MEMINJAM WAKTU

By Octoimmee

163K 18.2K 1.9K

Ada banyak Rahasia yang disimpan oleh seorang Lima Ayudia. Rahasia yang membuat dirinya menjadi wanita yang p... More

BAB 1 WAKTU PERTAMA
BAB 2 WAKTU KEDUA
BAB 3 WAKTU KETIGA
BAB 4 WAKTU KEEMPAT
BAB 5 WAKTU KELIMA
BAB 6 WAKTU KEENAM
BAB WAKTU KETUJUH
BAB WAKTU KEDELAPAN
BAB WAKTU KESEMBILAN
BAB WAKTU KESEPULUH
BAB WAKTU KESEBELAS
BAB WAKTU KEDUABELAS
WAKTU KETIGABELAS
PENGUMUMAN
WAKTU KEEMPATBELAS
WAKTU KEENAMBELAS
WAKTU KETUJUHBELAS
WAKTU KEDELAPANBELAS
WAKTU KESEMBILANBELAS
WAKTU KEDUAPULUH
WAKTU KEDUAPULUH SATU
WAKTU KEDUAPULUH DUA
WAKTU KEDUAPULUH TIGA
WAKTU KEDUAPULUH EMPAT
WAKTU KEDUAPULUH LIMA
WAKTU KEDUAPULUH ENAM
WAKTU KEDUAPULUH TUJUH
WAKTU KEDUAPULUH DELAPAN
WAKTU KEDUAPULUH SEMBILAN
WAKTU KETIGAPULUH
WAKTU KETIGAPULUH SATU
WAKTU KETIGAPULUHDUA
WAKTU KETIGAPULUH TIGA
WAKTU KETIGAPULUH EMPAT
WAKTU KETIGAPULUHLIMA
WAKTU KETIGAPULUH ENAM
WAKTU KETIGAPULUH TUJUH
WAKTU KETIGAPULUH DELAPAN
WAKTU KETIGAPULUH SEMBILAN
WAKTU KEEMPAT PULUH
WAKTU EKSTRA 1,2,3,4,5
MEMINJAM WAKTU (CLOSURE)KIRAN WIRA TARUNA JERICHO&ALIN

WAKTU KELIMABELAS

3.2K 390 21
By Octoimmee

......

Tempatmu dihatiku,
Meski harus mengarungi waktu
Aku tetap bertahan
Meskipun tak ada jaminan
Jika aku yang dihati kamu

.

.
Sesi pertemuan yang dengan psikiaternya dr Hedy Linary membuat dirinya lelah. Saat ini ia merasa berada dititik terendah dari saat ia mulai sadar.

Tidak ada satupun yang bisa ia ingat membuatnya nelangsa. Sejauh ini ia masih belum bisa mengingat siapa dirinya. Putus asa semakin pekat dalam pikirannya.

Dalam hatinya Ia yakin jika ia bukan Alin yang disematkan padanya. Tak ada chemistry dari nama itu yang membuat sesuatu yang menyentuh jiwanya.

Ia merasa seperti potongan puzzle yang tidak matching dengan kumpulan puzzle yang
Ada. Dipaksakan dan membuatnya stress.

Tapi foto fotonya, orang orang yang disebut mereka saudara dan sahabat sahabatnya menguatkan jika dia adalah Alina. Buku tahunan sekolah, akta lahir,KTP seluruhnya merujuk pada dirinya adalah Alina.

"Lin....kita langsung pulang ya...."

Suara lembut dan hangat itu terdengar sayup ditelinganya. Gengaman hangat tangan besar itu pun tak pernah lepas sejak ia keluar dari pintu praktek dokter Hedy. Dan sosok itu begitu setia mendampinginya sampai saat ini.

Alin...
Ya,.. Alina Queen Karnadji. Seorang Sarjana Ekonomi yang baru memutuskan resign dari Perusahaan Property, lalu mengalami kecelakaan ketika menuju bandara untuk berlibur .
Meskipun sampai saat ini ia benar benar tidak ingat apa pun. Rekan rekan kerjanya pun tak bisa membuatnya ingat.
Hasilnya selalu nihil, ia tak ingat apa pun. Itu sangat membuatnya frustasi.

"Alin....sayang..."

Langkahnya berhenti, menatap bingung pada Jericho yang sedang tersenyum padanya. Orang lain pun pasti bisa melihat binar cinta yang begitu pekat dimata Pria itu. Seharusnya Alin merasa tenang, tapi tidak, ia merasa berkhianat jika ia menerima perlakuan penuh cinta dari Jericho.

Apa yang harus ia lakukan?
Bagaimana ia tidak merasa lelah dan frustasi?.

"Kita harus tebus obat dulu, ayo kita kesana...." Alin melihat sekeliling, ah apakah tadi jalannya terlalu cepat sehingga mereka hampir keluar dari lobby Rumah sakit ini?.

Jericho seolah mengerti. Pria itu mengusap puncak kepalanya.

"Its oke, ayo kita masuk lagi..."

Alin segera mengikuti langkah Jericho. Pria itu begitu sabar, ia sengaja  menyesuaikan langkahnya dengan Alin. agar ia merasa dilindungi.

Tak bisa dipungkiri Alin merasa nyaman, dan ia membutuhkan Jericho saat ini.

Alin merasa takut membayangkan bagaimana jika Jericho mulai lelah dengan kondisinya.

Tapi genggaman tangan hangat yang dirasakannya kini, memberi keyakinan setidaknya perasaan Jericho terasa tulus.

Alin menoleh ke arah Jericho dan membalas genggaman tangan itu.

Jericho yang merasakan tekanan pada telapak tangannya menunduk melihat Alin yang sedang tersenyum dengan mata yang terlihat juga ikut tersenyum. Hatinya menghangat.

Baru kali ini ia melihat Alin seperti ini. Ia langsung tersenyum lebar, mengacak rambut Alin dengan gemas. Entah karena Alin mulai megenalnya atau Alin hanya karena Alin ingin berterimakasih, Jericho tak peduli. Ia bahagia dengan perubahan kecil ini. Seolah Alin mulai membiarkan dirinya masuk dalam kehidupannya.

Jericho bukannya tak sadar jika Alin menutup dirinya. Seolah bukan dirinya yang diharapkan Alin. Jericho sekuat tenaga mengenyahkan rasa kecewa nya. Kesembuhan Alin itulah yang menjadi prioritasnya.

Mereka terus berjalan, tiba-tiba Alin merasa perutnya protes, tadi pagi ia tidak bisa sarapan dan Mungkin karena lelah , ia merasa perutnya sedikit lapar.

"Aku ingin makan sesuatu....boleh ngga aku nunggu di Cafe disana..?"

Jericho tersenyum, gadisnya terlihat menggemaskan ketika meminta sesuatu, puppy eyes nya selalu sukses membuatnya mengabulkan apapun yang dimintanya, termasuk berlibur sendiri ke Bali yang berakhir tragis. Hatinya kembali terasa diremas, seandainya saja Alin mau bersabar menunggu satu hari lagi hingga mereka bisa berangkat bersama.

"Tentu saja sayang, kamu boleh nunggu disana...".

Alin membalas dengan senyum terbaiknya.

"Thanks Ico...."

Jericho mengangkat alisnya.

"Ico?"

"Kamu nggak suka?"

" Ico Itu..?"

"Panggilan aku untuk kamu..."

Jericho tergelak, menggelengkan kepalanya.

"Kamu ngak suka?" Wajah Alin berubah cemberut.

Buru-buru Jericho mencubit pipi Alin dengan gemas.

"Suka banget sayang..." Dulu kamu manggil aku Jerry, sambung Jericho dalam hati. Tapi biarlah,ia juga suka dengan Ico, apa pun yang Alin suka, ia pasti suka.

Mereka berjalan menuju salah satu cafe.

Rumah sakit ini tampak seperti hotel. Beberapa Cafe modern mengisi tempat yang tak jauh dari posisi mereka. Suasana diatur dengan sangat nyaman, agar pasien dan keluarga bisa mendapatkan tempat yang tenang dan tidak terintimidasi dengan bau rumah sakit.

Jericho menggandeng lengan Alin, Ia membiarkan wanita cantik itu memilih tempat yang ia mau.

Sejujurnya Jericho masih kuatir meninggalkan Alin sendiri dengan kondisi Amnesia yang ia alami. Tapi Dr Hedy berpesan agar Alin diperlakukan secara wajar, tidak perlu dikekang yang akan membuatnya semakin tertekan.

Setelah memesan makanan,dan memastikan Alin duduk dengan nyaman, ia memperhatikan sekitarnya yang juga tampak aman, barulah Jericho menuju apotek, dan sebelumnya mengatakan secara halus pada Alin agar jangan kemana-mana sebelum ia datang.
Alin mengangguk.

Alin mengedarkan pandangan keselilingnya, ia suka suasana Cafe ini. Alunan musik jazz sangat memanjakan telinganya, syarafnya yang tegang karena lelah dengan sesi hari ini perlahan mengendur, membuat ia lebih tenang.

Ia menyesap teh hijau dengan puas. Teh hijau membuat Alina semakin nyaman. Ia pikir dirinya memang menyukai teh hijau dari dulu.

Berada sendiri disini setidaknya membuat ia istirahat sejenak dari tatapan prihatin orang orang yang mengenalnya.

Mereka  memandangnya dengan raut kasihan atau tak percaya. Ia merasa seperti makhluk langka yang aneh yang selalu menjadi pusat perhatian.

Mereka tidak sadar jika Alin merasa tidak nyaman dan gelisah ditatap sedemikian rupa seolah ia adalah makhluk ajaib.

Tiba tiba pandangannya tertumbuk pada seseorang disudut Cafe. Seorang Pria dengan kemeja biru muda dipadukan dengan dasi biru elektrik, kacamata berbingkai hitam melekat pas diwajahnya.

Pria itu sedang membaca buku dengan serius. Sesekali menyesap minumannya. Ada yang familiar dengan pria didepannya itu. Cara pria itu membalik lembaran buku, cara ia mengerutkan keningnya, menggaruk pipi dan cara duduk yang bersandar ke sudut, sangat ia hafal dalam sel sel otaknya.

Dua bulan setelah ia sadar, baru kali ini ia merasa mengenal seseorang. Jantungnya berdebar debar. Apakah pria itu mengenal dirinya?. Semakin ia memandang wajah pria itu, ada rasa yang tak ia mengerti. Jauh dalam hatinya berteriak pria itu tau siapa darinya.

Ia menatap makanan yang dimeja pria itu, tiba tiba ia mengingat sesuatu yang membuat duduknya semakin tegak. Alin semakin gelisah.

Matanya kembali melihat ke arah pria itu, ia sangat berharap pria itu belum pergi. Ia harus bertemu dan berbicara dengannya. Sorot cemas nyata sekali diwajahnya.

Alina sangat gugup. Ia meremas temas tangannya yang kini terasa berkeringat. Ia terus menatap pria itu seolah mengunci agar pria itu tidak pergi sebelum ia menemuinya.

"Alin....hei..wafelnya belum dimakan?" Tiba tiba Jericho sudah datang dan kini mengambil tempat duduk di depan Alina. Untung tadi Apotek dan kasir tidak terlalu ramai. Hingga ia tidak perlu lama untuk mengantri.

Jericho bisa melihat Alin yang gugup. Matanya gelisah melihat sesuatu dibelakangnya.
Jericho mengikuti arah pandang Alin.

Jericho mengerutkan keningnya. Mencoba mencari tau objek apa yang membuat Alina gelisah.

"Lin....ada apa sayang?"
Satu tangannya menangkup tangan milik Alin yang bertumpuk di meja. Ia mencoba menenangkan wanita yang sangat dicintainya itu. Alin sangat mudah gugup dan cemas.

"A...aku..seperti mengenal orang itu...." Bisik Alina lirih.

Deg!!

Jericho ikut berdebar, baru kali ini Alin ingat sesuatu sejak dua bulan yang lalu. Selama ini Alin selalu tidak mengingat apapun jika ditanya sesuatu bahkan orang orang yang ada dalam hidupnya.

Jericho dengan cepat kembali menoleh kebelakang. Disana ada beberapa orang yang sedang duduk. Ada satu keluarga ayah ibu dan dua anak, ada sepasang suami istri, dan seorang pria dipasang pojok.

"Yang mana lin?". Jericho bertanya dengan antusias sekaligus gugup. Ia berharap apapun itu bisa membuat Akina ingat sesuatu.

Alin terus menatap kedepan.

"Yang duduk paling pojok yang sedang baca buku.." Cicitnya pelan, Alin sudah hampir menangis. Segera Jericho menggengam tangan Alin.

"Hei baby, its okay..aku disini.."

"Aku takut..."

Jericho segera berpindah duduk disamping Alin, Ia merangkul Alin kedalam pelukannya.

"Jangan takut ada aku disini..."Bisik Jericho sekali lagi.

Saat terapi dr Hedy menyarankan jika Alin teringat sesuatu apa pun itu,sekecil apa pun, seremeh apa pun itu, ia harus menyampaikan nya karena itu sangat membantu proses pemulihannya.

Jericho menoleh kembali dan ikut memandang Pria itu. Ia berusaha mengingat ingat dimana ia pernah melihat pria itu. Tapi ia tidak kenal. Ia sedikit kecewa karena tidak mengenal pria itu.

Ada rasa was was juga ketika ia tidak kenal dengan orang yang Alina kenal. Ia dan Ali tumbuh bersama sejak sekolah menengah pertama, tidak ada teman Alin yang ia tidak kenal. Bahkan teman kantornya hampir ia kenal semuanya. Jadi siapa Pria ini?.

"Kamu tadi sudah ngobrol sama dia?" Jericho bertanya hati hati. Walau dalam hatinya ia panik setengah mati.

Alina menggeleng lemah.
"Aku ngga berani..temenin aku ke sana ya..."

Belum sempat Jericho menjawab Alina sudah bangkit berdiri , ia terlihat tak sabar menemui pria itu.

"Lin, tunggu..." Tapi Alin terus berjalan dengan tergesa.

Dan kini Alin sudah berdiri tepat di depan pria itu.

.

.

.

.

Tidak ada yang siap
Tapi tak ada yang bisa mencegah
Langkah sang waktu.
Jika saatnya tiba,
Maka yang terjadi,terjadilah..

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 138K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
3.8M 54.6K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
2.6M 39.4K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
422K 1.9K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!