minyak makan dengan irisan bawang merah, mencoba untuk mengurut kaki Naya perlahan demi perlahan. Hingga beberapa menit kemudian,

"Masih kebas, Nay?" tanya ibu.

"Masih, bu"

"Coba berdiri!"

Perlahan Naya mencoba menapakkan kakinya kembali.

"Jalan!" 

"T-tapi, bu"

"Pelan-pelan, ibu pegangin"

Rasa kebas itu membuat kakinya tak terasa seperti menapak. Perlahan ia melangkahkan kakinya dengan bantuan ibu. Setelah beberapa langkah, ibu melepaskan tangan Naya yang sedari tadi memegangnya. "Coba jalan sendiri, Nak!" pinta ibu.

Di langkah pertama ia berhasil melangkahkn kakinya, begitu pula dilangkah kedua. Namun, tepat di langkah ketiga, Naya jatuh di dekapan ibu. Kali ini, ia benar-benar merasa ada yang salah dengan dirinya.

***

Naya memilih untuk kembali membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Sementara ibu memilih untuk mengadukan kondisi putrinya itu kepada bapak yang masih bekerja.

"Assalamu'alaikum, pak"

"Wa'alaikumsalam bu, ada apa?"

"Bapak bisa pulang cepat ngga? Naya sakit lagi"

"Loh, kenapa lagi bu? bukannya benjolannya sudah sembuh?"

"Bapak lihat sendiri saja nanti"

"Ya sudah, biar bapak selesaikan pekerjaan bapak dulu. Nanti bapak langsung pulang"

"Iya pak"

"Bapak tutup dulu ya bu, assalamu'alaikum"

"Waalakumsalam"

Tutt tutt ! (telepon mati)

Ibu kembali masuk ke kamar Naya dan memperhatikan putrinya itu.

"Apa emang benar kalau ada yang tidak suka dengan keluarga kita, salah kita apa? sampai kamu harus kayak gini, Nak." Batin ibu.

Lamunan ibu buyar ketika terdengar suara sepasang orang yang mengucapkan salam sembari mengetuk pintunya.

"ASSALAMU'ALAIKUM" Ucap kedua orang itu dengan suara yang cukup keras.

"WA'ALAIKUMSALAM" Jawab ibu, dengan suara yang keras pula sembari berjalan untuk membukakan pintu.

"Eh, bang Ali, kak Ida" Sapa ibu. Sepasang orang itu adalah Abang sepupu ibu dan istrinya. Sebelumnya mereka cukup sering berkunjung kerumah. Namun, sudah hampir 6 bulan mereka tak pernah lagi berkunjung, karna urusan pekerjaan mereka harus pindah keluar kota.

"Kamu apa kabar?"

"Alhamdulillah baik kak. Masuk dulu kak masuk, ayo bang masuk." 

Ibu yang dikagetkan dengan kehadiran mereka langsung sibuk menyiapkan minuman dan berbagai camilan.

"Ngga usah repot-repot, kayak siapa aja yang datang"

"Ya kan ngga mungkin ngga dikasih minum"

"Air putih aja sudah cukup"

"Cuman ini nya yang ada, dinikmati saja".

"Kok ngga ngabarin mau ke rumah?" 

"Kakak mu ini ngajak in pulang, kangen sama ibu. Sekalian mampir kesini"

"Gimana uwak, sehat? aku juga udah lama ngga kesana"

"Alhamdulillah, sehat"

"Kakak sama abang? Sehat?"

"Kau tengok macam mana? Sehat wal'afiat gini"

"Alhamdulillah"

"Bos kerja?"

"Kerja bang"

"Si Aldo masih suka merantau-merantau?"

"Iya, bulan semalam baru pulang udah pergi lagi"

"Biarlah, biar jadi pengalaman buat dia"

"Si kembar?"

"Adik nya sekolah"

"Kakak nya tumbang. Dikamar tuh, lagi tidur."

"Hah? tumbang? sakit maksudnya?"

"Iya bang, udah dua minggu ngga masuk sekolah"

"Sakit apa?"

"Itu dia, sampai sekarang masih ngga tau sakit apa"

"Ngga dibawa berobat?"

"Sudah. Dibawa ke dokter, tapi dokternya ngga tau sakit apa. Dibawa ke orang pinter katanya di guna-guna"

"Astaghfirullah!"

"Boleh abang tengok?"

"Boleh bang. Ayok aku antar ke kamar nya"

Sesampainya di kamar Naya, Ali bilang pada ibu "Ada yang ngikutin si Nay nih"

"Maksudnya bang?" tanya ibu penasaran.

"Bentar-bentar" pandangan Ali entah fokus kemana, yang jelas mulutnya tampak membacakan sesuatu. Semuanya terdiam, Naya yang merasakan kehadiran mereka pun terbangun dan ikut terdiam memperhatikan pamannya itu.

"Naya pernah lari-lari atau jalan terus kayak kesandung gitu ngga? tapi ngga ada apa-apa" tanya Ali pada Naya.

Naya berusaha mengingat apa  yang telah ia lalui, lalu menggelengkan kepalanya. 

"Ada perempuan, ibu-ibu yang ngikutin Naya. Dia marah, katanya Naya pernah nyepak anaknya yang lagi main. Mungkin Naya ngga sengaja, kejadiannya itu kayak dilapangan gitu" jelas Ali.

"Di sekolah?" cetus Naya seolah mengingat sesuatu.

"Pernah?"

"Pernah, Nay baru ingat. Waktu pelajaran olahraga, kami disuruh lari sprint, sudah hampir sampai di garis finish Nay jatuh. Nasya juga tau, dia yang tolongin Nay"

"Tapi kemarin punggungnya sampai bengkak gitu, katanya ditekan sama guru silatnya. Bukannya karna itu ya bang?" ucap ibu yang masih tak menyangka dengan apa yang dicetuskan abang sepupunya itu.

"Latihannya sesudah Naya jatuh kan?"

"Iya"

"Yang nekan punggung Naya ngga cuma guru silatnya, tapi 'perempuan' itu juga"

Suasana kamar Naya tiba-tiba berubah menjadi tegang. Pamannya itu emang dikenal sebagai orang indigo, namun hanya keluarganya saja yang tau. Ia tak pernah mencoba kemampuannya itu pada orang lain, kecuali mendesak. Ibu yang awalnya tidak begitu mempercayai hal-hal mistis dibuat bimbang dengan penjelasan abang sepupunya itu yang seakan relate dengan apa yang terjadi pada Naya.

"Jadi harus gimana?" tanya ibu.

"Nanti waktu bapaknya Nay pulang, beli aja bunga kembang telon sama telur ayam kampung. Letakkan di tempat Naya jatuh, niatkan sebagai permintaan maaf sama mereka"

"Harus hari ini bang?"

"Semakin cepat semakin bagus. Kalau bisa ya sepulang anak-anak sekolah biar gak jadi pusat perhatian, soalnya kejadian itu kan dilapangan sekolah, iya kan Nay?"

Naya mengangguk-anggukkan kepalanya saja tanpa membantah dan menjawab apapun.

***

Buat yang bingung sama alurnya, aku saranin baca pelan-pelan dari part awal, oke ^^

Intinya sih, nih cerita cuma buat hiburan doang ^^

Lanjut gak nih? ^^

Don't forget to vote and comment in this story 

See you ^^

Continue Reading

You'll Also Like

66.8K 6.1K 28
Jake membesarkan Riki seorang diri tanpa suami. Prinsip hidupnya jika dunia keras maka dia lebih keras.
7.7K 810 25
"Adel aku capeee" tangis ashel yang bisa di bilang sangat miris,ashel menangis di dekapan Adel "bertahan kamu kuat" jawab Adel sambil menenangkan ash...
16.9K 1.5K 29
menceritakan regie yang menyukai seorang ketos di sekolah nya,dan cinta yang bertepuk sebelah tangan karena ketos yang ia sukai menyukai orang lain y...
373K 22.1K 34
"mungkin ini takdir, hidup bersama malvin" -Haikal Samudra "menjadikanmu sebagai pendamping hidup adalah keputusan yang tepat" -Malvin Abriandra kisa...