Bloody Mary - Haikyuu [ END ]...

By lailaalfy13

97.8K 17.3K 6.1K

Sisi gelap sebuah akademi Haikyuu, atau sekolah menengah atas yang selalu menutup kasus kematian murid-muridn... More

PROLOG
CERMIN
NAMA BAIK
SALAH
MEREKA YANG SALING MEMBUNUH
MATA BATIN
TOILET LANTAI DUA
IWAIZUMI, BANGUNLAH...
SSS
SHINSUKE, DAN KAKEK TUA
ASTRAL PROJECTION
OVERTHINKING
UPAYA UNTUK PULANG
SIAPA MARY?
SPOILER
MENYUSUN RENCANA
PINTU LANTAI EMPAT
RUANG KESENIAN
MANEKIN
PENGKHIANAT
NINA BOBO
MEMBERONTAK
AMANAH
MENUJU AKHIR
TAK INGIN USAI
TENTANG SAKUSA
TRAGEDI
KONTRAK
HIDUP KEMBALI
BRAINWASH
PERPUSTAKAAN
USHIJIMA, DIKAMBINGHITAMKAN
SUGAWARA
BALAS DENDAM
KENMA MENGETAHUINYA
SUNRISE
EPILOG

MANUSIA LICIK

1.6K 335 57
By lailaalfy13

Chapter 30 - Manusia Licik

Butiran-butiran air pagi itu sukses membuat seluruh tubuh Osamu terasa segar kembali.

"Tsumu, gece..." Sorak Osamu yang kini masih mengeringkan rambutnya di hadapan cermin kamar mandi. "... Pagi ini kita piket cuy." Timpal Osamu lagi.

Yah, Osamu lebih senang jika melakukan piket di pagi hari. Karena ruangan yang sudah ia bersihkan itu bisa langsung ia gunakan juga.

"Idih, jadi babu? Ogah gue." Sambar Atsumu, mengacungkan jari tengahnya.

Helaan napas panjang dilakukan Osamu guna meredakan emosinya. Sungguh, ia ingin melempar kepala Atsumu dengan sebuah ember yang berada tak jauh darinya.

"Eh, Osamu." Panggil Tanaka, yang baru saja masuk dengan membawa handuk dan peralatan mandi. Ia segera mengambil posisi tepat di wastafel samping Osamu.

"Eh.. Tanaka.. umh..." Osamu balik menyapa, dan tiba-tiba saja ia kikuk. Tak tahu harus bicara apa padanya.

"Soal Noya...? Gapapa, ikhlas kok gue." Tebak Tanaka. Toh, ia sudah banyak mendapatkan pertanyaan-pertanyaan itu semenjak Nishinoya dikabarkan meninggal dunia.

Osamu mengangguk kecil, lalu mengepal kuat kedua tangannya. Ia tak bisa memberitahu Tanaka, kalau Atsumu dan Sakusa-lah yang melakukannya.

"Woi Atsumu... Gila lo, di BK malah nuduh adek sendiri. Bwahahaha..." Tawa khas milik Tanaka itu menggema disepanjang ruang kamar mandi.

Ia hanya sedikit bergurau, mengingat sidang yang terjadi di ruangan bimbingan konseling kemarin.

Iya, Atsumu sempat berkata- kalau ia mencurigai Osamu dan Suna yang kala itu tertangkap kamera pada pukul delapan kurang.

Akan tetapi, Suna buru-buru menyangkalnya- dengan alasan yang memang masuk akal.

"Ya namanya juga curiga." Atsumu keluar dari box shower, berjalan sambil mengikat tali pada handuk baju yang ia kenakan.

"Ga salah sih... Tapi gak mungkin kan." Sambung Tanaka, disusul dengan tawa-nya yang tak lagi terdengar.

Usai pembicaraan itu, Tanaka sedikit melamun- ia memutuskan untuk membersihkan giginya. Toh, keadaan toilet pagi itu tak terlalu ramai- jadi ia bisa melakukan aktivitas mandi pagi dengan lebih santai.

"Gue cerita aja kali ya..." Gumam Tanaka, lalu menoleh menatap si kembar secara bergantian.

"Kenapa?" Osamu tampak tertarik.

"Sebelum Noya ketimpa musibah, dia sempet berantem sama Sakusa." Penjelasan Tanaka membuat si kembar memasang ekspresi seolah mereka benar-benar sedang terkejut.

Padahal, mereka berdua sudah tahu akan hal itu.

"Loh, Sakusa ga cerita? Kalian kan deket." Kali ini Tanaka malah curiga. Raut wajah si kembar terbaca olehnya.

Tangan Atsumu bergerak cepat. Ia menodong Tanaka dengan jemarinya, yang entah kenapa saat itu kuku-kukunya tampak begitu tajam.

"Omi ga ngelakuin apa-apa!" Sanggah Atsumu kemudian.

Wajah Tanaka menjadi datar. Ia berhasil memancing emosi dari seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan Sakusa.

Langkah yang Tanaka ambil berjalan dengan mulus. Ia tahu kalau mengorek informasi melalui Atsumu akan lebih mudah, ketimbang menanyakannya langsung kepada Sakusa.

Kebetulan lagi, pagi itu mereka bertemu di kamar mandi- yang mana keadaannya masih terbilang sepi.

TAP! TAP! TAP!

Suara langkah kaki mulai terdengar, hingga sampailah beberapa orang didalam kamar mandi tersebut.

"Uweeee... Upin Ipin mandinya pagi bener." Sapa Futakuchi, melewati Atsumu dan Osamu yang masih berdiri disana. "... Pada kuat banget mandi pagi, apa kaga beku tuh badan. Apalagi sekarang lagi ujan deres." Komentar Futakuchi lagi.

Osamu tak terlalu ingin mandi, tapi ia khawatir kalau cuaca siang nanti akan panas terik dan membuatnya berkeringat berlebih. Biasanya, hal itu terjadi setelah hujan lebat usai.

Memang, entah dari pukul berapa- hujan mengguyur wilayah itu dengan amat deras. Bahkan gemuruh terdengar nyaring beberapakali.

"Pake water heater lah goblog!" Omel Suna yang langsung masuk kedalam salah satu box shower.

Ya, tentunya sekolah itu memiliki fasilitas water heater, atau pemanas air yang bisa dialirkan langsung melalui shower atau keran.

"Gue doain lo kesetrum." Balas Futakuchi. Ia sudah sering melihat insiden kematian akibat korsleting pada alat pemanas air.

Orang yang menggunakannya tersengat aliran listrik. Kebanyakan orang juga pastinya tahu kalau air adalah perantara yang cukup sempurna bagi listrik.

"Oke, kita balik duluan ya..." Osamu pikir, saat itu adalah kesempatan yang bagus untuk menghindari Tanaka.

Ia khawatir, kalau-kalau Tanaka melanjutkan pertanyaannya. Siswa-siswa lain mungkin akan ikut mencurigai Atsumu dan juga Sakusa.

BLAM-!

"gausah panik." Kata Atsumu, menyambar peralatan mandi milik Osamu. Ia dengan hati membawakannya. "... kalopun si pentol tau, dia gapunya bukti." Sambung Atsumu kemudian.

"Hum... Iyasih."

*****

Sakusa menundukkan kepalanya, lalu memijit pelan dengan kedua tangan. Sore itu, kepalanya terasa berdenyut hebat. Apalagi, saat memikirkan kejadian di toilet yang diceritakan oleh Atsumu.

Biarpun begitu, Sakusa tidak bisa menyalahkan Atsumu. Ia sudah hapal bagaimana sifat Atsumu yang mudah terpancing oleh lisan orang lain.

Ini murni kesalahan Sakusa, karena ia tidak memperingati Atsumu untuk selalu berhati-hati.

"Suga sama Shin lama banget disana." Gumam Ushijima menarik perhatian Sakusa. Ia masih fokus menatap monitor yang menampilkan bagian-bagian gedung sekolah yang disorot oleh kamera cctv.

Karena ingin tahu, Sakusa segera mendekat- dan ikut mengamati.

Pada salah satu kamera cctv, terlihat sebagian dalam laboratorium komputer 1 melalui kaca jendela yang tirainya tidak tertutup.

Mata Sakusa menyipit, berusaha mengamati sebuah rekaman yang resolusinya rendah itu.

Ya, kualitas video yang umumnya dipakai pada setiap kamera cctv.

"Mereka ngapain diem didepan cermin itu?" Ushijima bergumam, namun tidak digubris sedikitpun oleh Sakusa.

Sejenak, Sakusa memejamkan matanya- ia meminta bantuan Mary unuk memindahkan roh-nya ke area laboratorium Komputer 1.

Mary pernah menjelaskan kepada Sakusa, kalau ia, Atsumu, dan juga Osamu bisa memindahkan roh ke beberapa titik dimana cermin-cermin itu berada.

Mereka bisa melakukannya kapan saja, akan tetapi- ketika hendak kembali mereka wajib menggunakan cermin.

Intinya pergi tanpa cermin, pulang tetap harus menggunakan cermin.

Begitu Sakusa membuka matanya kembali, roh dia sudah berada didalam laboratorium Komputer 1- tepatnya disamping cermin itu berada.

Dihadapan Sakusa, sudah ada Shinsuke yang memegang sebuah paku.

"K... Kakek-kakek?" Sakusa bergidik ngeri, saat melihat sesosok kakek tua berdiri tepat dibelakang Shinsuke dengan wajah garangnya.

Begitu paku yang dilempar oleh Shinsuke menancap di cermin, Sakusa lagi-lagi terkejut. Kakek tua itu memberikan sedikit energinya, hingga membuat ujung paku yang tak lagi runcing itu berhasil membuat keretakan kecil pada cermin tersebut.

"Shin-!" Teriak Sugawara kepada Shinsuke. Kala itu, Mary sedang berusaha keras untuk menutup pintunya. Namun ia kesulitan karena kakek tua itu membantu Sugawara saat menahan pintunya.

Padahal, kakek tua itu tak beranjak sama sekali dari sisi Shinsuke.

"Siapa kakek ini?" Batin Sakusa. Ia menggerakkan paku itu, mengembalikannya dengan harapan bisa melukai wajah Shinsuke.

Tapi ekspetasinya itu tak sesuai dengan realita. Gerakan Shinsuke cepat sekali. Ia berhasil menghindar, dan paku itu hanya menggores wajahnya sedikit.

"Ck!" Melihat tak lagi memiliki kesempatan, Sakusa segera masuk kedalam cermin yang sempat dibuat retak oleh Shinsuke.

Untungnya, cermin itu masih bisa digunakan untuk perjalanan kembali kedalam tubuhnya.

"Sakusa... Sakusa..." Saat membuka mata pada, Sakusa melihat Ushijima yang sudah berdiri- sedangkan Sakusa sekarang duduk di hadapan deretan monitor pengawas.

"Kalo lagi jaga, jangan bengong." Tegur Ushijima. Yang langsung mengenakan kaus kaki dan sepatunya kembali.

"Gue cuma ngantuk." Elak Sakusa, berpura-pura menguap dengan senatural mungkin.

"Yauda, jaga disini bentar." Ushijima langsung berjalan keluar ruangan, tanpa memberitahu maksud kepergiannya saat itu.

Sakusa menyamankan diri di kursi, sembari menerka-nerka makhluk apa yang melindungi Sugawara dan Shinsuke tadi.

"Kalo aja tuh kakek-kakek gaada, mereka pasti udah gue matiin." Keluh Sakusa, yang mulai memfokuskan pandangannya ke monitor-monitor itu.

Tak lama kemudian, Sakusa melihat Shinsuke, Sugawara, Ushijima, dan juga Kuroo yang sepertinya sedang berdebat dengan begitu serius.

"Kenapa si ruang cctv kudu jauh banget dari gedung sekolah?" Sakusa mengeluh lagi. Letak ruangan cctv kala itu memang berada di lantai satu gedung asrama, dan Sakusa berniat untuk meminta Pak Keishin memindahkan posisi ruang cctv

Tidak ada alasan khusus sih. Sakusa hanya tertarik kalau gedung asrama sebaiknya hanya berisi kamar-kamar tempat para murid beristirahat.

"Mereka ngomongin apaan ya...?" Obrolan mereka berlangsung sampai lima menit lamanya. Belum lagi, mereka bertiga tampak seperti sedang memojokkan Ushijima.

"wkwk... Sorry deh." Sakusa bergumam sendiri lagi. Dengan sangat percaya diri, ia sudah yakin seratus persen kalau akan ada orang yang mencurigai Ushijima.

Rupanya, mengendalikan boneka dari balik layar adalah permainan yang amat menyenangkan bagi Sakusa.

"Sekarang, hmm..." Dari ketiga orang yang ada dihadapan Ushijima, Sakusa memiliki firasat yang kuat- kalau Kuroo akan lebih waspada terhadap Ushijima.

Sakusa tahu, kalau Sugawara dan Shinsuke bukanlah orang yang gegabah dalam mengambil keputusan. Keduanya tidak akan memiliki pandangan negatif terhadap orang yang belum jelas bagaimana tindakannya.

"Kuroo nih kayaknya." Terka Sakusa.

"Toilet... Lantai... Dua..." Mary memiringkan kepalanya, lalu menarik-narik pelan seragam yang masih dikenakan oleh Sakusa.

"Kenapa disana?" Tanya Sakusa kemudian.

Mary terdiam sejenak.

"Pria... Botak... Mau ngerusak cerminnya." Sahut Mary kemudian.

"Yailah, baru juga mau istirahat." Sakusa melihat kearah monitor, dimana Ushijima masih berbincang-bincang dengan tiga siswa seangkatannya itu.

Pandangannya kemudian terbesit pada jam, yang menunjukkan pukul setengah empat sore.

Cepat-cepat, Sakusa keluar dari ruangan cctv- lalu berjalan biasa di sekitar lorong asrama. Ia tidak ingin terburu-buru sampai menarik perhatian beberapa siswa yang tengah asyik bermain volly di lapangan luar.

Tak lupa, Sakusa juga sudah mematikan beberapa kamera cctv- khususnya bagian lantai satu dan dua asrama.

"Osamu!" Tanpa menoleh, Sakusa sudah tahu kalau itu adalah Suara Atsumu.

Sakusa bisa saja langsung berpindah ke dalam toilet seperti tadi, tapi ia memang sengaja memilih berjalan- sekaligus melihat kondisi si kembar.

Padahal, waktu belum berjalan sampai lima menit- tapi Osamu sepertinya udah merasakan sakit.

Sakusa jelas curiga, dengan apa yang sedang dilakukan oleh Tanaka.

BLAM-!

"Hoshh... Hoshh... Hosh..." Sakusa terengah-engah, saat sampai di toilet lantai dua. Sebelumnya ia sempat salah lokasi, dan malah mendatangi ruangan toilet yang satunya.

"Ngapain Lo?" Tanya Tanaka, yang rupanya sedang menggores-gores cermin didepan washtafel dengan sebuah cutter yang ia genggam.

Jelas saja Sakusa murka. Ia segera mengunci pintu toilet itu, kemudian berjalan mendekati Tanaka perlahan-lahan.

"Sak.. Sakusa... Lo sakusa, kan?" Tanaka tergagap-gagap, begitu Sakusa memamerkan sepuluh jarinya dengan kuku yang amat tajam.

"MAMPUS LO TANAKA!"

KREEKK-! KREEKK-! KREEKK-!

Tanaka bisa apa, ketika melawan Sakusa yang dibantu oleh Mary. Yang Tanaka lakukan hanyalah diam, karena tubuhnya seperti ditahan oleh sesuatu.

"MATI! MATI LO TANAKA! AHAHAHAHAHA!" Sorak Sakusa kemudian tertawa terbahak. Ia terus mencakar seluruh bagian tubuh Tanaka, hingga ia tak lagi bernapas.

Tangan Sakusa terasa sedikit lelah. Ia segera tersenyum begitu melihat bahwa Tanaka benar-benar tak bernapas lagi.

Sepasang tangan Sakusa, kini penuh dengan darah. Ia segera berjalan ke hadapan washtafel, lalu mencuci tangannya.

KRING-!

Suara ponsel berbunyi. Sakusa menjawabnya sambil menyalahkam speaker.

"Mi... Gimana sih Lo!" Kata Ushijima begitu Sakusa mengangkat panggilan telepon darinya.

"... ini ada yang matiin cctv, kalo mau keluar harusnya pintu dikunci aja." Saran Ushijima kemudian.

"Sorry dah... Gue pusing banget jadi balik ke kamar duluan." Sakusa beralasan lagi. Ia tidak mungkin kembali kesana dengan kondisi pakaian yang dipenuhi oleh bercak-bercak darah.

"Huft... Yauda istirahat sana." Ushijima hanya bisa berujar demikian, kemudian mematikan ponselnya.

Jemari Sakusa akhirnya bersih dari noda bekas darah. Berkali-kali ia mendengar suara gagang pintu yang digerakkan.

Hal itu tak membuat Sakusa panik sedikitpun. Cermin yang ada dihadapannya masih bisa digunakan untuk berpindah tempat.

"Sayangnya, kekuatan fisik biasanya ga berguna kalau otak Lo juga ga dipake." Sakusa berjongkok sejenak, dihadapan jasad Tanaka yang sudah terkoyak oleh cakarannya.

Mata Sakusa melihat jemarinya, dimana kuku-kukunya sudah kembali seperti semula.

"Harusnya sekarang Osamu udah gak kenapa-napa." Gumam Sakusa, sebelum akhirnya melompat kedalam cermin disana.

Sebelumnya, Sakusa sudah mengamati area tangga didekat kamarnya. Ia tak lagi mendapati siapapun akan berlalu-lalang disana, jadi aman baginya untuk segera keluar dari cermin.

"Selesai." Sakusa merengangkan tangannya yang sedikit kaku, lalu berjalan naik ke lantai dua. Ia berbelok, dan langsung masuk kedalam kamarnya.

.
.
.
.
.
To be continued

Yo, readers!
Selamat pagi!!!

Hari Sabtu nih, pasti kebanyakan pada libur sekolah. Kalopun masuk, paling ekstrakurikuler doang kan yah?

Akhirnya pagi ini ditempat author hujan. Behhh, suasananya dingin banget.

Tapi author tuh seneng banget nyium aroma hujan, bawaannya tenang banget.

Sekarang author lagi duduk aja di teras rumah, sambil minum teh anget.

Oke readers, jangan lupa sarapan.
Selamat akhir pekan ya!

Sampe ketemu di chapter berikutnya! 🙌🏻🙌🏻

Continue Reading

You'll Also Like

1M 85.4K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
25.2K 221 8
Sorry kalo jelek baru pertama kali hehe
39.6K 7.2K 31
Semi Eita, Oikawa Tooru, Kita Shinsuke, dan Miya Atsumu. Mereka berempat harus kembali menginjakkan kaki disebuah bangunan tua terbengkalai. Disanala...
9M 374K 84
SERIES #1 IN DARK ROMANCE [ MODE PRIVATE ] So follow terlebih dahulu 🌸COMPLETE🌸 Kehidupan yang penuh akan luka, dendam dan pengkhianatan itu telah...