Cinta Penawar Kutukan

By chinggu313

1.3K 1.1K 390

Genre fantasi namun mengandung unsur romansa. Inilah kisah tiga anak remaja dengan kutukan masing-masing. Men... More

♧Prolog♧
♧Chapter1♧
♧Chapter2♧
♧Chapter3♧
♧Chapter4♧
♧Chapter5♧
♧Chapter6♧
♧Chapter7♧
♧Chapter8♧
♧Chapter9♧
♧Chapter10♧
♧Chapter11♧
♧Chapter12♧
♧Chapter13♧
♧Chapter14♧
♧Chapter15♧
♧Chapter16♧
♧Chapter17♧
♧Chapter18♧
♧Chapter19♧
♧Chapter20♧
♧Chapter21♧
♧Chapter23♧
♧Chapter24♧
♧Chapter25♧
♧Chapter26♧
♧Chapter27♧
♧Chapter28♧
♧Chapter29♧
♧Chapter30♧
♧Chapter31♧
♧Chapter32♧
♧Chapter33♧

♧Chapter22♧

17 13 0
By chinggu313

Lima menit sebelum kejadian...

"Woi... Woi... Woi. Ada hot news guys."

Decakan kesal terdengar dari ketiga laki-laki yang terlihat sedang bermain game online di ponsel masing-masing. Bahkan Guanlin tidak sadar membenturkan kepalanya ke lemari nakas saat berdiri dan lantas mengerang kesal.

"Mau berita apapun itu, karakter game gue lebih penting, njir. Udah detik-detik terakhir menuju kemenangan, kenapa lu harus datang sih?!"

"Ma... Maaf. A... Gue cuman mau nyampaiin sesuatu. Giselle dan Winter berantem di kantin," ujar I.N dengan sedikit rasa ketakutannya. Keringatnya bercucuran sambil melihat kepalan tangan Beomgyu yang sudah mencengkram kerah bajunya.

Note : I.N dibaca Ayen ➡ nama orang.

Beomgyu yang awalnya memang bercanda segera melepaskan cengkraman nya. Tatapannya melunak sambil mengkerut kan alisnya bingung setelah mendengar info yang dikatakan oleh laki-laki berkaca mata di depannya.

"Hahahaha. Ngawur lo? Orang lengket kayak perangko gitu lu bilang berantem. Mata lu ditaro dimana?" Dari arah belakang, terdengar tawa Guanlin disertai dengan suara milik Jisung. Kedua laki-laki itu bahkan sudah kembali duduk lesehan di lantai sambil mengambil posisi memulai kegiatan bermain game sebelumnya.

Brakhh!!!!

Tepat setelah Jisung menyelesaikan kalimatnya, mereka yang berada di kelas itu dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka dengan kencang. Guanlin dan Jisung kembali berdiri dan bersiap untuk berlari ke bangku masing-masing. Namun ketika melihat Giselle yang masuk, raut wajah mereka menjadi datar. Berasa kena prank.

"Yaelah. Gak I.N, gak Giselle, semua hobby bikin jantungan."

"Diam atau bangku ini melayang ke arah lo."

Guanlin kicep. Jisung dan Beomgyu juga melakukan hal yang serupa. I.N apalagi. Laki-laki itu kini sudah berada di belakang Beomgyu karena takut. Melihat raut wajah dingin dan serius dari Giselle membuat suasana kelas jadi berubah seketika.

Tidak! Hampir saja tawa Jisung kembali terdengar jika laki-laki itu tidak segera dibekap oleh Yedam. Entah sejak kapan laki-laki ambis itu berada di samping Jisung. Guanlin saja sampai kaget melihat keberadaannya yang tiba-tiba. "Sekarang bukan waktunya bercanda. Orang yang gak pernah marah, bakal gawat kalau marah," bisik Yedam di samping telinga Jisung.

Jisung mengangguk pelan. Netranya melirik ke arah tangan Giselle yang mencengkram erat ujung sandaran kursi miliknya. Tatapan gadis itu sangat menusuk dan mengarah ke arah meja nakas di belakang Guanlin, Jisung dan Yedam. Seolah-olah nakas itulah yang membuat gadis itu marah.

"Winter dan Giselle beneran berantem? Kok tumben?" batin Beomgyu.

.

.

.

.

Tok... Tok... Tok!!

Ceklek!!

Derit pintu kelas yang terbuka membuat atensi semua penghuni kelas menjadi teralihkan dari papan tulis. Semuanya memandang ke arah dua orang yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Winter dan Asahi? Ada apa? Kenapa kalian terlambat?"

Winter menunduk sesaat lalu menghembuskan nafasnya kasar. Tepat setelah kepalanya mendongak menatap semua penjuru kelas, netra kelam miliknya tidak sengaja bertatapan dengan manik milik Giselle. Kini gadis itu sudah tidak mengenakan seragamnya lagi, dilihat dari hoodie yang dia kenakan, sepertinya itu milik Sunoo. Lirikan sinis dia dapatkan dari Giselle sebagai akhir dari tatapannya.

"Ah... Maaf Bu. Tadi ada sedikit kekacauan di kantin." Asahi membungkukkan badannya sambil meminta maaf kepada Bu Zuzy. Raut wajah beliau sangat tenang namun auranya yang begitu menyeramkan membuat semua penghuni kelas termasuk Winter dan Asahi yang masih berada di ambang pintu tidak berani menatap matanya.

Helaan nafas kasar terdengar keluar dari bibirnya. Kaca mata yang bertengger di hidungnya sedikit dia perbaiki kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.

"Baiklah. Winter cepat duduk di kursimu dan Kau, cepat kembali ke kelasmu. Saya tidak ingin waktu mengajar saya terbuang banyak karena kalian."

"Baik Bu / mengerti Bu."

Winter berjalan ke arah bangkunya dengan lesuh. Begitupun Asahi yang berbalik menuju kelasnya. Saat Winter duduk pun, kepalanya masih menoleh ke arah bangku di sampingnya. Giselle sama sekali tidak melirik nya. Bahkan gadis itu tidak seceria biasanya. Raut wajahnya datar dan dingin. Aura di sekitar Winter pun ikut berubah. Niatnya untuk meminta maaf entah kenapa jadi ragu untuk dia laksanakan sekarang. Mungkin bukan sekarang waktunya. Egois sekali dirinya mengharapkan senyum Giselle terhadap dirinya setelah hal yang telah terjadi. Apakah Winter menyesal? Sepertinya iya. Tapi.... Gadis itu merasa ini semua bukan murni kesalahannya. Lantas salah siapa?

Tok... Tok.. Tok..!

"Permisi Bu. Maaf menganggu waktu pembelajarannya. Ada suatu hal yang ingin saya sampaikan."

Terlihat Bu Zuzy sedang menahan amarahnya. Beliau baru saja bersiap untuk kembali menerangkan materi yang sudah beliau rangkum di papan tulis namun dari arah pintu kembali datang seseorang. Keberadaan Pak Kai membuat Bu Zuzy tidak jadi marah. Dia kini merasa bingung dengan kedatangan sang wali kelas tersebut. Mungkin ada hal penting yang ingin beliau sampaikan.

Murid-murid pun ikut bingung dibuatnya. Apalagi ketika melihat Pak Kai yang tampak berjalan mendekati Bu Zuzy dan membisikkan sesuatu kepada Guru cantik itu sambil membelakangi para siswa. Tidak memakan banyak waktu, keduanya kemudian berbalik dengan raut wajah berbeda. Terlihat sedih dan muram.

"Beomgyu, kesini sebentar, Nak."

Firasat Beomgyu sudah tidak enak sekarang. Laki-laki itu mulai berfikir kalau dia akan kena hukuman. Tapi dia sama sekali tidak merasa pernah berbuat kesalahan. Lantas kenapa dirinya dipanggil? Kenapa hatinya merasa tidak karuan sekarang?

Laki-laki itu berdiri, berjalan menuju depan kelas. Semua mata menatap ke arahnya yang berjalan di tengah-tengah jejeran bangku teman-temannya.

Entah kenapa, setelah dirinya berada tepat di depan kedua guru itu, hatinya semakin tidak karuan. Merasa takut akan suatu hal, tapi dia tidak tahu apa yang dia takutkan.

"Sabar ya. Tadi saya dapat telfon dari Mama kamu. Kamu boleh pulang sekarang. Ingat, boleh sedih tapi jangan berlebihan. Kita semua akan ke sana, dan kau pasti tau, semua makhluk hidup akan merasakan yang namanya kematian."

Beomgyu masih terdiam. Mencerna baik-baik perkataan Pak Kai tadi. Dia di suruh pulang? Tapi kenapa? Sekarang bahkan belum waktunya pulang sekolah. Apa yang terjadi? Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang tinggal di pikirannya. Namun bibirnya kelu ingin bersuara. Mulutnya seolah-olah terkunci melihat raut wajah Bu Zuzy dan Pak Kai yang tampak sedih. Bahkan Bu Zuzy terlihat ingin menangis. Jujur, hati Beomgyu itu lembek. Melihat perempuan menangis akan membuat hatinya ikutan sakit.

"Pulanglah. Nenek kamu sudah tenang sekarang. Keluarga kamu butuh kamu sekarang. Turut berduka cita. Kami akan menyusul setelah pulang sekolah."

Degh!!!

"Apa maksud Ibu? Nenek saya meninggal?"

Laki-laki itu berfikir ini hanyalah candaan. Namun melihat air mata Bu Zuzy yang sudah jatuh dan juga tatapan kesedihan milik Pak Kai membuat Beomgyu bergetar ketakutan. Lututnya lemah sehingga badannya merosot begitu saja ke lantai. Laki-laki itu tidak menangis, dirinya hanya perlu waktu untuk sadar atas kejadian ini.

Nenek yang dia sayangi, Nenek yang dia cintai telah pergi. Penyesalan datang ketika dirinya mengingat telah lama dirinya tidak pergi menjenguk wanita tua itu. Beliau tidak sakit, beliau juga tidak mempunyai riwayat penyakit serius. Hal itu yang membuat Beomgyu merasa tidak percaya atas berita kematian Neneknya. Berharap ini suatu kebohongan tetapi inilah kenyataannya.

"Saya izin menemani Beomgyu Pak, Bu. Saya khawatir dia tidak fokus berkendara nanti."

Ide yang bagus. Guanlin tiba-tiba sudah berdiri dan membantu Beomgyu untuk tetap berdiri dengan tegak. Oh jangan lupa dengan keberadaan tas milik Beomgyu di tangan kanannya. Bu Zuzy dan Pak Kai mengangguk mengiyakan. Sekarang bukan waktunya untuk menginterogasi Guanlin terhadap alasannya tadi. Entah laki-laki itu benar-benar tulus mengantar Beomgyu pulang atau terdapat maksud lain. Seperti bolos di jam pelajaran maksudnya.

.

.

.

.

.

Kring... Kring... Kring!!!

Bel tanda berakhirnya kegiatan pembelajaran pada hari ini telah berbunyi. Tidak seheboh biasanya. Kali ini suasana kelas menjadi suram. Terlebih lagi ketika melihat murid kelas XII.2 tidak langsung pulang melainkan berkumpul di tengah-tengah kelas. Jisung dan Yedam yang memanggil mereka untuk berkumpul. Mereka sepakat untuk ikut melayat ke rumah Beomgyu.

Lain halnya dengan Winter, gadis itu menjadi satu-satunya yang murid yang tidak bergabung. Dirinya termenung di bangkunya. Sorot matanya kosong menatap dinding di depannya. Hari ini begitu banyak hal yang tidak terduga. Apakah hari ini termasuk hari tersialnya? Entahlah. Winter merasakan tidak pernah merasakan hari kebahagiaan sebelumnya.

Puk!!

"Mau ikut?"

Gadis itu menoleh sesaat setelah merasakan tepukan pelan dari bahunya. Senyum tipis terbit di bibirnya namun senyum itu kembali pudar ketika mendapati tatapan tajam dari gadis yang berada di samping orang yang menepuknya tadi.

"Gue duluan deh," ujarnya ketus lalu berjalan meninggalkan keduanya.

"Eh Giselle! Tunggu woi!" Teriakan Sunoo tidak mempan untuk menghentikan langkah kaki Giselle yang sudah mulai menjauh. Sorot mata sendu kembali Winter pancarkan. Senyumnya menjadi senyuman miris. Merasa kasihan dengan dirinya sendiri yang begitu bodoh.

"Kejar Giselle. Gue gak perlu lo ajak. Gue udah bukan bagian dari kalian." Pelan namun menusuk. Kalimat itu mampu membuat pupil mata Sunoo membesar. Mulutnya sedikit menganga mendengar kalimat yang dilontarkan oleh sahabatnya itu.

Dia sudah berusaha untuk menyatukan kembali hubungan mereka, namun melihat reaksi Winter membuat Sunoo ikutan kesal. Tanpa mengucapkan apapun, laki-laki itu berjalan keluar dengan raut wajah datar meninggalkan Winter seorang diri. Ya, gadis itu kini sendirian di kelas itu. Entah sejak kapan semua teman-teman sekelasnya meninggalkan kelas ini. Winter pun tidak peduli. Dia ingin pulang, tapi entah kenapa rasanya berat untuk melangkahkan kakinya sekalipun. Di setiap hembusan nafasnya terdapat penyesalan yang begitu tinggi, kesedihan yang dalam dan juga rasa tidak percaya diri.

Gadis itu sangat terpukul. Membuat hubungannya dengan Giselle saja mampu membuat dirinya merasa terpuruk, terlebih lagi ketika mendengar kabar tentang kematian nenek Beomgyu. Ada apa dengan hari ini?

Tok... Tok... Tok!!

Suara ketukan pintu mampu membuat Winter yang tadinya termenung kembali sadar. Di ambang pintu terlihat Asahi dengan hoodie berwarna putih yang dia bawa di tangan kanannya tengah berjalan mendekatinya.

Laki-laki itu tidak langsung bersuara setelah berada tepat di depan Winter. Netra kelam miliknya menatap Winter yang juga ikut menatapnya. "Tolong, jangan menangis," pintanya sambil membungkukkan badannya menghapus air mata Winter yang sudah kembali turun.

Jujur, Winter tidak ingin menangis. Tapi entah kenapa air matanya langsung turun begitu saja ketika melihat kedatangan Asahi. Sekelebat bayangan tentang kejadian di kantin tadi kembali membuat hatinya perih. Orang-orang hanya mempunyai rasa ketertarikan akan sesuatu tanpa adanya kepedulian dan empati. Melihat keadaan tanpa ada niatan untuk melerai atau menghentikan. Bukankah manusia memang begitu? Mereka membenci dosa namun tanpa sadar malah berpihak ke arah dosa.

"Ayok pulang. Kita harus melayat ke rumah Beomgyu kan?"

Winter menggeleng sebagai respon atas ajakan Asahi. Hal itu membuat alis Asahi mengkerut bingung. Dia mulai menduga kalau gadis di depannya tidak ingin pulang bersamanya. Baiklah, Asahi tidak apa-apa. Dia tahu keadaan sekarang.

Namun di sudut pandang Winter ternyata sangat berbeda dengan Asahi. Gelengannnya tadi bukan bermaksud untuk menolak ajakan Asahi. Dengan cepat Winter berdiri kemudian melambaikan tangannya dengan gerakan panik. Dia takut Asahi akan marah dan salah paham.

"B... Bukan, maksudku kita gak akan ke rumah Beomgyu. Nenek Beomgyu tinggal di Daegu. Mungkin beliau akan dimakamkan di sana karena di sanalah tempat beliau."

"Hhhhh. Lucu banget sih. Gitu dong, gak usah sedih-sedih. Kita akan ke sana. Mau kan bareng gue?"

Gadis itu mematung, ah lebih tepatnya terdiam mendengar kalimat Asahi. Dia malu, sampai-sampai wajahnya memerah. Irama jantungnya juga berdetak dua kali lebih cepat. Oh tidak! Asahi membuatnya baper setengah mati sekarang. Apa yang harus dilakukannya? Bahkan dia begitu serius mengingat dan memikirkan kalimat laki-laki tadi tanpa menyadari kalau tangannya sudah digandeng oleh laki-laki itu. Kakinya berjalan mengikuti langkah Asahi yang membawanya menuju parkiran. Dapat dilihat kalau hanya terdapat motor milik ketua basket itu di sana. Artinya sekolah memang benar-benar sepi sekarang.

Untung saja Asahi datang dan mengajaknya pulang. Kalau bukan karena Asahi, mungkin gadis itu masih berada di dalam kelas yang sunyi itu. Mungkin di antara kalian ada yang bertanya-tanya, apakah Winter tidak takut duduk sendirian di dalam kelas dalam keadaan sepi dan tidak ada orang lain yang sedang bersamanya? Yah. Mungkin kalian juga sering merasakan dimana rasa takut kita seolah-olah lenyap jika sedang merasakan kesedihan atau kemarahan. Karena aku sendiri pun seperti itu:)


Tbc guys.....

Continue Reading

You'll Also Like

106K 13.8K 22
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
81.1K 5.6K 22
Arsyakayla Attaya, biasa dipanggil Kayla seorang gadis berumur 18 tahun. Ia adalah gadis yang ramah dan lembut ia juga sangat baik dan perduli terhad...
3.6M 289K 63
Lunaria dalam bahasa bunga memiliki arti kejujuran, ketulusan, dan juga kemakmuran. Seperti arti namanya, ia menjalani hidupnya penuh ketulusan hingg...
1.4M 74.3K 40
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...