HOCKEY BOYS! √Nomin ft Markhy...

Od CheonsAegi

1M 94.6K 21.2K

NCA Dinos adalah tim Ice Hockey di sekolah elite bernama NCA (Neo Culture Academy). Tim yang beranggotakan 7... Viac

P R O L O G !
1. NCA Dinos!
2. Hidden Love
3. Deal or Deal
4. Continue The Plan
5. Unlucky Day
6. Morning After Sex
7. Play With You
8. Where's Mark?
9. Fall in Charm
10. Waiting For You
11. Passionate
12. Please Comeback
13. Lee Fvcking Jeno
14. Different Feelings
15. Keep Secret
16. More Deeper
17. Something Gray
18. Stay Away
19. Worries
20. Do You Love Me?
21. Getting Stronger
22. Attention and Priority
23. Good Chance
24. Badboy Sh*t
25. Sorry For Your Feeling
26. Break Up
27. Broken Hearts
28. Replace You With Him
29. Birthday Party
30. Burn My Bed
31. Painful Facts!
33. Make It Back
34. Secret Between Us
35. Hockey Fight
36. Loser
37. No Marriage
38. Clown Mode I
39. Always be Yours
40. Clown Mode II
41. Jaemin in the Trap!
42. Day Full of Love
43. Goodbye My Youth (END)
OUR PAST LIFE (New Story)

32. Drowning in Doubt

10K 1K 34
Od CheonsAegi

Aloww~ masih ada yang nunggu?

Makasih buat yang udah vote dan komen^^


|--------HOCKEY BOYS!--------|
-CheonsAegi-


Setelah pertemuannya dengan Haechan tadi, Mark semakin kebingungan menentukan ke mana hatinya berlabuh. Sambil menatap jendela Taksi yang ia tumpangi, pikirannya terus berkecamuk kemana-mana. Ditambah pengaruh alkohol yang kuat membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

Iya, saat ini Mark menumpangi Taksi karena ban mobilnya tiba-tiba kempes seakan ada yang sengaja mengempeskannya. Tanpa berpikir jauh, Mark pun tahu siapa pelakunya. Haechan tidak akan membiarkan Mark berkendara sendiri dalam keadaan mabuk.

Di dalam Taksi, pikiran Mark melayang pada kejadian beberapa saat lalu.

"Lalu di mana Jaemin, hah?"

"Jauh-jauh menghampirimu ke tempat yang sepi ini hanya untuk memeriksa keadaanmu, apakah dia melakukan itu untukmu?!"

"Tidak Mark, laki-laki yang kau puja itu tidak di sini. Melainkan aku yang ada di sini mengkhawatirkanmu!! Si brengsek Lee Haechan ini yang ada di sini untuk menemanimu, apa kau melihatnya sekarang?!"

Mark terus terbayang-bayang dengan ucapan Haechan yang cukup menohok hatinya.

"Jika kau mengajakku berpacaran hanya karena kau marah Jaemin direbut oleh sahabatmu sendiri, lebih baik kita putus sekarang."

"Jika ini yang kau inginkan, baiklah, aku akan mundur."

"Sesuatu yang dipaksakan itu memang tidak akan berjalan lama, 'kan?"

Mark menarik nafas dalam-dalam untuk mengisi kepalanya dengan lebih banyak oksigen. Ucapan yang Haechan katakan cukup membuatnya sadar jika dia bukan satu-satunya orang yang merasa sakit di sini. Walau Haechan salah karena sudah bersekongkol dengan Jeno untuk memisahkan hubungannya dengan Jaemin, namun tidak dipungkiri Haechan memang lebih paham tentang apa yang Mark butuhkan.

Bukan berarti Jaemin tidak bisa mengerti tentang apa yang Mark butuhkan, tapi memang ada hal spesifik yang tidak bisa Jaemin ikuti, salah satunya tentang bagaimana kesibukan Mark dengan Ice Hockey dan segala macam kegiatan lapangan lainnya. Dalam aspek ini, Haechan bisa mengimbangi hal itu tapi tidak dengan Jaemin.

Begitu pun sebaliknya, pasti ada hal yang tidak bisa Mark berikan pada Jaemin hingga Jaemin menjadi luluh dengan Jeno secara perlahan.

"-aku menyadari kau TERUS mengutamakan diri sendiri dengan segala kesibukan tanpa memikirkan Jaemin. Kau juga selalu menutupi hubungan kalian dari keluargamu. Aku benar-benar tidak bisa melihat Jaemin menjalani hubungan seperti itu."

Mark cukup mengakui apa yang Jeno ucapkan itu benar. Dia terlalu memikirkan dirinya sendiri dengan segala kesibukan tanpa memikirkan perasaan Jaemin. Lalu, jangan lupakan beberapa waktu terakhir fokus dan perhatiannya berpindah pada Haechan, padahal dirinya masih menjalin kasih dengan Jaemin. Pada akhirnya Mark mengakui ia pun ikut andil dalam membuat jarak tak kasat mata diantara hubungannya dengan Jaemin. Jarak itulah yang dimanfaatkan Jeno serta Haechan untuk masuk ke dalam lubang perasaan.

'Air hanya akan mengisi lubang yang kosong. Semakin dalam lubang itu kosong, maka semakin banyak air yang terisi. Begitu pun dengan hati." batin Mark dengan perumpamaan.

'Seberapa dalam lubang yang kosong di hatimu Jaem, sampai Jeno benar-benar mengisinya penuh dengan namanya.' sambung Mark lagi. Setelah itu, ia memilih untuk memejamkan mata karena kepalanya begitu berat efek dari alkohol.


---------------


Sesampai Mark di apartemen, ternyata ada Jeno yang berdiri di depan pintu memakai hoodie hitam. Jeno melihat Mark dan juga sebaliknya.

"Minggir." ucap Mark datar sambil menatap Jeno dengan tatapan dingin.

"Ada hal yang mau aku bicarakan."

"Ck! Bullshit. Cepat pergi! Aku malas melihat wajah iblismu." lalu Mark dengan kasar menarik baju Jeno dan mendorongnya keras.

"Mark, hey, kau menyerah begitu saja? Kau mengakui kekalahanmu?" Jeno ikut mendorong bahu Mark agar pria itu tidak masuk unit apartemennya.

"Cih! Tidak kusangka, ternyata selama ini aku berteman dengan pecundang-"

/bhuAKhh!/

Satu buah pukulan mendarat keras di pipi kiri Jeno hingga pria tampan itu menabrak dinding lorong.

"Dengar brengsek! Aku diam bukan aku kalah. Aku hanya tidak mau melihat wajah pria pengkhianat sepertimu lagi!"

Jeno terkekeh sambil mengusap darah di sudut bibirnya.

"Tetap saja kau pecundang, Mark Lee. Kau diam, karena kau tidak tahu bagaimana harus membalasku." lalu Jeno melipat kedua tangannya di dada.

"Begini saja, aku tahu kau ingin sekali membalasku hingga membuatku jatuh di titik yang sangat rendah. Aku punya permainan yang bisa kita mainkan. Yahh.. dalam kata lain, aku menantangmu dalam permainan ini. Hadiahnya, kau bisa memutuskannya sendiri, begitu pula dengan hadiahku jika aku yang menang. Bagaimana? Menarik?"

Mark terlihat berpikir dengan tawaran Jeno. "Permainan apa yang kau inginkan?"

"Ice hockey. Kau dan aku berada di tim yang berbeda. Kau boleh pilih rekan timmu dan aku juga akan pilih rekan timku."

Mark semakin tertantang dengan permainan yang Jeno tawarkan ini. Menurutnya tidaklah buruk. Dia bertekad akan mengalahkan Jeno kali ini apapun caranya.

"Aku bebas memilih rekan timku?" tanya Mark kembali untuk memastikan.

"Yup, bebas. Bagaimana? Deal?" Jeno mengulurkan tangannya.

Mark menatap tangan Jeno namun ia tidak membalas uluran tangan itu. Ia justru membalikkan badan lalu membuka password kamarnya.

"Baiklah, karena kau diam, aku anggap kau setuju." ucap Jeno karena Mark mengabaikan tangannya. 

"Kita tanding setelah ujian kelulusan berakhir. Pikirkan apa yang kau inginkan, hari H aku akan beritahu apa yang aku inginkan." Jeno pun menepuk bahu Mark lalu berjalan pergi. Baru dua langkah, Jeno kembali membalikkan tubuhnya.

"Ah, satu hal lagi, soal Haechan." mendengar nama Haechan, Mark urung untuk masuk ke dalam unitnya, ia memilih mendengar lanjutan ucapan Jeno.

"Aku hanya terbawa emosi, dia tidak sepenuhnya salah. Dari awal memang aku yang terus merayunya untuk ikut ke dalam rencana. Jadi, jika kau mau balas dendam, balaslah padaku, jangan pada Haechan." setelah semua hal yang ingin diucapkan selesai, Jeno pun melanjutkan langkahnya untuk pergi. Tapi Mark kembali buka suara, namun dengan suara yang pelan.

"Apa Haechan... benar-benar mencintaiku?" tanya Mark ragu, Jeno kembali menghentikan langkahnya. "Apa kau tahu soal itu?" sambung Mark lagi. Sebelum menjawab, Jeno sempat tersenyum tipis lebih dulu.

"Begitulah yang aku tahu. Dia memang mau berhenti untuk mengejarmu dan berhenti mengikuti rencanaku, tapi ternyata kau kembali mengejarnya setelah putus dari Jaemin. Lalu apa yang bisa aku lakukan selain mendorongnya kembali agar bisa mendapatkanmu? Dia tidak memaksamu sama sekali, 'kan? Dia hanya menunggumu dan mengikutimu."

Setelah Jeno menyelesaikan ucapan, Mark mendecak lalu masuk begitu saja ke dalam kamar dengan perasaan dilema. Jeno yang melihat itu hanya menaikkan bahu tak peduli.

"Berpikirlah dengan baik." gumam Jeno lalu pergi.


|--------HOCKEY BOYS!--------|
-CheonsAegi-


/PIP~/

Suara pintu yang berhasil di buka pun terdengar. Jeno masuk ke dalam apartemen seseorang dengan mengendap-endap agar tidak membangunkan empunya yang sedang tertidur. Saat ini pukul 1 malam, tentu saja pria cantik itu sudah terlelap.

Jeno masuk ke dalam selimut lalu memeluk tubuh kekasihnya dari belakang. Jaemin yang merasa terusik pun mulai sadar ketika sebuah tangan memeluk perutnya. Seandainya ia tidak mencium parfum Jeno, mungkin Jaemin akan merasa ketakutan sekarang.

"Jeno?" panggilnya dengan suara parau khas bangun tidur.

"Maaf aku mengganggumu, tidurlah kembali." ucap Jeno pelan dari belakang tubuh Jaemin.

Baru ingin memejamkan mata kembali, Jaemin merasakan perban di tangan Jeno. Ia pun langsung membalikkan tubuhnya untuk menatap wajah pria itu. Dan, apa yang ia lihat sekarang cukup membuatnya bingung dan khawatir karena terdapat banyak lebam diwajah Jeno. Jaemin tidak jadi melanjutkan tidur dan memilih duduk di kasur sambil menyalahkan lampu tidur.

"Jeno ada apa denganmu? Siapa yang melakukan ini?"

Jeno menghela nafas lalu ia berbaring di kasur dengan kedua tangan diletakkan di atas kepala.

"Mark, dia sudah tahu semuanya."

"A-Apa? Kau serius?" Jaemin terlihat terkejut.

"Ung." balas Jeno singkat.

Jaemin yang mendengar hal itu ikut membuang nafas berat kemudian memegang kening sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kepalanya terasa pening.

"Bagaimana dia bisa tahu? Siapa yang memberitahunya?" tanya Jaemin yang dijawab gelengan kepala dari Jeno.

"Entah, aku juga tidak tahu dia tahu dari mana."

"Apakah Sungchan? Dia tahu semua hubungan ini, 'kan?"

"Tidak, saat kejadian itu Sungchan ada bersamaku di ruang ekskul. Sedangkan Mark dari luar dan langsung memukuliku yang ada di dalam. Sepertinya ada orang lain yang sedang membicarakan soal kita dan tak sengaja Mark dengar, tapi entahlah aku tidak yakin. Yang jelas sekarang semua sudah terbongkar."

"Lalu... apa yang akan kau lakukan?"

Jeno menaikkan bahu karena ia pun tidak tahu harus apa.

"Entahlah, tapi hal pertama yang ingin aku lakukan adalah mengakui kesalahanku pada Mark, tapi.. rasanya berat sekali, Jaem. Lidahku tidak sanggup mengucapkannya. Ada ego yang kuat di dalam diriku dan mengatakan jika aku tidak perlu melakukan hal itu." ucap Jeno menjelaskan rasa gusarnya pada Jaemin

"Karenanya, aku mendatangi apartemen Mark dan membuat sebuah taruhan dengannya. Tujuan taruhan itu agar Mark tidak merasa dirinya sebagai pecundang yang kalah begitu saja denganku."

"Jujur saja, aku memang merasa cukup bersalah sudah merusak hubunganmu dengan Mark. Aku merasa sudah keterlaluan, harusnya aku tidak seperti ini. Tapi sepertinya pikiranku saat itu sudah ditutupi oleh keegoisan dan ambisi, jadi aku tidak memikirkan kosekuensinya. Di awal Sungchan dan Winwin sudah memperingatiku, tapi aku mengabaikannya." ucap Jeno sambil menatap langit-langit kamar.

"Jadi karena itu aku memilih untuk menantangnya bertanding Ice Hockey. Siapa yang menang, dia akan mendapatkan apa yang dia mau. Akhirnya Mark menyetujui taruhan ini."

"Apa kau tahu hal yang Mark inginkan jika dia menang nanti?" tanya Jaemin.

Jeno menggelengkan kepala, "Tidak, aku memintanya untuk mengatakan keinginannya di hari H sebelum pertandingan di mulai."

"Apa kau serius dalam pertandingan ini? Apa kau akan memenangkannya?" tanya Jaemin dengan sedikit khawatir.

"Aku berniat untuk kalah agar Mark mendapatkan apa yang dia mau secara terhormat."

"Jen!! Apa kau gila? Lalu bagaimana jika yang dia inginkan adalah aku? Apa kau akan membiarkannya begitu saja?" marah Jaemin yang tidak habis pikir dengan cara pikir kekasihnya ini. Bagaimana pun Jaemin juga memiliki hati, dia bukanlah boneka yang bisa bergonta-ganti pemilik seenaknya.

Jeno yang melihat Jaemin marah langsung duduk dan menatap mata Jaemin dengan lembut.

"Aku akan menjawab pertanyaanmu tadi setelah kau menjawab pertanyaanku ini." lalu tangan Jeno memegang pipi Jaemin kemudian mengusapnya. Kedua mata mereka saling bertatapan dekat.

"Jaem, apa kau masih mencintai Mark sebanyak kau mencintaiku?"

Jaemin seketika terdiam, dia menimbang-nimbang perasaannya. Apakah dia masih menyimpan rasa dengan Mark? Atau hatinya benar-benar untuk Jeno? Jaemin kembali meyakinkannya sekarang.

"Jaem?" tegur Jeno karena Jaemin tidak juga menjawab.

Bukannya menjawab, Jaemin justru mengecupi bibir Jeno beberapa kali hingga terdengar suara kecupan.

Jeno langsung menahan Jaemin agar tidak kembali mencium bibirnya.

"Aku mau jawaban yang serius Jaemin." Jaemin pun melepas kedua tangannya di pipi Jeno, lalu menyanggah tubuhnya dengan kedua tangan itu.

"Aku pernah membayangkan bagaimana jika aku kembali dengan Mark dan pergi menjauh darimu. Aku pikir aku akan baik-baik saja karena kembali pada pasangan pertamaku. Tapi ternyata perasaanku menjadi tidak nyaman, rasanya tidak rela. Aku benar-benar jatuh cinta padamu Lee Jeno."

Jeno tersenyum lalu mendorong tubuh Jaemin hingga ia berada di atasnya. Dengan gemas Jeno menciumi Jaemin hingga empunya terkekeh geli.

"Hahaa...  jadi menanglah untukku, okey?" sambung Jaemin lagi sambil memegang kedua pipi Jeno agar mereka saling bertatapan.

"Baiklah, aku akan memenangkannya untukmu. Kau tidak perlu khawatir, aku rasa Mark tidak akan mengambilmu lagi jika dia menang."

"Oh ya?"

"Yup, sepertinya dia sedang berfokus dengan Haechan. Karena tadi tiba-tiba dia bertanya kepadaku tentang perasaan Haechan."

"Tapi tetap saja Jen, kita tidak tahu apa yang ada dipikiran Mark. Bisa saja dia tidak menyukaiku tapi sengaja mengambilku agar kau juga merasakan apa yang dia rasakan." Jeno mengangguk setuju dengan ucapan Jaemin.

"Baiklah, begini saja, aku akan tetap berlatih dengan sungguh-sungguh. Ketika hari H aku akan mengetahui apa yang dia inginkan, jika itu berkaitan denganmu, aku akan berusaha keras untuk mengalahkannya, tapi jika tidak, aku kembali pada rencana awal, aku akan membiarkan Mark menang agar harga dirinya tidak terluka."

"Ung, itu lebih baik. Apa kau sudah punya anggota timmu?"

"Ada beberapa, aku hanya tinggal menghubungi mereka. Salah satunya kawanku dari sekolah sebelah yang sangat handal dalam permainan Ice Hockey."

"Baiklah. Kau harus ingat Jen, aku selalu dipihakmu."

Jeno sangat senang mendengarnya, ia pun menatap wajah cantik sang kekasih kemudian mencium lembut bibir itu dengan sedikit melumat.

"Jaem.."

"Hm?" lalu Jeno hanya terdiam sambil menatap Jaemin.

"Ada apa?" tanya Jaemin dengan lembut. Jeno terlihat berat untuk melanjutkan ucapannya.

"Maaf..." Jeno benar-benar terlihat menyesal.

"Maaf sudah menimbulkan kekacauan ini.." sambung Jeno lagi. Jaemin mengangguk sambil mengusap pipi Jeno dengan ibu jarinya.

"Aku benar-benar mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu, Jaemin. Aku... aku sedikit merasa khawatir sekarang. Aku takut dia kembali mengambilmu." ucap pria Lee itu dengan mata berkaca-kaca, hal itu cukup membuat Jaemin terkejut. Ini mengingatkannya dengan sosok Jeno kecil yang pernah Jaemin kenal dulu. Jenonya yang sangat manis dan lucu.

"Aku tidak akan kemana-mana, Jeno. Aku akan tetap denganmu." jawab Jaemin lalu memeluk Jeno dengan erat.

"Aku hanya khawatir, Jaem.."

---------------

Setelah malam itu, Jeno benar-benar fokus memilih anggota timnya yang bisa untuk diajak bekerja sama. Ia sudah dapat tiga orang yaitu Xiaojun, Shotaro yang merupakan dua pemain terbaik sekaligus juniornya serta Lucas, salah satu teman Jeno dari sekolah lain yang juga memiliki kemampuan bermain Ice Hockey yang handal. Jeno hanya tinggal mencari 2 orang lagi untuk bergabung ke dalam timnya. 

Saat ini Jeno sedang berkumpul dengan Lucas, Xiaojun dan Shotaro di sebuah Kafe outdoor tak jauh dari sekolah mereka. Jeno ingin menjelaskan tentang tujuan dari pertandingan ini kepada mereka bertiga. Namun, tak lama ponsel Jeno berbunyi, itu dari Ten.

"Ya, halo." jawab Jeno.

'Tim Hockey-mu sudah full?' tanya Ten.

"Ada apa ini? Tiba-tiba sekali bertanya, kau mau mengejekku?"

'Eih! Jangan marah dulu, justru aku menghubungimu untuk ikut bergabung dengan tim-mu.'

"Kau serius?"

'Yup! Aku dan Yangyang memutuskan untuk ikut membantumu. Winwin dan Sungchan fokus membantu tim Mark. Sedangkan Haechan memilih tidak ikut. Ini sudah jadi keputusan kami bersama.'

"Kenapa kalian membagi dua tim? Ini murni masalahku dengan Mark, lagipula tim Dinos sudah bubar setelah regen kemarin, jadi tidak perlu ikut campur. Masalahnya akan semakin lebar."

'Walau sudah bubar, kita tetaplah tim yang dulu pernah bersatu. Aku dan Winwin sudah memutuskan hal ini, walau aku ada dipihakmu tapi aku tidak membenci Mark, begitu pula dengan Winwin dan Yangyang. Jadi kau tidak perlu khawatir.'

"Tapi tidak dengan Sungchan hahaha... aku tahu dia sangat tidak suka denganku, pasti dia lebih memilih tim Mark." setelah Jeno bicara seperti itu, Ten tidak menjawab apapun.

"Baiklah baiklah jika kau ingin bergabung dengan timku. Aku sedang di Crown King Cafe, naik saja ke rooftop-nya, aku sedang diskusi dengan yang lain mengenai pertandingan."

'Oke, aku dan Yangyang ke sana.'

Dan, di tempat itulah Jeno menjelaskan tujuan dan maksud diadakannya pertandingan ini. Ia juga menjelaskan secara singkat kepada Lucas, Xiaojun serta Shotaro mengenai konfliknya dengan Mark. Setelah rencana sudah mereka bicarakan dan saling sepakat, akhirnya latihan akan mereka mulai besok.

.

.

.

(-TBC-)

05/08/2022

Sampai ketemu jumat depan yaa!^^

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

728K 34.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
59.4K 3.2K 9
REVISI [END] [REMAKE] [NOMIN] "ᴛʜᴇʏ ꜱᴜɪᴛ ᴇᴀᴄʜ ᴏᴛʜᴇʀ ᴍᴏʀᴇ ᴛʜᴀɴ ᴀɴʏᴛʜɪɴɢ ɪɴ ᴛʜᴇ ᴡᴏʀʟᴅ" •Original Story 'The Perfect Match' by teal-magenta• Walaupun su...
48K 5.9K 18
"𝙱𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝙽𝚊𝚢𝚊𝚗𝚒𝚔𝚊, 𝚔𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚖𝚊𝚝𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑, 𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚓𝚊𝚝𝚞𝚑 𝚌𝚒...