DIFFERENT SOULS (HIATUS)

By SeptianiRirin

361K 26.3K 2.3K

Aurora Nathaline Xander memiliki paras cantik, mata bulat, kulit putih, pintar dan baik hati harus merenggang... More

PROLOG
XANDER'S FAMILY
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CAST ISI MANSION LAXANDER~1
CAST ISI MANSION LAXANDER~2
LAXANDER'S FAMILY
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CAST 1
GRAVENTAS
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
LAZARUS
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
KEMERDEKAAN
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
MARRY CHRISTMAS
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
PENGUMUMAN!!
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44

CHAPTER 36

1.9K 151 67
By SeptianiRirin

Markas GRAVENTAS kini tengah ramai dengan para anggota GRAVENTAS.

Raditya dan para anggota inti juga tengah menikmati kebersamaan mereka di markas. Angkasa dan Varo sedang Mabar, Kevan dan Dion bermain PS, sedangkan Raditya, Vando dan Geraldy tengah sibuk dengan gejet masing-masing.

"Ro! Samping Lo Ro! Tembak njir kenapa Lo malah lari ke situ goblok!! Lalalah! Yah kan kalah jadinya! Goblok sih lu!" Angkasa melempar ponselnya dengan kesal karena kalah.

"Lo kenapa dah dari tadi kayaknya kagak fokus mulu lu. Bukan cuman Lo aja tapi kembaran Lo juga noh!" Ujarnya menatap sahabatnya yang sedari tadi tak fokus. Mereka yang mendengar itu ikut menatap bank dan Varo.

Varo diam tak menjawab. Tatapannya beralih menatap sendu kembarannya yang sedari tadi melamun dengan tatapan kosong.

BRAK

Suara bantingan pintu markas terdengar nyaring hingga membuat mereka terkejut. Di sana mereka melihat tiga anggota mereka yang saling membopong dengan kaki pincang dan wajah penuh lebam. Sebenarnya apa yang terjadi?

Raditya dan para inti kecuali Vano yang asik melamun berdiri menghampiri anggotanya itu.

Melihat sang ketua dan inti yang datang menghampiri mereka membuat mereka bertiga menunduk.

"Siapa?" Singkat Raditya dengan Geraman.

Mereka bertiga saling pandang sampai kemudian salah satu dari mereka mengeluarkan amplop merah berlambang burung berkepala dua dengan tiga mahkota di atas kepalanya, serta ukiran prajurit berkuda di tengah burung itu. Itu adalah lambang LAZARUS.

Raditya menerima amplop itu dengan kening mengkerut bingung, begitupun dengan para inti dan anggota lain.

"Tadi pas kita bertiga lagi di jalan buat ke sini, salah satu anggota inti LAZARUS cegat kita bertiga. Kita bertiga di hajar habis-habisan sama dia terus kasi itu ke gue sambil bilang 'jangan pernah usik anggota LAZARUS terutama Queen-Nya.' " jelasnya sambil meringis pelan saat merasakan sakit pada sudut bibirnya.

Raditya membuka amplop itu dengan di saksikan para anggotanya. Di sana terdapat dua surat dan satu kain sutra berwarna merah berlambang sama dengan yang ada di amplop.

"Warna merah?" Gumam Raditya saat mengeluarkan kain sutra merah itu. Angkasa yang melihat kain itu tersentak.

"Warna merah, ini maksudnya kita kita di peringatan?!" Ujarnya membuat semua anggota menatapnya.

"Lo bilang ini dari LAZARUS kan?" Tanya Angkasa pada cowok yang tadi memberikan amplop tadi. Cowok itu hanya mengangguk.

"Fix kita di ancam sama LAZARUS. Yang pernah gue denger, jika ada yang mengusik LAZARUS mereka akan mengirimkan ancaman menggunakan ini. Gak hanya untuk ancaman tapi juga untuk mengajak damai atau peperangan. Warna hitam artinya ajakan duel dan perang, warna merah artinya peringatan dan ancaman, dan yang terakhir adalah warna emas artinya perdamaian." Semua terdiam saat mendengar penjelasan Angkasa. Mereka kembali menatap kain sutra merah itu yang terdapat lambang LAZARUS.

"Kalau LAZARUS sampai ngirimin kita ancaman seperti ini berarti di antara kita ada yang mengusik LAZARUS. Jika hanya ancaman hanya masalah sepele, LAZARUS gak akan mengirimkan kain sutra merah ini." Timpal Dion membuat mereka bungkam.

"Baca suratnya." Pinta Vano.

Raditya segera membuka satu dari dua surat itu dan membacanya.

'KALIAN SUDAH BERANI MELUKAINYA DAN MENGUSIK KAMI, ITU ARTINYA KALIAN SIAP MENANGGUNG AKIBATNYA. COWARD'

Begitu membaca apa isi surat itu kening Raditya semakin mengkerut. Mengusik? Siapa yang mereka maksud? Dan kapan mereka mengusiknya.

Saat hendak membaca surat satunya namun batal saat melihat untuk siapa surat itu. Raditya memberikan kedua surat itu pada Vando wakilnya.

Vando menerima surat itu dan membacanya. Awalnya ekspresi wajahnya sama seperti sang ketua, namun seketika ia mendatarkan ekspresi miliknya setelah membaca surat yang di tujukan untuknya. Tak lama kemudian suara notifikasi pesan masuk pada ponselnya membuat ia melihat isi pesan itu.

Vando menatap datar dan dingin pada semua anggota GRAVENTAS yang kebetulan hadir dengan lengkap. Seketika mereka merinding saat melihat tatapan tajam dan menusuk dari sang wakil ketua.

"Siapa di antara kalian yang udah berani keroyok anggota LAZARUS?" Tanya Vando dengan nada rendah membuat mereka menunduk.

Melihat mereka yang hanya diam dan menunduk membuat Vando geram. Tangannya meremas kuat surat yang ia genggam hingga tak terbentuk.

"Sekali lagi gue tanya siapa di antara kalian yang sudah melakukan tindakan pengecut seperti itu pada LAZARUS?."

GLEK

Dengan susah payah mereka menelan ludah. Sungguh aura yang di keluarkan oleh Vando saat ini benar-benar mencekam.

"Mendadak bisu semua Lo? Kalian ngaku sekarang atau gue sendiri yang buat kalian ngaku!"

"Van, udahlah mungkin aja ada yang mengadu domba kita sama LAZARUS. Gak mungkin di antara kita ada melakukan hal sepengecut itu--"

"Ada!" Seru Vando menyelah Angkasa.

"Ada satu bukan, mungkin banyak di antara kita yang cuma bisa sembunyi di balik nama geng kita." Ujar Vando membuat mereka menunduk.

"Sekali lagi gue tanya sama kalian, kalau sampai gak ada yang ngaku tau sendiri akibatnya. Siapa 10 orang di antara kalian yang udah berani keroyok anggota LAZARUS!"

"Gue hitung sampai 5, kalau gak ada yang maju siap-siap dapat hadiah berharga dari gue. SATU!" Seru Vando mengangkat satu jarinya ke atas. "DUA! TIGA! EMPAT! LIM--" hitungan Vando terhenti saat melihat 8 orang anggotanya yang melangkah maju dengan kepala menunduk.

"2 orang lainnya cepat maju ke sini atau gue seret Lo berdua. TIGA! DUA! SATU!!" Vando maju ke tengah-tengah anggotanya dan menyeret 2 orang lagi dengan menarik rambut keduanya, kemudian menghempaskan tubuh mereka hingga tersungkur.

"Gue kasi kalian kesempatan untuk bilang sama gue siapa yang udah nyuruh kalian. Gue tau kalian cuma di suruh, jadi siapa--"

"Vano!" Seru salah satu di antara mereka membuat para inti menatapnya termasuk Vano yang tersadar dari lamunannya.

"Vano...yang udah nyuruh kami." Ujarnya, sedangkan temannya yang lain tengah menunduk takut.

💚💚💚

Pukul 7.15 pagi, Aurel sudah siap dengan seragam sekolahnya berdiri di depan cermin full body. Senyum indah terbit di bibir pink alaminya yang di lapisi pelembab bibir.

Sebenarnya saat ini kondisi tubuhnya sedang tidak baik, bekas tamparan masih terlihat membekas di pipinya meskipun sedikit tersamarkan oleh riasan. Sudut bibirnya yang sobek terlihat jelas. Tapi ini sangat menguntungkan untuknya karena ia akan membuat drama pagi yang menyenangkan di mansion LAXANDER ini.

"Okay, let's play haha." Gumamnya dengan tertawa sarkas.

Aurel keluar dari kamar dan berjalan masuk kedalam lift menuju ruang makan di lantai bawah.

Ting!

Pintu lift terbuka saat menandakan sudah sampai di bawah. Dengan pandangan kosong Aurel berjalan ke ruang makan yang sudah di isi oleh saudara-saudaranya. Kemana orang tuanya? Mereka semua sedang ada urusan ke luar negeri.

Saat hampir tiba di ruang makan tiba-tiba seseorang menepuk pelan pundaknya membuatnya refleks berteriak dan memegang kedua sisi kepalanya sambil berjongkok dengan tubuh bergetar.

"AAKK!!"

Rangga, orang yang menepuk pundak Aurel langsung panik saat melihat reaksi berlebihan adik perempuannya. Awalnya dia hanya ingin menyapa sang adik yang saat itu keluar bersamaan dengannya di lift berbeda. Karena adiknya itu tidak merespon panggilannya ia menepuk pundaknya, tapi siapa sangka adiknya ini akan bereaksi berlebihan membuatnya bingung sekaligus panik. Apa yang terjadi pada adik perempuan satu-satunya? Reaksinya seperti orang yang mengalami trauma.

Para boys LAXANDER yang melihat itu langsung berdiri menghampiri Aurel yang masih di posisi berjongkok dengan tubuh bergetar.

"Aurel! Dek, hey! kamu kenapa sayang!" Ujar Rangga panik hendak menyentuh Aurel.

Plak

Rangga terdiam melihat tangannya yang baru saja di tepis oleh Aurel. Castor dan Kenzo dengan sigap membantu sang kakak berdiri.

"Kak, kakak gak apa-apa?" Tanya Kenzo.

"Kakak tenang ya, di sini aman gk akan ada yang nyakitin kakak." Ujar Castor menenangkan sang kakak.

Mendengar itu Aurel perlahan tenang namun tubuhnya masih bergetar.

Rangga menatap wajah sang adik. Tatapannya menajam saat melihat luka yang ada di sudut bibir adik perempuannya. Saat hendak menyentuhnya, Aurel malah menghindar. Hal itu lagi-lagi membuat Rangga di landa kebingungan. Rangga menatap Kenzo tapi sepertinya adik bungsunya itu terus menghindari tatapannya.

Castor menuntun sang kakak ke meja makan dan mendudukkannya di bangku meja makan. Begitu pun dengan para saudaranya.

Mata Rangga dan Dimas terus menatap sang adik yang duduk tepat di hadapan mereka. Tatapannya terasa begitu mengintimidasi.

"Kakak makan ya. Kenzo ambilkan sandwich." Ujar Kenzo yang di angguki sang kakak. Kenzo mengambil sandwich dan meletakkannya di depan Aurel.

Aurel makan lebih dulu dan di ikuti oleh yang lain. Berbeda lagi dengan Rangga dan Dimas yang senantiasa menatap wajah adik perempuannya. Mereka menatap penuh curiga terutama saat matanya menangkap wajah Vano yang juga penuh dengan lebam membuat mereka semakin curiga.

"Aurel, kamu berangkat bareng Abang aja ya?" Ujar Geraldy yang membuat saudara-saudaranya mengangkat kepala mereka menatap Geraldy. Begitu pun dengan Aurel yang kini tengah menatap penuh wajah Geraldy yang menampilkan senyuman.

"Kenapa? Lo juga mau turunin gue di tengah jalan kayak saudara Lo itu?" Tanya Aurel membuat suasana di meja makan menjadi sunyi.

"Gak perlu, kak Aurel biar di antar sama pak Cakra. Kak Aurel lebih aman sama pak Cakra daripada lo." Sarkas Castor.

Pak Cakra adalah bodyguard keluarga LAXANDER. Dia juga merupakan salah satu orang kepercayaan Erlando.

"Pak Cakra tolong antar kak Aurel ke sekolah." Ujar Castor pada pak Cakra yang baru saja lewat entah dari mana. Pak Cakra yang mendengar itu sontak berhenti dan membungkukkan badannya dan berlalu pergi menyiapkan mobil.

"Kalo gitu gue duluan."ujar Aurel berdiri dari duduknya dan hendak pergi. Namun suara Rangga memanggilnya membuat langkahnya terhenti.

"Aurel." Aurel menatap Rangga yang kini menatapnya dengan wajah serius.

"Kamu kenapa? Mereka nyakitin kamu lagi?" Tanya Rangga penuh intimidasi, tetapi Aurel sama sekali tidak merasa terintimidasi.

"Aurel gak apa-apa kok bang." Jawab Aurel dengan tenang.

"GAK APA-APA--- gak apa-apa? Gak apa-apa gimana maksud kamu? Luka yang ada di bibir kamu? Lebam yang ada di pipi kamu itu apa maksudnya? Hah! " suara Rangga meninggi namun melihat tubuh Aurel yang tersentak membuat ia sadar dan kembali menormalkan suaranya.

"Aurel gak apa-apa bang." Ujar Aurel.

Rangga menghela nafas dan menggeser piring yang ada di depannya kemudian menumpuhkan kedua lengannya di atas meja. Menatap wajah sang adik perempuan dengan serius.

"please answer me honestly. Apa yang sudah terjadi sama kamu?"

"Aku udah bilang aku gak apa-apa bang, aku baik aja--"

"No!You're not okay." Sela Dimas yang tidak tahan melihat sang yang terus mengatakan dirinya baik-baik saja padahal tidak.

"Aku harus ke sekolah sekarang!Aku minta maaf karena udah tepis tangan bang Rangga tadi, aku gak sengaja karena kaget aku jadi reflek. Aku minta maaf." Ujar Aurel dan berlalu dari sana dengan cepat.

Tatapan tajam Rangga beralih menatap adik-adiknya yang berada di meja makan.

"Ada yang bisa jelaskan pada saya ada apa sebenarnya?" Tanya Rangga dengan aura menyeramkan yang mengelilinginya.

"Saya menyuruh kalian menjelaskan bukan diam. APA KALIAN TULI!!" Bentak Rangga dengan suara nyaring membuat mereka memejamkan mata. Bahkan para pekerja yang berada di sana sudah bergetar ketakutan.

"Kalau Abang mau tau apa yang terjadi, Abang tanya aja sama Vano. Atau liat aja di cctv, itupun kalo rekaman cctv-nya masih ada. Siapa tau udah di hapus biar dia aman." Ujar Castor menatap sinis Vano lalu mengaitkan ranselnya di bahunya berlalu pergi di ikuti dengan saudara-saudaranya. Meninggalkan Vano dan Varo.

"Kirimkan video cctv malam tadi!" Suruh Rangga pada sambungan teleponnya.

"Apalagi yang sudah kalian berdua LAKUKAN!!?" Tanya Dimas dengan bentakan di akhir kalimatnya. Vano dan Varo reflek memejamkan mata.

"Kenapa? Bener yang di bilang Varo? Lo pulang di anterin cowok yang udah nyewa Lo? Bener-bener murahan Lo!" Hina Vano membuat kepalan tangan Aurel semakin mengerat.

"Tolong berhenti!"

"Kenapa? Lo malu, hah? Penampilan Lo sampai berantakan gini, habis main berapa ronde Lo?" Tanya Vano melayangkan pertanyaan yang menyakiti hati gadis itu.

"Cukup~"

"Di bayar berapa Lo sama dia? Gimana? Enak mainnya? Emang dasar lonte! Jalang murahan-"

BRAK

Rangga memukul meja makan dan melempar ponsel merek terbaru miliknya begitu saja. Bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Vano dan menarik keranya membuat pemuda itu berdiri dengan pasrah.

"Lonte? Jalang? Wanita murahan? Kamu mengatakan itu pada adikmu sendiri? MULUTMU ITU BENAR-BENAR SAMA SAMPAHNYA DENGANMU ALVANO!!" murka Rangga.

"Yang harusnya kau panggil jalang adalah kekasihmu sendiri Vano, saya melihatnya memasuki hotel bersama pria tua kemarin." Ujar Dimas menatap datar adik kandungnya itu.

Vano dan Varo menatap Dimas tak percaya.

"Abang gak usah fitnah pacar Vano! Dia gak mungkin kayak gitu, dia gadis baik-baik!" Sentak Vano tak terima kekasihnya di tuduh oleh abangnya sendiri.

"Gue tau banget sifat Nadia itu baik. Dia polos dan lembut, justru Aurel yang selalu merusak---" Varo menghentikan kalimatnya saat Dimas mencengkram lehernya.

"Hati-hati dalam berucap Alvaro Althair Laxander. Atau saya akan menghancurkan mulut sampahmu itu." Ancam Dimas lalu menghempaskan tubuh sang adik begitu saja.

"Darimana kau bisa mendapatkan sifat bodoh dan pengecut itu hah! Kau bukan seorang LAXANDER." Ujar Dimas menekan nama keluarganya.

BRAK

Rangga menghempaskan tubuh Vano dengan keras hingga membentur meja makan. Vano hanya mampu diam dan meringis pelan.

"Jika kau bukan anak dari mommy sudah ku habisi kau sekarang." Geram Rangga mengambil tas kerjanya dan melenggang pergi diikuti oleh Dimas.

"Vano, Lo gak apa-apa? Ayo bangun." Ujar Varo membantu Vano bangun dan mendudukkannya di bangku.

"Kenapa luka Lo belum di obati? Lo mau luka Lo itu infeksi? Tolol!" Kesal Varo.

"Gue gak apa-apa." Ujar Vano pelan.

"Lo di rumah aja gak usah masuk hari ini. Nanti gue yang minta izin." Ujar Varo yang di angguki Vano.

"Gue berangkat dulu. Ingat obati luka Lo!" Ujarnya lagi sebelum pergi.

Saat Varo sudah tidak terlihat lagi dan hanya menyisakan dirinya saja, perlahan air matanya jatuh. Tak lama kemudian isakan pelan terdengar.

Flashback on:

"Pengecut Lo No! Lo biarin Aurel adik Lo sendirian di sana?! Bajingan!!." Bentak Kevan kembali membogem wajah Vano.

BUGH
BUGH
BUGH

"Kev udah kev." Lerai Varo berusaha melindungi kembarannya dari pukulan membabi-buta seorang Kevan.

"Lo diam ya!" Tunjuk kevan penuh peringatan pada Varo.

"Lo sadar gak sih No?hah?! AUREL ITU ADEK LO BANGSAT!! ADEK LO!! Tapi Lo dengan teganya turunin dia di jalan dan hampir di perkosa sama tiga preman, tiga No!!" Bentak Kevan berhasil membuat semua anggota GRAVENTAS tercengang.

"Lo nyuruh anggota GRAVENTAS buat halangi anggota LAZARUS yang ngawasin Aurel biar Lo bisa pulang sama Aurel. Tapi ujungnya Lo malah nelantarin dia di tengah jalan malam-malam?" Tanya Rangga tak percaya.

Vano hanya mampu menundukkan kepalanya.

"Brengsek Lo No, bajingan!" Ucapan tajam nan dingin keluar dari mulut Rangga membuat Kevan terkekeh.

"Lo gak sadar kalo Lo sama kayak dia? Sama-sama brengsek dan bajingan. Sama-sama TOLOL." Sarkas Kevan menekan kata 'TOLOL'.

"Lo gak akan lolos dari LAZARUS." Ujar Kevan lalu keluar dari markas.

Flashback end

"Brengsek Lo Vano hiks"

💚💚💚

4 gadis dan 2 laki-laki kini sedang menunggu di parkiran sekolah dengan cemas. Salah satu dari mereka terus menggigit kuku jarinya dengan resah. Mereka adalah teman-teman Aurel.

"Aurel mana ya kok belum datang sih." Ujar Audy yang sedari tadi terus menggigit kuku jarinya terus memandang pintu gerbang sekolah.

"Udah kita tunggu aja lagi. Mungkin Aurel agak telat datangnya. Kalau dia gak datang kita ke mansion dia aja." Ujar Bayu menenangkan Audy yang sedari tadi terus menggigit kuku jarinya.

"Kalau sampai Aurel kenapa-napa gue gak akan tinggal diam." Ujar Gio dengan wajah yang terlihat marah.

Audy sudah menceritakan semuanya. Tentang Vano yang membawa serta menyeret Aurel secara paksa untuk pulang bersama. Bayu dan Gio yang mengetahui itu tentu saja marah, jika saja mereka ada di sana mereka bisa melindungi Aurel dari si brengsek Vano.

"LAZARUS juga pasti gak akan tinggal diam. Mungkin aja sebentar lagi akan ada perang antara LAZARUS dan GRAVENTAS." Ujar Bayu yang di setujui oleh yang lainnya.

"Itu Aurel!" Seru Tania saat melihat sahabatnya yang baru saja keluar dari pintu mobil yang di bukakan pria berseragam hitam, bodyguard.

Mereka sontak saja melihat ke arah pintu gerbang sekolah. Benar itu Aurel, sahabat mereka. Mereka berjalan dengan ke arah pintu gerbang sekolah menghampiri Aurel yang masih berbicara dengan bodyguardnya.

"Makasih pak Cakra." Ujar Aurel dengan tulus.

"Sudah tugas saya nona." Jawab pak Cakra menunduk sopan. Aurel hanya menampilkan senyum tipisnya.

"Kalau begitu saya pamit undur diri Nona, saya akan menjemput anda saat pulang nanti." Pamit Pak Cakra sembari membungkuk sopan lalu masuk kedalam mobil dan meninggalkan LAXANDER'S HIGH SCHOOL.

"AUREL!"

teriakan itu membuat sang empu nama menoleh dan mendapati sahabat-sahabatnya berjalan dengan cepat menghampirinya dengan raut wajah khawatir yang kentara.

"Aurel Lo baik-baik aja kan? Si brengsek itu gak nyakitin Lo kan? Kenapa Lo gak jawab telpon dari kita!?" Ujar Audy dengan rentetan pertanyaan sambil memegang kedua bahu sahabatnya. Meneliti tubuhnya dari atas sampai bawah.

"Kenapa Lo diam aja, jawab gue!" Ujar Audy saat melihat sahabatnya yang hanya diam. Kemudian matanya menangkap luka sobek pada bibir sahabatnya. Menyentuh wajah Aurel dengan pelan ia dapat melihat lebam yang terlihat samar pada kedua pipi sahabatnya itu.

"I-ini kenapa? Dia apain Lo sampai memar gini? Dia mukul Lo lagi?! Jawab gue Rel jangan diem?!" Sentak Audy cemas saat melihat sahabatnya yang terus diam.

"Audy. Hiks." Panggil Aurel dengan lirih. Matanya mulai berkaca-kaca dengan isakan yang mulai keluar.

Melihat Aurel yang mulai menangis membuat Audy segera memeluk tubuh sahabatnya itu. Menepuk punggungnya dengan lembut untuk menenangkan Aurel.

Hiks hiks

Hanya isakan dan tangisan Aurel yang terdengar. Banyak siswa dan siswi yang melirik mereka termasuk anggota GRAVENTAS yang ada di parkiran.

"Gue cape Dy hiks sakit hiks hati gue sakit hiks" ujarnya di sertai isakan dan keluhan. "Gue gak kuat, gue mau pulang." Ini bukan akting tapi sungguh Aurel sangat lelah sekarang.

Mereka hanya diam mendengarkan sampai sebuah tarikan kuat namun lembut memindahkan Aurel pada pelukan seseorang bersamaan dengan pekikan dari siswa siswi di sekitar.

"Stt..hey sayang, adik Abang kenapa hm?" Tanya Alvian. Ya Alvian yang menarik Aurel dari pelukan Audy berpindah ke pelukannya. Tangan besarnya dengan senantiasa mengelus lembut rambut dan punggung Aurel, sesekali memberikan kecupan lembut di ubun-ubun kepala gadis itu.

"Hiks Abang ngg hiks"

"Hm."

"Aku mau pulang hiks mau sama bunda." Lirihnya. Alvian hanya diam mendengarkan sambil mengusap lembut kepala Aurel.

"Mau bolos aja? Hm" tawar Alvian yang di balas gelengan gadis di pelukannya. "Gak mau, ini hari pertama Abang sekolah, hiks."

Perlahan Aurel mengurai pelukannya dan menghapus air matanya. Namun sebelum itu sebuah tangan lebih dulu menghapus air matanya. Aurel menatap orang itu yang ternyata adalah Elvan.

"Abang Ano, hiks."rengek Aurel sambil masuk kedalam pelukan Elvan. Elvan tentunya dengan senang hati membalas pelukannya. Menumpuhkan dagunya di atas kepala Aurel.

"Abang kenapa gak ngabarin kalau udah pulang?" Tanya Aurel masih di dalam pelukan Elvan tapi wajah menghadap para anggota inti LAZARUS. Entahlah, ia sangat nyaman didalam pelukan Elvan. Elvan sendiri tidak masalah dia malah asik menghirup aroma shampo yang wangi dari rambut sang adik.

"Tadi malam. Abang udah nelpon kamu berkali-kali tapi gak ada respon sama sekali." Ujar Sean mengusap lembut bekas air mata di pipi Aurel. Matanya menajam kala melihat luka di sudut bibir Aurel, ouh jangan lupakan pipi memar gadis itu yang kini terlihat jelas. Tangannya mengepal sembari melirik ke arah inti GRAVENTAS yang ada tidak jauh dari mereka.

Tak hanya Sean, Elvan dan Alvian pun kini juga melirik mereka dengan aura menyeramkan di sekitar mereka. Bedanya Elvan menatap terang-terangan ke arah mereka dengan tajam seakan ingin membunuh mereka saat itu juga. Siswa-siswi yang berada di parkiran juga ikut merasakan hawa menyeramkan dari arah anggota LAZARUS. Berbeda dengan Aurel yang masih merasa nyaman di dalam pelukan hangat seorang Elvan.

"Ekhem, betah banget dek meluk Elvan. Gak mau peluk kita nih?gak kangen?" Ucap Ghani saat melihat tidak ada tanda-tanda Aurel ingin melepaskan pelukannya pada Elvan.

"Gak mau, nanti aja. Maunya sama bang Ano dulu." Jawab Aurel sambil menenggelamkan wajahnya di dada bidang Elvan. Elvan hanya terkekeh dan memeluk Aurel dengan gemas. Beginilah Aurel, gadis itu suka memeluknya saat selesai menangis dan akan cukup lama. Itu keuntungan untuknya.

Sedangkan Ghani hanya menghela nafas pasrah. Apa sebegitu nyaman kah berada di pelukan Elvan? Hey berada di pelukannya juga nyaman tau. Coba saja.

💚💚💚

Bel istirahat baru saja berbunyi 10 menit yang lalu dan saat ini Aurel tengah berjalan ke arah kantin sekolah sendirian. Tadi ia ijin sebentar untuk ke toilet dan menyuruh sahabat-sahabatnya untuk duluan ke kantin. Awalnya Audy ingin menemaninya tapi gadis itu menolak.

Jalan dari toilet ke kantin harus melewati lapangan basket dan saat ini lapangan basket terisi oleh para inti GRAVENTAS yang sedang bermain basket. Oh jangan lupa dengan para fans fanatic mereka yang sudah berkumpul menatap mereka yang bermandikan keringat dengan mata berbinar penuh puja. Ah dan dua setan yang menyamar menjadi seorang perempuan berwajah malaikat dan berhati busuk ada di sana dengan botol air juga handuk ditangan mereka.

Aurel dengan acuh berjalan melewati tribun yang berisi banyak siswi perempuan yang sibuk berteriak menuju kantin, para sahabatnya pasti sudah menunggunya. Namun tiba-tiba entah sengaja atau tidak, sebuah bola basket melayang ke arahnya.

"AUREL AWAS!"

BUGH

Terlambat, bola itu sukses mengenai tepat di kepala gadis itu. Aurel terduduk memegang kepalanya yang terasa pening sambil meringis.

"Aku cinta sama kamu Aurel."

Tiba-tiba sekelebat ingatan yang samar terlewat di kepalanya membuat kepalanya semakin berdenyut sakit.

"Apapun yang terjadi aku akan selalu cinta sama kamu."

"Ahkk" ringis Aurel sambil meremas rambutnya.

Tanpa sadar semua orang sudah mengelilinginya.

"Aurel hey, kamu baik-baik?" Ujar Vando mengguncang bahu Aurel pelan. Matanya memancarkan kekhawatiran.

"I LOVE YOU AUREL. Love you so much."

"Aku cinta sama kamu, jangan pernah tinggalin aku ya."

"Aku gak akan pernah tinggalin kamu sayang."

Singg

Ingatan berpindah ke sebuah ruangan serba putih dengan seorang pria yang berbaring dengan keadaan kritis dan seseorang lainnya yang menangisi pria itu.

"Kamu bilang gak akan pernah ninggalin aku hiks, tapi kenapa kamu malah nyerah hiks."

"M-maafin a-aku. J-jangan nangis ya. N-nanti c-cantiknya hilang s-saya-ng."

"Aku mohon hiks jangan tinggalin aku hiks. Aku sayang sama kamu hiks aku cinta sama kamu hiks."

"Ak-u juga c-cinta sama kamu. I love you. Now---and forever."

"EGAR!!"

BUGH

"AUREL."

💚💚💚

Siapa yang mau di peluk sama Abang Ghani?






HAY GUYS ANNYEONG 😁✋✋


udah lama ya aku gak up bisa di bilang lama pake BANGET kan hahaha.

Sebelumnya aku minta maaf ya pas itu janjinya tanggal 25 eh gk up. Maafin ya 🥺

Ya udah sekarang kalian nikmati dah ceritanya, up yang kalian tunggu² tapi jangan kecewa ya klo gk sesuai harapan kalian, maaf ya.

Btw aku ngetik chapter ini sambil nangis loh, gk tau kenapa hiks.

Ya udah selamat menikmati ya...

Annyeong 👋👋

Jangan lupa vote dan komen

Continue Reading

You'll Also Like

10.1K 1.4K 29
"Jangan ganggu cewek gue bisa??" - Herza "Gabisa, Gue suka cewek lo, kenapa?" -Saka "Atur jam tempur." - Herza ------------ "Kak..." "Tinggalin gue l...
64.1K 8.1K 34
•END• Dari Agustus, bulan penyampai cerita duka. Untuk Jaemin yang mengharapkan banyak akan dunia. start writing 19 Juni 2021 finish writing 17...
388K 30.6K 26
*** Apa yang ada dibenak kalian jika berada di tempat yang asing bagi kalian? Rasa bingung. Dan itu yang Eliarys rasakan ketika membuka matanya. Kehi...
82.7K 6.1K 29
follow sebelum baca ya Arabella Valerie William gadis cantik yang harus bertransmigrasi ke tubuh Arasella Naomi Danendra gadis yang di benci oleh kak...