Bloody Mary - Haikyuu [ END ]...

De lailaalfy13

97.9K 17.3K 6.1K

Sisi gelap sebuah akademi Haikyuu, atau sekolah menengah atas yang selalu menutup kasus kematian murid-muridn... Mais

PROLOG
CERMIN
NAMA BAIK
SALAH
MEREKA YANG SALING MEMBUNUH
MATA BATIN
TOILET LANTAI DUA
IWAIZUMI, BANGUNLAH...
SSS
SHINSUKE, DAN KAKEK TUA
ASTRAL PROJECTION
OVERTHINKING
UPAYA UNTUK PULANG
SIAPA MARY?
SPOILER
MENYUSUN RENCANA
PINTU LANTAI EMPAT
RUANG KESENIAN
MANEKIN
PENGKHIANAT
NINA BOBO
MEMBERONTAK
AMANAH
MENUJU AKHIR
TAK INGIN USAI
TENTANG SAKUSA
TRAGEDI
KONTRAK
HIDUP KEMBALI
PERPUSTAKAAN
MANUSIA LICIK
USHIJIMA, DIKAMBINGHITAMKAN
SUGAWARA
BALAS DENDAM
KENMA MENGETAHUINYA
SUNRISE
EPILOG

BRAINWASH

1.8K 370 170
De lailaalfy13

Chapter 28 - Brainwash

Libur semester selama dua Minggu lamanya, kini telah usai. Sakusa telah memikirkan banyak rencana-rencana didalam kepalanya, dimana ia akan memanfaatkan banyak orang untuk menjadi tameng baginya nanti.

Tanpa ragu-ragu, Sakusa masuk kedalam ruang OSIS- dimana ia sudah membuat janji dengan salah satu guru disana.

Ya, Ukai Keishin. Beliau adalah guru yang ditakuti oleh banyak siswa, karena ketegasannya saat berbicara.

"Anggarannya terlalu besar " seru Pak Keishin, usai membaca proposal yang diajukan oleh Sakusa. Sebetulnya, ia takjub dengan susunan pengajuan yang dirancang oleh Sakusa. Rapi, dan mudah dimengerti.

"Keluarga saya akan memberikan donasi sebanyak delapan puluh persen, jika bapak menyetujui proposal ini." Sakusa memulai negosiasinya. Ia dapat dengan mudah membaca ekspresi terkejut di wajah pak Keishin, dimana gurunya itu tampak mulai tergiur dengan tawarannya.

"Ya... Tapi kita perlu mendiskusikan ini dengan guru dan anggota OSIS yang lainnya." Pak Keishin mengambil kembali jilid proposal yang tadi ia letakkan diatas meja. Tangannya bergerak dengan lihai, membolak-balik laman putih tersebut.

Sakusa berdiri, membuat kursi yang ia duduki menciptakan decitan karena bersentuhan langsung dengan lantai.

Ia tahu, kalau Pak Keishin akan berkata demikian. Sakusa, sangat tidak ingin anggota OSIS yang lainnya tahu. Sebab, akan banyak muncul pertanyaan, sanggahan, dan lainnya.

Terlebih, Sakusa sudah menandai siapa-siapa saja yang sulit ditangani olehnya.

"Oikawa Tooru, Semi Eita, dan Kita Shinsuke." Tiga nama itu tercatat jelas didalam kepala Sakusa. Mereka ialah murid tahun ketiga, yang banyak beradu mulut dengan Sakusa tiap kali OSIS mengadakan rapat tertentu.

Belum lagi, didalam organisasi tersebut juga ada Suna Rintaro dan juga Tsukishima Kei. Keduanya memiliki lisan yang dapat memancing emosi Sakusa hingga meletup kapan saja.

Jelas, kalau Sakusa tidak ingin langsung gagal di rencananya yang pertama.

"Pak Keishin..." Sakusa mendekat, menepuk pundak Pak Keishin dengan satu tangannya.

Bibir Sakusa sekarang berada dekat dengan telinga kanan Pak Keishin, dan disaat itu juga gurunya itu hanya diam- tak berkutik sedikitpun.

"Silahkan membantah, tapi pada akhirnya bapak harus tetap menuruti permintaan-permintaan saya." Sakusa berbisik, mengulang-ulang kalimat itu beberapa kali. Menciptakan sebuah sugesti kepada gurunya sendiri.

"Baiklah..." Jawab Pak Keishin dengan tatapan kosong.

Sakusa tersenyum kecil, lalu mengangkat tangannya dari sisi pundak Pak Keishin.

Memberikan sugesti atau stereotipe kepada taget secara terus-menerus dapat menjadi cara yang paling efektif sebagai sarana cuci otak.

Bagi seseorang dengan pikiran yang cenderung lemah dan mudah dipengaruhi, cara ini bisa dibilang cukup efektif. Selain itu, Sakusa paham betul- kalau guru-guru di kebanyakan sekolah swasta pastinya akan tergiur dengan yang namanya uang.

Tawaran Sakusa untuk memberikan donasi sebesar delapan puluh persen adalah rencana awal, agar Pak Keishin terus menimbang-nimbang keuntungan yang akan ia dapat.

Supaya, Sakusa bisa lebih mudah mempengaruhinya.

"Loh... Loh... Saya ngelamun ya?" Sahut Pak Keishin saat keluar dari zona lamunannya. Ia terlihat sedikit linglung, lalu memfokuskan pandangannya kembali kedalam proposal milik Sakusa.

Sakusa hanya menggeleng, lalu tersenyum tipis.

"Baik, saya terima ide ini. Kamu bisa putuskan, siapa rekan yang bisa kamu ajak untuk meletakkan cermin-cermin itu." Tangan Pak Keishin bergerak, menandatangani laman proposal lalu memberikannya stempel. Wajahnya tampak begitu sumringah sesuai dengan harapan Sakusa.

Sakusa membalasnya dengan senyuman juga. Ia izin pamit, dan segera keluar dari ruangan tersebut.

"Sekarang, mereka bakal terus jadi pembunuh... Supaya bisa hidup kayak manusia biasa." Gumam Sakusa pelan, dengan seringai yang mulai muncul- tepat ketika ia berjalan pergi dari ruangan OSIS.

"Mungkin, Osamu gabakal ngebunuh orang, sih..." Pikir Sakusa. Sedari awal, hanya dia yang tidak pernah setuju.

Untuk sekarang, Sakusa akan menimbang-nimbang. Siapa orang yang bisa ia manfaatkan selanjutnya.

*****

"Tendou, seharusnya Lo ubah gaya rambut itu." Seutas suara milik Ushijima Wakatoshi, terdengar begitu Sakusa hendak naik menuju lantai dua gedung asrama.

"Aduh, aduh... Wakatoshi, gausah seketat itulah sama peraturan." Sanggah Tendou, tak ingin gaya rambutnya terus-menerus dikomentari.

Otak Sakusa mulai berkerja kembali. Ia baru ingat, kalau selain bergabung sebagai anggota OSIS, Sakusa juga merupakan ketua anggota kedisiplinan di akademi tersebut.

Salah satu anggotanya ialah seorang kakak kelasnya, yaitu Ushijima Wakatoshi.

"Kak Wakatoshi..." Panggil Sakusa, menaiki tangga dengan sedikit terburu-buru.

Ushijima dan Tendou segera berhenti, lalu memandang Sakusa yang sedikit terengah-engah.

"Walahh... Tumben manggil 'kak' pasti ada maunya." Ledek Tendou, yang sudah hapal dengan tingkah adik kelasnya yang satu itu.

Iya, Sakusa Kiyoomi. Ia selau memanggil seseorang dengan sebutan sesuka hatinya. Tak perduli orang itu lebih tua atau muda darinya.

"Apasih..." Jeda Sakusa sejenak "... Tapi gak salah sih." Sakusa sedikit berguyon, ingin menyesuaikan topik dengan lawan bicaranya. Iya, Tendou adalah tipikal orang yang suka akan candaan. Biarpun begitu, terkadang ia juga sedikit menyebalkan dimata orang-orang tertentu.

"Kan..." Gelak Tendou kemudian.

"Jadi gini kak..." Sakusa menoleh kearah Ushijima, ia yakin kalau sekarang adalah waktu yang tepat untuk menyampaikannya. "... Pak Keishin nyuruh kita masang cermin di beberapa area asrama sama gedung sekolah. Emh... Itu usulan gue sih, dan beliau setuju." Jelas Sakusa kemudian.

Ushijima mengangguk mengerti. Ia tidak perlu menanyakan apa gunanya cermin-cermin tersebut. Didalam pikiran Ushijima hanyalah terdapat maksud-maksud positif, dimana ia menduga kalau pemasangan cermin itu berguna bagi para siswa untuk memeriksa atribut atau kelengkapan sekolah dimanapun.

"Baik, kabarin gue aja kalo udah mau mulai." Jawab Ushijima singkat. Ia adalah orang yang tak suka membuang-buang waktu, dan karena menurutnya tak ada pembicaraan lagi- Ushijima segera berbalik meninggalkan Sakusa disana.

Sementara Tendou masih melambai-lambai kecil.

"Babay, Omiii~" seru Tendou dengan riang.

Sakusa membalas lambaian tangan itu.

*****

Angin bertiup dengan cukup kencang, membelai helaian rambut abu milik Osamu. Entah sejak kapan, ia jadi gemar melamun.

Osamu memang sudah hidup kembali, mungkin seharusnya ia merasa senang karena bisa menghabiskan banyak waktu bersama dengan Atsumu.

Masalahnya, ada banyak hal yang mengganjal didalam hatinya. Osamu selalu menerka-nerka, apakah perbuatan mereka bisa dimaafkan oleh orang lain nantinya.

Semuanya terasa begitu kelabu, dan Osamu tidak leluasa menjalani kehidupannya saat ini. Ia kerap merasa kesakitan hingga mimisan dan menderita sakit kepala yang hebat.

Tubuhnya yang sekarang, tak lebih dari sebuah onggokan daging yang seharusnya sudah membusuk. Ia ragu bisa menahan sakit ini terus menerus.

"Duhhh, segernya..." Pintu terbuka dengan kasar, sampai muncullah Atsumu dengan handuk yang bertengger diatas kepalanya. Ia masuk, lalu menutup pintunya kembali.

"... Mandi bege... dah sore..." Kata Atsumu, yang langsung menyambar kedua pipi gemuk milik Osamu.

"Hwehh..? Avvah iwttuhh mwanndyiih...?" Osamu tak bisa berbicara dengan benar, karena Atsumu masih menarik-narik sepasang pipinya.

Miya Osamu, adalah orang yang tidak akan pernah menginjakkan kaki didalam kamar mandi. Terlebih jika cuaca sedang dingin.

Mottonya adalah, kalau bisa mandi sehari sekali, kenapa harus dua kali? Kalau gak keringetan, kenapa harus mandi?

Karena kesal, ia langsung menepuk keras kedua tangan Atsumu.

"Sakit tauuuk!" Omel Atsumu, yang langsung berjalan menuju ranjangnya.

Kedua mata Osamu menyipit. Ia tahu ada yang aneh, dan selama ini- Osamu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak bertanya.

"Napa si jalan lo ngangkang kek gitu? Bengkok ya batang punya Lo?" Sambar Osamu tiba-tiba.

Atsumu menyerngit, menutup area selangkangannya yang dibalut oleh celana boxer itu.

"Idih, seenaknya Lo ngatain aset masadepan gue." Cibir Atsumu kemudian. Ia berusaha mempertahankan harga dirinya yang serasa sedang diinjak-injak oleh adiknya sendiri.

Osamu hanya bisa menghela napas. Mengetahui Sakusa yang saat ini bisa berbuat apa saja, maka tidak heran jika Atsumu bisa dibodoh-bodohi seperti itu.

"Sumpah Sam, bokong gue sakit sih... Ambeyen keknya..." Atsumu mengelus-elus dari bagian punggung hingga bokongnya, degan tangan kiri. Ia menyamankan dirinya diatas ranjang, lalu memeluk guling miliknya.

Mendengarnya saja sudah membuat Osamu malu setengah mati. Rasanya, Osamu ingin menghancurkan kepalanya- karena telah membayangkan kejadian yang sudah pasti dilakukan oleh Sakusa kepada Atsumu.

Osamu tidak marah? Hey, tentu saja ia marah. Tapi memangnya apa yang bisa Osamu lakukan.

Besar kemungkinan, Osamu akan meminta Sakusa untuk berhenti. Ia hanya butuh ruang, dimana bisa berbicara dengan Sakusa secara empat mata.

"Atsumu tolol! Tolol banget! ANDAI GUE ANAK TUNGGAL AKHHH!" Pekik Osamu yang tiba-tiba berdiri, membuat kursi yang ia duduki terjatuh kearah belakang.

Mendengar sorakan penuh emosi itu, Atsumu tidak terima. Ia segera melemparkan salah satu guling kepada Osamu.

"Heh! Heh! Gue kasi tau ya sama Lo... Yang sopan sama Abang!" Sorak Atsumu, menyambar guling yang lain- lalu mengayunkannya kearah Osamu yang sedang melindungi diri dengan guling satunya.

"Gaada Abang-adean... Kita kembar goblok! Lahirnya bareng!" Dengan sekuat tenaga, Osamu mengayunkan gulingnya begitu melihat celah yang terbuka. Atas tindakannya itu, ia berhasil menyerang kepala Atsumu- hingga tubuhnya terhuyung kesamping.

"Itu Lo tau, bangsat! Terus ngapa ngaku-ngaku anak tunggal?!" Atsumu murka, ia berusaha menyerang Osamu kembali- tapi tak pernah berhasil menyentuh sejengkal kulit Osamu.

"Gue si ngarepnya gitu!" Sambar Osamu.

"Biarin, gue kutuk Lo jadi batu!" Teriak Atsumu yang mulai frustasi.

"Dih siapa Lo? Mak gue?!" Ledek Osamu, tak mau kalah.

Ya, intinya aksi adu mulut si kembar terus berlanjut hingga larut malam. Coba bayangkan jika kalian menjadi tetangga mereka ketika berada di asrama.

Apa yang akan kalian lakukan?

.
.
.
.
.
To be continued

Cuacanya panas disini derss, author pengen minum es tapi udah batuk lagi.

AAAAAAAAA.....

Btw, kalian sekolahnya udah fullday apa masih setengah hari nih? Kalo fullday, semangat ya! Jangan lupa bawa bekal!

Sehat-sehat ya readersku tercintahhh... Muachh... Muachhh.... 😚😚

ketemu lagi di chapter selanjutnya, babayyy-!!! 😼🙌🏻

Continue lendo

Você também vai gostar

25.2K 221 8
Sorry kalo jelek baru pertama kali hehe
1.4M 81.6K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
50.4K 6.2K 12
Dimata semua orang, anak kembar adalah sosok yang sempurna. Mereka terlihat serasi seperti satu kesatuan. Kenyataannya, menjadi anak kembar bukanlah...
499K 56.3K 55
kerecehan dan ke gubulukan anak-anak KnY yg main Twitter Status : Completed Kimetsu on Twitter © giyuuko21 © Ryouko...