Bloody Mary - Haikyuu [ END ]...

By lailaalfy13

103K 17.7K 6.3K

Sisi gelap sebuah akademi Haikyuu, atau sekolah menengah atas yang selalu menutup kasus kematian murid-muridn... More

PROLOG
CERMIN
NAMA BAIK
SALAH
MEREKA YANG SALING MEMBUNUH
MATA BATIN
TOILET LANTAI DUA
IWAIZUMI, BANGUNLAH...
SSS
SHINSUKE, DAN KAKEK TUA
ASTRAL PROJECTION
OVERTHINKING
UPAYA UNTUK PULANG
SIAPA MARY?
SPOILER
MENYUSUN RENCANA
PINTU LANTAI EMPAT
RUANG KESENIAN
MANEKIN
PENGKHIANAT
NINA BOBO
MEMBERONTAK
AMANAH
MENUJU AKHIR
TAK INGIN USAI
TENTANG SAKUSA
KONTRAK
HIDUP KEMBALI
BRAINWASH
PERPUSTAKAAN
MANUSIA LICIK
USHIJIMA, DIKAMBINGHITAMKAN
SUGAWARA
BALAS DENDAM
KENMA MENGETAHUINYA
SUNRISE
EPILOG

TRAGEDI

2K 403 46
By lailaalfy13

Chapter 25 - Tragedi

Peluh di dahi Osamu tak kunjung tiris. Cuaca hari itu benar-benar panas, meskipun ia sudah mengenakan pakaian dengan bahan yang nyaman dan menyerap keringat.

Tangan Osamu tak berhenti bergerak, mengipas wajahnya dengan sebuah kipas tangan sembari bersandar di dekat tiang.

"Panas, ya...? Sabar okay..." Kata Atsumu, ia mencubit sejenak pipi Osamu yang semakin menggembung karena sedang cemberut.

Osamu tak menjawabnya, hanya menggerutu sembari menggerakkan kipas itu lebih cepat lagi.

"Omi lama amat dah..." Keluh Atsumu kemudian. Pandangannya berbelok pada sebuah arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya.

Sontak, Osamu langsung berhenti mengipas. Ia menatap Atsumu dengan mulut sedikit ternganga.

"Gapapa kali, Sam... Omi cuma mau berkunjung doang kok." Gumam Atsumu, lalu terkekeh. Ia memang belum meminta persetujuan Osamu, kalau Sakusa hendak ikut pulang bersama dengan mereka selama liburan semester.

"Sinting... Sinting... Arggh!" Suasana hati Osamu yang tidak jelas, membuatnya merasa semakin terbakar. Bisa-bisanya Atsumu membuat keputusan secara sepihak. Memangnya apa yang ingin Sakusa lakukan? Mencari perhatian orangtuanya agar bisa mendekati Atsumu? Lupakan, karena hal itu tidak akan pernah terjadi.

Atsumu hanya bisa menggeleng kecil. Ia lebih mengenal Sakusa, dan Osamu mungkin tidak tahu- kalau keluarga Sakusa hampir tidak pernah berkumpul, meskipun saat liburan tiba. Kedua orangtuanya sibuk bekerja, dan Sakusa pernah bercerita- kalau biasanya ia hanya menghabiskan waktu bersama dengan sepupunya.

Mungkin, hal itu yang membuat Sakusa memiliki perasaan menyimpang. Bisa jadi, ia tidak pernah diperlakukan spesial oleh siapapun selain dengan sepupunya.

Karena itulah, saat Atsumu bersikap baik kepadanya. Sakusa malah berpikir, kalau dirinya menyukai Atsumu.

Menyukai, ah, mungkin mencintai juga.

"Mau gak?" Sakusa datang, dengan tiga es potong varian soda. Atsumu mengambilnya dengan senang hati, sementara Osamu masih melotot kearah es potong itu.

Sangat cocok memakan es krim atau minuman dingin dikala cuaca yang terik. Tapi Osamu gengsi jika harus menerima pemberian dari Sakusa.

"Gamau? Yaudah." Saat Sakusa hendak menarik bungkusan es potong itu, Osamu menyambarnya.

"Thanks." Ucap Osamu.

Baiklah, Osamu akan menurunkan gengsinya demi sebungkus es potong.

Sakusa hanya menahan tawanya, kemudian matanya terpeleset ke arah sebuah mobil yang kini sudah terparkir tepat di hadapan mereka bertiga.

"Den Atsu, Den Osa... Maaf ya pak sopir telat nih, macet banget jalanannya." Kata Sopir dari keluarga Miya yang langsung membungkuk tepat dihadapan si kembar.

"Aihhh, nyantai aja pak... yang penting dah nyampe." Atsumu tersenyum senang. Lalu mengangkat koper miliknya. Tak lupa, Atsumu juga langsung menenggak satu sashet suplemen anti mabuk.

Pak sopir mengangguk lagi, lalu segera berlari kearah belakang mobil untuk membuka pintu bagasi.

Sakusa duduk didepan, tepat disamping pak sopir. Sementara Atsumu dan Osamu duduk bersebelahan di belakangnya. Mereka mulai lega karena pendingin mobil yang menyala.

"Liburan sih, ya... Wajar aja kalo dimana-mana macet." Kata Sakusa yang mulai membuka topik pembicaraan.

Ya, saat liburan tiba. Biasanya banyak keluarga yang berpergian ke tempat-tempat wisata tertentu. Tidak heran jika disudut manapun akan dipenuhi oleh banyak bongkahan besi yang berjalan.

Pak sopir mengemudi dengan hati-hati. Sembari sesekali menengok ke layar yang menampilkan peta menuju kerumah si kembar.

Melalui peta digital itu, pak sopir bisa mengetahui jalan-jalan mana yang kiranya bisa dilalui dengan cepat.

"Saya aja sampe pusing waktu kejebak macet di jalan Tol." Keluh pak sopir, menunjuk ke arah pintu tol yang sudah berada didepan mata.

Sakusa menarik napas panjang. Bahkan kemacetan sampai menguasai jalur yang seharusnya bisa membuat siapapun sampai ditempat tujuan lebih cepat.

"Wah, buka tutup jalan inimah pak." Sahut Sakusa, dengan jemari yang masih aktif menggulir layar ponselnya. Ia sedang membaca artikel terbaru, mengenai informasi lalu lintas.

"Si den Atsu sama Osa pules amat. Capek kali yak?" Pak sopir mengintip melalui spion tengah yang ada didepan.

Sakusa menoleh, mendapati keduanya yang sedang terlelap sembari bersandar satu sama lain. Menurutnya, ini moment yang patut di abadikan.

CKREKK!

*****

Kelopak mata Osamu bergerak, saat merasakan silau yang menyerobot masuk. Pelan-pelan ia membuka matanya, mendapati cahaya jingga yang amat memanjakan pandangannya.

"Hoaaammm..." Osamu sudah sepenuhnya bangun dari tidurnya. Ia merentangkan kedua tangannya, lalu duduk dengan setegak mungkin. Beristirahat dengan posisi duduk bukanlah hal yang baik. Ia merasa amat pegal sekarang. "... Belom sampe ya, pak?" Tanya Osamu yang masih menggosok-gosok salah satu matanya.

"Macet, Den... Udah capek ya?" Tanya pak sopir sedikit khawatir.

"Saya nggak terlalu sih... Ini si Atsumu kasian, keanya mabok perjalanan." Osamu mendapati kakaknya yang masih memejamkan mata, dengan kelopak matanya yang bergerak sedikit-sedikit. Begitu Osamu memegang dahi Atsumu, ia bisa merasakan kalau suhu tubuh kakaknya itu sedang naik.

Tak seperti Osamu yang bisa menikmati perjalanan dengan santai. Atsumu sangat enggan untuk berlama-lama di perjalanan. Perutnya selalu terasa mual, disusul dengan pening yang menyerang kepalanya.

"Terus gimana? Mau cari tempat istirahat dulu?" Gumam Sakusa, mencari list hotel terdekat yang masih memiliki kamar kosong.

"Duh.. gausa, gausa..." Suara Atsumu mengejutkan semuanya. "... Enakan kalo cepet sampe rumah, gue mau makan sop bikinan bunda." Rengek Atsumu dengan mata yang masih terpejam.

Osamu mendengus pelan. Ia memutuskan untuk tetap terjaga mulai saat itu. Apalagi, Atsumu melepas Safety belt yang ia kenakan- mengangkat kedua kakinya, lalu meringkuk disana.

"Ada sih Den... Jalan pintas, tapi agak sepi gitu." Sahut pak sopir dengan sedikit ragu. Pasalnya, ia sendiri juga belum pernah melewati jalan tersebut.

Sakusa dan Osamu saling pandang sejenak. Keduanya tak ingin mengambil risiko, tapi melihat Atsumu yang semakin menggigil, membuat keduanya sepakat untuk melewati jalur yang dikatakan oleh pak sopir.

Akhirnya, pak sopir membelokkan setir yang ia genggam. Mobil yang mereka tumpangi itu akhirnya masuk ke jalur hutan yang bebas dari kemacetan. Tentu saja, tak ada seorangpun yang berlalu-lalang disana. Akses pencahayaan yang minim membuat pak sopir menyalakan lampu jauh agar memiliki jarak pandang yang cukup.

DUG!

Semua yang ada didalam mobil sontak terkejut, terkecuali Atsumu yang kembali terlelap dalam tidurnya.

"Apaan tuh, pak?" Gumam Sakusa yang mulai penasaran.

"Duh, anu Den... Maaf ya, kayaknya pintu kanan nyerempet pohon dah." Duga pak sopir, usai mendapati ada baret yang cukup panjang pada bagian badan sebelah kanan mobil melalui spion sebelah kanan.

Ya, sebelumnya spion itu juga tersenggol- membuat pak sopir segera membuka jendelanya sejenak untuk membetulkan posisi spion itu lagi.

"Gapapa pak, ga sengaja juga dan rutenya emang susah dilaluin." Sahut Osamu santai.

Mereka melanjutkan perjalanan disana sampai matahari tak lagi menampakkan diri. Hanya ada penerangan yang tercipta dari rembulan.

Osamu yang masih terjaga, tak berhenti menoleh kearah kiri dan kanan- dimana ia hanya bisa melihat kumpulan pohon-pohon yang hidup disana.

"Eh, itu ada de..."

"Shhhht!" Pekik Pak sopir dengan cukup keras. Kali ini, ia sukses membuat Sakusa yang hampir pulas malah kembali terjaga.

"Den... Kalo ada liat sesuatu, gausah di gubris ya. Pura-pura galiat aja." Bisik Pak sopir sepelan mungkin. Ia kesulitan mengendalikan mobil karena jalanan yang dipenuhi oleh bebatuan itu.

"Panjang jalur ini gasampe 6km, harusnya kita udah keluar dari tadi gak sih?" Sakusa yang panik, buru-buru membuka peta digital pada ponselnya. Baru beberapa detik berjalan, tiba-tiba aja batang sinyal pada ponselnya menghilang, tak menyisakan satupun.

Dalam situasi normal, jarak yang kurang dari enam kilometer seharusnya bisa ditempuh dengan waktu tak sampai dua puluh menit.

Osamu menyandarkan tubuhnya, dan tak melepaskan genggamannya dari tangan Atsumu. Tadi, ia ingin bilang- kalau kedua matanya tak sengaja melihat ada sebuah gapura besar dengan cermin-cermin yang menghiasi sekelilingnya. Didalam sana, terdapat beberapa rumah- dan menurut Osamu, mungkin saja disana ada sebuah desa kecil.

"Hufttt..." Osamu menghela napas, lalu kembali mengangkat kepalanya yang tertunduk.

Kala itu, Osamu melihat seperti ada seseorang yang hendak menyebrang jalan. Tepat didepan mobil.

"Pak! Pak! Ada orang nyebrang!" Pekik Osamu tiba-tiba, membuat sang sopir yang sepertinya sedikit melamun itu segera membanting stir kearah kanan.

Semua kejadian itu terjadi dengan begitu cepat, membuat pak sopir tidak dapat memperkirakan apakah tempatnya berbelok itu cukup aman atau tidak. Sampai akhirnya, mobil itu menabrak sebuah pohon yang cukup besar.

Kepala pak sopir membentur stir mobil, dan langsung pingsan disaat itu juga. Sakusa sendiri hampir terbentur, tapi ia berhasil melindungi kepalanya dengan tangan.

CKLAKK!

"MI! OMI! LEPASIN SABUK PENGAMAN GUE!" Pinta Osamu sembari berteriak. Ia berusaha agar suaranya terdengar oleh Sakusa yang sedang terhuyung dikursi depan.

"Ha.. a.. apa?" Sakusa menggelengkan kepalanya beberapa kali, sebab pandangannya berbayang dan tidak dapat fokus selama beberapa saat.

Kala itu, Sakusa hanya bisa menurut- ia bergerak pelan memutar tubuhnya kearah belakang, lalu melepaskan sabuk pengaman yang dikenakan oleh Osamu.

Kalau ditanya mengapa Osamu memintanya, semua itu terjadi karena Atsumu hampir terjatuh dari kursi. Pintu mobil yang berada tepat disamping Atsumu tiba-tiba saja terbuka, lalu memberikan pemandangan sebuah jurang yang cukup dalam.

"Gue... Gue harus tahan!" Osamu tak memperdulikan hidungnya yang berdarah karena tadi kepalanya menghantam kursi depan. Ia masih berusaha menarik tubuh Atsumu agar tak keluar dari mobil, tapi tetap saja- Osamu kesulitan melakukannya di ruang yang sempit itu.

"Mi.. mi.. pegangin tangan Atsumu yang ini!" Perintah Osamu langsung diangguki oleh Sakusa. Ia bergerak menarik tangan kanan Atsumu, sementara Osamu bergerak menarik tangan yang satunya.

Osamu menukar posisi duduknya dengan Atsumu. Ia lega karena Atsumu  tidak jatuh, dan kini Sakusa membatu memegangi tubuhnya.

"Ah... Gue bakal berakhir disini..." Batin Osamu, begitu merasakan kalau pandangannya mulai menghitam. Osamu juga bisa merasakan, kalau ada sesuatu yang menariknya dari luar pintu mobil.

"OSAMU!"

.
.
.
.
.
To be continued

Hiyaaa, akhirnya bisa update siang-siang.

Btw, tau gak sih? Semalem author mimpi buruk. Ya, mimpi kalo author ikut masuk ke ini fanfic.

Gila serem banget, akhirnya gabisa tidur lagi dari jam 2 pagi. 😭😭🙌🏻

Oke, segini dulu...
Sampe ketemu di chapter selanjutnya-!

Continue Reading

You'll Also Like

20.7K 2.8K 8
Spin off - When You're gone Ini adalah cerita singkat tentang aku yang amat mencintai saudara kembarku. dirinya yang tetap hidup, adalah harta yang p...
206K 22.2K 42
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
22.7K 3.2K 7
Kau tau dari dulu Haru selalu terpaku pada air. Bahkan ketika ditanya siapa cinta pertamanya, dengan yakin Haru menjawab ... itu adalah air terjun. M...
50.5K 4.8K 32
[ END ] "Everyone deserves to be loved. Kamu tetap orang yang sama di mata aku." #1 jongseong Dom! Park Jongseong Sub! Park Sunghoon Warn!! b×b gay!