Undercover ╏ SooGyu ✓

By hanwistereia

163K 17.2K 5.3K

[lokal-AU] pura-pura pacaran sampai lupa kalau cuman pura-pura More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12.2
13
14
15
16
17
17.2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29.2
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
51.2
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71 - last
childish flower (1/3)

childish flower (2/3)

1K 99 35
By hanwistereia

Hari itu, Bayu bangun kesiangan.

Yah, ini bukan pertama kalinya selama sekolah sejak SD sampai sekarang SMP kelas 2, Bayu bangun kesiangan. Tapi kayaknya ini betul-betul pertama kalinya Bayu lupa kalau dia bangun kesiangan, artinya dia harusnya buru-buru menyiapkan keperluannya, tapi Bayu malah melakukan semuanya dengan mode slow motion.

Goblok emang, ya, Bayu sudah mengatai dirinya sendiri begitu keluar dari rumah dengan buru-buru. Berlari dengan cepat sambil menyimpulkan tali dasinya.

Waktu Bayu SMP, belum ada teknologi namanya ojek online, yang kayak gitu baru ada entar pas Bayu SMA. Jadi sekarang Bayu ngebut lari buat keluar dari komplek perumahannya untuk mencegat angkot—yang mudah-mudah enggak ngaret, aamiin.

Saking buru-burunya Bayu, terlebih sambil memasangkan dasi seragamnya, dia gak begitu hati-hati ketika berlari—tepatnya sih berjalan cepat. Hampir saja bertabrakan dengan bukaan pintu gerbang dari suatu rumah disusul bunyi decit gesekan.

Bayu melotot dan berhenti kaget, sama dengan orang yang hampir menabraknya.

Bayu sebetulnya gak menggubris, tapi orang itu malah mengeluh, "Jalan pake mata."

Bayu mendelik kesal, "Buru-buru." dia sudah hendak melenggang gak acuh tapi kedengaran seruan.

"Abang cepet berangkat! Nanti kamu telat! Mamah juga mau ngeluarin mobil habis ini!"

"Ck, iya." Sandi berdecak, "Minggir lo."

Bayu dengan senang hati menyingkir. Inginnya sih menendang roda sepeda si tetangga kompleksnya itu, tapi keberadaannya disadari Mamah.

"Eh, Bayu, baru berangkat juga ya? Mau bareng sama Tante aja gak biar sekalian? Takutnya kamu telat!"

Bayu cuman tersenyum manis, "Nggak perlu Tante, makasih banyak, hehe. Bayu pamit pergi duluan ya, Tan."

"Ya udah, kalau gitu. Hati-hati ya, Bayu!"

"Iya, Taann!" Bayu mengangguk sekali lagi sebelum akhirnya berlari dengan jauh lebih cepat buat menyusul jalan sepedanya yang sudah jalan 10 meteran darinya sebelumnya, dan gak menoleh sedikit pun kala melewatinya.


ღ。◦◝。


"HAH? LO TETANGGANYA SI SANDI-SANDI ITU?!"

"Nggak usah teriak!" Bayu langsung membekap mulut toa Josephine. Meski, yah, mereka nggak ada di area sekolah sih, tepatnya di kedai makan dekat tempat les. Tapi tentu dengan oktaf suara begitu kan mereka langsung jadi pusat perhatian.

"Gue merasa baru mendapat info hot news yang mana seorang Bayu Crissana ternyata punya hubungan sama orang kayak dia." ujar Josephine kemudian sambil ngunyah kentang.

"Bahasa lo ambigu banget, bikin salah paham!" Bayu menyemprot kesal sambil manyun.

"Nggak gitu, cuman gak nyangka aja ternyata lo punya kenalan orang kayak dia." Josephine ketawa sambil mencocol kentang gorengnya pada saus.

"Aneh gitu ya maksud lo? Dia emang aneh banget."

"Ya sama kek kelakuan elo."

Bayu menatap Josephine sinis banget yang cuman dibalas nyengir sambil sok canggung, habis itu juga malah ketawa.

"Gue gak pernah ngobrol sama dia sih, jadi gak tahu juga kelakuan anehnya itu kayak gimana. Tapi kalau tampilan dia yang culun itu baru deh emang kelihatan agak aneh," Josephine berujar sambil mencomot kentang lagi, dan belum Bayu menyahut dia kembali mengimbuhkan. "Tapi dia anak pinter gak sih? Dia kan anak kelas I gak sih?"

"Iya, dia anak kelas I." Bayu menimpal.

"Tahu banget deh emang sahabatnya mah."

"Gue tahu dari emaknya yang bilang! Bukan gue tahu sendiri dari orangnya, hih!" Bayu menyemprot gak terima dikatai 'sahabat' sama si anak culun yang lagi mereka obrolin.

Mana lagi-lagi, si Josephine cuman ngakak. "Ya udah deh, lagian ngapain ngomongin si Sandi terus? Gak seru, mending ngomongin Kak Johan gimana? Lo udah move on dari dia?"

"SEMPRUL! TOPIK LO JUGA GAK ADA BAGUS-BAGUSNYA!"

Untuk kesekian kalinya, Josephine cuman ketawa. Dan nama 'Sandi' gak banyak disebut lagi sejak itu, Josephine juga gak terlalu ingat yang mana sebetulnya muka Sandi sih. Jadi, dia pikir tetangganya si Bayu itu bukan orang penting. Namanya juga gak eksis disebut murid-murid. Sosoknya juga gak jadi penyumbang perlombaan yang diingat oleh banyak murid kecuali para guru—yang mana katanya Sandi jadi perwakilan sekolah buat lomba Matematika. Gak tahu juga tuh lombanya kayak gimana, mungkin hitung cepat. Josephine dan Bayu cuman ribut kepanasan di barisan belakang upacara pas ada pengumuman itu.

Itu sih, dulu pas SMP.

Beda lagi ketika pas SMA, yang mana lingkup sosial dan murid bersama berbagai macam kegiatan sekolahnya lebih banyak dan kompleks. SMA tempat Bayu dulu dikenal karena kegiatan ekstrakulikulernya yang beragam dan cetakan prestasi di sana, juga kegiatan lembaga kesiswaannya yang katanya sering mengadakan acara formalitas yang cukup eksis.

Sebenarnya, bukan 'katanya' lagi sih. Bayu yang sudah setahunan bergabung jadi anggota MPK—hasil daftar iseng—mengakui kalau kegiatan kesiswaan sekolah mereka cukup banyak dan beberapa cukup bermodal. Kadang Bayu sendiri juga capek sama kegiatannya tapi sebenarnya cukup worth it sih, untuk beberapa alasan yang membuatnya jadi sering pulang lewat jam semestinya.

"Rapat lagi, Bay?" tanya Sheo lihat Bayu membereskan barang-barangnya.

"He-eh," Bayu mengangguk sambil membetulkan letak tasnya.

"Rapat mulu, ngasilin duit kagak." Yeda meledek padahal lagi sibuk nge-game di ponsel.

"Bacot lu kaleng Khong Guan!"

"Gue juga mau ekskul, bentar lagi mulai." Josephine juga beranjak.

"Ekskul mulu lo, Sep, dapet pacar kagak."

"PROTES MULU LO AKIK-AKIK BOTOL AMER!"

"Hush! Bercanda lo goblok banget masih di sekolah anjeng!" Bayu menabok Josephine.

"Tuh, Sep, dengerin kata si anak MPK. Tiati kalau di sekolah jangan ngegoblok, nanti dicatat terus disidak di BK." Sheo menimpal ngawur.

"Ngawur banget lo pada, udahlah," Bayu berbalik pergi meninggalkan kelas.

"Duluan, bro." pamit Josephine.

"Iya!"

Meski berjalan keluar bareng Josephine, tapi Bayu pamitan duluan lagi karena ngambil ke arah yang berbeda melewati ruang guru, sementara Josephine langsung ke lapangan.

Bayu santai saja melenggang berjalan sendiri sampai tiba-tiba di persimpangan koridor papasan dengan seseorang.

Belum Bayu bereaksi, orang itu langsung tersenyum dan menyapa duluan, "Hai, Bayu, mau ke mana?"

Bayu balas tersenyum agak meringis, "Biasalah Jen, rapat."

"Oh, mau ke sekre MPK? Gue juga mau ke sekre OSIS, bareng ayo."

"Ayo aja sih gua mah."

Bayu mengiyakan saja, meski ada beberapa rumor yang mengatakan bahwa hubungan antara OSIS dengan MPK gak terlalu baik tapi kalau ada pihak OSIS sendiri yang ramah masa' mau Bayu musuhin?

"Lo gak pa-pa, kan?" Jenar bertanya tiba-tiba.

"Hah? Gak pa-pa gimana maksudnya?"

"Ya gak pa-pa kita jalan bareng," Jenar menoleh menatap Bayu.

"Ya gak pa-pa? Emangnya kenapa?" yang ditatap balik menatap heran kemudian membuang napas. "Kalau cuman karena lo anak OSIS terus gue anak MPK, masa' perkara jalan bareng aja gak boleh? Koridor sekolah juga bukan punya kakek gue."

Jenar tergelak, "Ya, barangkali lo risih gitu. Apalagi gue kan anak IPA."

"Ya terus kenapa lagi kalau lo anak IPA? Apa karena gue IPS? Terus kita harus musuhan juga perkara beda jurusan kayak di sinetron-sinetron alay di TV?" Bayu menatap makin berkerut bingung.

Tapi entah mengapa ekspresi anehnya Bayu malah bikin Jenar tertawa.

Bayu makin heran lagi. "Apa sih? Kok lu malah ketawa? Gak ada hubungan apa-apa perasaan."

Masih dengan sisa rasa geli meski telah berhenti tertawa, Jenar melambatkan langkahnya seraya menghadap menatap Bayu.

"Berarti, kalau ada perasaannya, boleh ada hubungannya dong?"

Bayu spontan berhenti, "H-hah?"

Brak!

Keduanya—terutama Bayu—dikejutkan oleh suara jeblakan pintu terbuka gak jauh di belakang membuat mereka menoleh refleks karena terkejut.

Mata Bayu menyipit menatap murid yang keluar kelas sambil membetulkan letak tasnya. Entah mungkin tatapan Bayu seperti ada sinar ultra sonic berlasernya, murid itu sadar kalau ditatap jadi menoleh ke arah Bayu.

Dia cuman menatap datar dibalik kacamatanya terus berbalik pergi.

"Bikin kaget aja, orang aneh..."

"Lo kenal?"

Kaget Bayu karena gumamannya ternyata tersuarakan dan didengar Jenar, "Ngh—yah, gue tahu dia kok. Tapi gak tahu dia kenal gue apa kagak," jawab Bayu cepat. "Udah ayo buruan, keburu kesorean entar."

Jenar menyusul Bayu yang berjalan duluan dengan cepat.

Ruangan OSIS berjarak lebih dekat duluan, jadi sebelum Bayu pergi lagi, Jenar menahan Bayu.

"Bayu,"

"Apa?"

"Gue—" mendadak Jenar kelihatan gugup. "—boleh nge-chat elo gak entar malem?"

"Boleh aja, emang kenapa?"

Jenar cuman senyum, "Nanti gue kasih tahu di chat." lantas mulai menarik pintu membuka ruangan. "Dah Bayu, semangat rapatnya!"

"I-iya, thanks. Lo juga, Jen!"

Jenar tersenyum lebar dan mengacungkan thumbs sebelum memasuki ruangan sekre.

Nggak mau berlama-lama di dekat sekre OSIS, Bayu segera melanjutkan jalannya.

Ada senyum yang ditahan dengan gigitan bibir campur bingung di dalam kepala dan di debar di jantungnya.

Aduh Jenar, gak mungkin kan begitu?


ღ。◦◝。


Dua bulan berlalu, nyatanya, Jenar memang bermaksudkan begitu.

Oh ya jelas perihal ingfo pacarannya antara Jenar dengan Bayu sangat teramat begitu bikin geger satu sekolah. Perihal keduanya yang beda jurusan IPA dan IPS juga masing-masing yang merupakan anggota OSIS dan MPK.

Dan jadi lebih geger lagi ketika beberapa bulan berikutnya, Jenar terpilih jadi Ketua OSIS periode selanjutnya.

"Bisa dong tolong request sama pacar Pak Ketu-nya buat pensi (pentas seni) atau ultah sekolah nanti ngundang Twice lah."

"Lo aja sana jadi simpenannya Pak Ujang sekalian, siapa tahu diundang juga Hotman Paris." sewot Bayu pada permintaan ngawur Yeda. Btw, Pak Ujang yang dimaksud itu nama Kepala Sekolah.

"Pfft, buat nyerein istri pertamanya Pak Ujang terus lo jadi istri barunya, Yed." Josephine menimpal.

"Kunyuk (monyet) lu!"

Bayu cuman ikut tertawa bersama yang lain, di tengah itu ponselnya bergetar dan berkedip nyala dan menampilkan notifikasi.

Jen: aku di depan

Bayu langsung menyambar ponselnya—yang sialnya—tergeletak di atas meja, yang mana teman-temannya bisa ikut lihat kalau mau dan memang mau.

"JIAAAKHHH, 'AKU DI DEPAN' CEUNAH!" (katanya)

"Diem ih!" Bayu beranjak sambil coba menyikut Josephine di dekatnya tapi sayang gak kena.

"Bay, ingat Bay, Twice! Twice!"

"Ah, Bay, gua mah pengennya Red Velvet!" Sheo malah ikutan.

Mengabaikan keributan koor teman-temannya, Bayu segera menutup rapat-rapat pintu kelasnya.

"Red Velvet apa—" belum Jenar bertanya, Bayu lebih dulu menariknya melipir menjauhi kelasnya. Nggak begitu jauh, cuman ke dekat simpangan koridor. Habis itu Bayu celingak-celinguk melihat sekitar.

Jenar jadi ikut-ikutan noleh. "Cari apaan?"

"Mastiin aja barangkali ada monyet hutan nyasar."

Jenar cuman ketawa. "Oh iya, tadi aku denger temen-temen kamu pada ngomongin Red Velvet sama Twice. Mereka mau comeback?"

"Nggak tahu, udah jangan dipikirin ih. Ada apa nyamperin?"

"Kalau aku bilang karena pengen ngelihat aja, boleh gak?"

"Gak boleh, nanti aku tonjok mau?" Bayu menatap sok serius sambil mengepalkan tangan, Jenar—lagi-lagi—cuman ketawa (dengan ganteng).

"Ekhem ekhem, permisi dulu Pak Ketu, rakyat negara numpang lewat." ada murid yang iseng lewat, sengaja ngeledek juga.

Untungnya Bayu juga kenal sih, "Nggak boleh, bayar pajak dulu, Ris!"

"Siap Pak! Tapi ditalangin dulu sama Pak Ketua, tapi spesial buat Bapak Bayu mah pake cinta ya bayarnya!"

"Tai." Bayu mendesis lirih banget dengan muka dongkol, sementara murid tersebut malah langsung lari kabur sambil ngakak. Takut dikejar beneran.

"Waduh, kalau bayar pajaknya pake cinta mah dikasih seharta seluruhnya sampai gak bersisa juga rela." Jenar menimpal iseng sambil mencolek dagu Bayu yang wajahnya bersemu merah dan melotot.

"Diem gak?!"

"Iyaaa, ampun, galak banget mentang-mentang akhir bulan."

"Gak ada hubungannya! Kalau gak jelas lagi, lu gua pukul yah!"

"Dih, kok jadi lu-guaan, saya—aduh!"

"Makanya diem gak?"

"Kalau gak mau?" Jenar malah makin tersenyum usil buat Bayu tersulut.

"Lu kalau gak ada urusan penting jangan nyamperi—aduh!"

Bayu yang oleng gak cuman karena kebanyakan tingkah, tapi karena gak sengaja ketubruk sama orang mau lewat yang kebetulan lagi bawa tumpukan buku.

Jenar refleks langsung tahan lengan pacarnya.

Yang nabrak itu gak ngomong apa-apa, tapi entah perasaan Bayu doang yang sensitif atau emang murid itu sempet ngelirik Bayu dan Jenar gantian dengan tajam sebelum tetap lanjut berjalan.

Jenar gak terlalu mikirin, lebih fokus pada keadaan Bayu, "Gak pa-pa?"

"Ng-nggak pa-pa, sorry." Bayu kembali melipir ke pinggir. Sejenak menatap kepergian murid itu yang berjalan cepat dengan langkah kakinya yang panjang.

At this time, it was my fault, but still—

"Bay?"

Bayu mengerjap dan menoleh pada Jenar. Bayangan soal murid tadi cepat menghilang dan kembali sepenuhnya teralih pada Jenar, menanyakan maksud kedatangannya dengan sungguh-sungguh.

Bayu menatap sok serius, "Dah, cepet bilang mau apa ke sini?"


ღ。◦◝。


"Sandi Bintara."

Sepenggal nama disebut itu disusul tepukan tangan mengiring. Itu beri waktu yang cukup buat Bayu memproses sepenggal nama yang udah lama sangat enggan buat disebut.

Eh, bukan sangat enggan juga sih, kesannya kayak Bayu yang jijik banget sama dia. Cuman... rasanya gak pantes aja buat Bayu memposisikan seolah dirinya kenal sama si penyandang nama tersebut—meski pun, iya, kenyataannya Bayu kenal.

Meski enggak tinggal berdeketan, tapi mereka berada di kompleks perumahan yang sama. Sudah satu sekolah sejak SD, kedua orang tua mereka saling kenal, tapi Bayu lebih sering pergi main dengan kakak perempuan Sandi ketimbang anaknya yang sebaya dengannya. Bayu bisa leluasa bertandang ke kediaman keluarga Bintara, tapi Bayu seperti punya tanda buat enggak mengusik si anak tengah Keluarga Bintara.

Bayu masih merasakan hubungan yang aneh ini di antara mereka bahkan ketika mereka akhirnya kelulusan SMA.

Lihat Sandi di podium menerima medali kelulusan sebagai perwakilan peringkat 3 besar di kelasnya, rasanya aneh. Lebih mudah melihat adik kelasnya Heli sebagai seksi dokumentasi di pinggir panggung sana ketimbang lihat 'teman' yang lama dikenalnya.

"Woi woi," Josephine yang duduk di sebelah Sheo, menoel pundak Bayu.

"Napa dah?"

"Bestfriend lu tuh juara kelas, gak mau ikutan ngasih selamat gitu?"

"Siapa?" malah Sheo yang penasaran.

"Si Sandi Bintara."

"Oh, si culun itu." Yeda menimpal sambil lihat ke podium, memastikan orang yang dimaskud.

Bayu memutar bola matanya dan berdesis, "Gak usah aneh-aneh lu."

"Iya oi, aneh lu mah Sep, yang ada juga si Bayu yang dikasih ucapan selamat sama buket bunga sehektar."

"Juara kelas pun kalah sama penerima SNMPTN, Sep."

"Diem lu anjiinggg," Bayu berbisik keras sambil membungkam mulut Yeda.

"Heh, lo tuh harusnya bersyukur gak usah mikirin SBMPTN atau gimana nasib kuliah, udah keterima SNMPTN mana di IT—" Yeda masih nyerocos.

"Diem atau mulut lu gua salib?!" Bayu melotot galak, Yeda mencibir tapi berhenti meledek.

"Stay humble ya, friends."

"Lo gak usah ikut-ikutan."

"Ya, mian." Sheo langsung duduk manis.

Josephine masih melirik temannya itu, "Tapi serius deh, gue penasaran, kenapa lu kek gak suka gitu kalau ada yang bahas soal lu dapet SNM?"

"Iya tuh, harusnya lu bersyukur—" Yeda menyambar.

"Bukannya gak bersyukur—"

"Lu gak mau LDR sama Jenar kan ya?"

Langsung Bayu melotot pada Sheo sambil mendesis gak bersuara.

"Serius lu, Bay?"

"Ah, gue ngerti sih rasanya gimana," Josephine bertingkah sambil memegang dadanya, menatap sok prihatin.

"Nggak gitu ah, gue sendiri gak masalah LDR, lagian sejak dulu juga kan udah ada rencana kuliah gak di Jakarta atau senggaknya—" Bayu menggigit lidahnya sejenak di dalam, menimbang alasan lain yang gak gamblang terjelaskan. "—gak di sini gitu. Gue pernah ada bilang, kan?"

"Iya sih, tapi—"

"Ah! Pasti Jenar yang gak mau LDR-an, ya kan?!"

"Dih! Masa' iya?"

"Dia orangnya keliatan santai-santai aja kayaknya, iya gak, Bay?"

Bukannya mengiyakan atau gimana, Bayu cumin tersenyum tipis. "Yah... gitu,"

"Gitu gimana?!"

"Seriusan dia ada bilang ke elo gak mau LDR-an?"

Bayu mengangguk pelan.

"SUMPAH ANJ—"

"EKHEM!"

Setelah deheman keras yang terdengar lewat speaker, MC acara kelulusan itu menyambung.

"Kakak-kakak mungkin emang udah lulus yah, tapi kata Pak Bagas tadi kalau masih bikin rusuh pas acara nanti Ijazahnya ditahan dulu katanya."

Baru terdengar tawa pendek dari kerumunan, seseorang dari bagian kelas IPA menyahut lantang, "TAHAN AJA IJAZAHNYA BAYU CRISSANA, PAAAKKKK!!! BIAR GAK JADI KULIAH DI BANDUNG TERUS GAK LDR-AN SAMA JENAR! KASIAN PAK, TEMEN SAYA JADI GALAU BERAT BEUUDD!" 

Bayu:

ANJING LO HARRIS!!! ASUUUU!!!!!!

[19-09-2022]


uhm.. hi?

it's need take a long time just to write selingan chapter wrwrrwrrr

i'd mke some mistake when write it, the chap take too long so i change it :'D

some spoiler; i'll ended  this story when this selingan chapter finished, so be prepared :'D

see you soon (hope it'll not taking a long time again *emoji high five*)


some tmi; i edited at my work office, I CANT USE EMOJI *emoji high five lagi*

thank you <3

Continue Reading

You'll Also Like

1M 85.8K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
89.1K 6.7K 47
[Jangan lupa Follow dan Dukung Authornim ya, agar semangat bikin book buat Readersnim] Cerita tentang kedua insan yang baru merasakan apa itu cinta p...
67.4K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
73.7K 13.8K 24
➢ ፧ sunwoo itu cuma cowok tertutup yang di benci banyak orang disekolah. dan haknyeon sukses bikin orang ternganga dengan kata-katanya, "sunwoo, kam...