Bloody Mary - Haikyuu [ END ]...

Door lailaalfy13

97.9K 17.3K 6.1K

Sisi gelap sebuah akademi Haikyuu, atau sekolah menengah atas yang selalu menutup kasus kematian murid-muridn... Meer

PROLOG
CERMIN
NAMA BAIK
SALAH
MEREKA YANG SALING MEMBUNUH
MATA BATIN
TOILET LANTAI DUA
IWAIZUMI, BANGUNLAH...
SSS
SHINSUKE, DAN KAKEK TUA
ASTRAL PROJECTION
OVERTHINKING
UPAYA UNTUK PULANG
SIAPA MARY?
SPOILER
MENYUSUN RENCANA
PINTU LANTAI EMPAT
RUANG KESENIAN
MANEKIN
PENGKHIANAT
NINA BOBO
MEMBERONTAK
AMANAH
TAK INGIN USAI
TENTANG SAKUSA
TRAGEDI
KONTRAK
HIDUP KEMBALI
BRAINWASH
PERPUSTAKAAN
MANUSIA LICIK
USHIJIMA, DIKAMBINGHITAMKAN
SUGAWARA
BALAS DENDAM
KENMA MENGETAHUINYA
SUNRISE
EPILOG

MENUJU AKHIR

1.9K 434 132
Door lailaalfy13

Chapter 22 - Menuju Akhir

Atsumu berlari ketika menaiki tangga. Irama napasnya menandakan kalau dirinya sudah cukup merasa lelah. Jantungnya memompa tak karu-karuan, membayangkan apa yang sedang terjadi kepada Osamu sekarang.

"OSAMU?!" Pekik Atsumu, begitu sampai di ambang pintu ruang musik yang terbuka.

Usai panggilan itu dikumandangkan, orang-orang didalam segera menoleh. Betapa terkejutnya Atsumu, saat mendapati diri Osamu yang duduk di sebuah kursi dengan tangan dan sekujur tubuhnya yang diikat.

Futakuchi, Yaku, Shirabu, Kenma, dan Akaashi. Mereka segera melakukan posisi siaga, sebab Atsumu tanpa ragu melanjutkan langkahnya.

Rupanya, Firasat Atsumu tidaklah salah. Orang-orang dihadapannya pasti berpikir kalau Osamu akan menyerang, untuk itulah mereka menyergap- mengikat Osamu disana.

"Lepasin adek gue." Pinta Atsumu. Kedua matanya bertemu dengan Osamu yang kini sudah semakin babak belur. Hatinya tergores, mendapati Osamu tersenyum ketika melihat kedatangannya.

"Atsumu, jawab pertanyaan gue." Kenma maju satu langkah. Ia masih ingin mendengar penjelasan langsung dari bibir Atsumu, sembari memastikan kalau jawaban yang akan diberikan oleh Atsumu sama atau tidak dengan apa yang dikatakan oleh Osamu.

"Apa..?" Tanya Atsumu.

"Suna mati..." Ucap Kenma, menunjuk salah satu sisi ruangan. Dimana ada Suna yang tergeletak disana, dengan darah yang menggenang. "...Siapa yang bunuh dia?" Tanya Kenma kemudian.

"Omi." Jawab Atsumu tanpa ragu.

Kenma terkejut. Kedua alisnya terangkat sejenak. Jawaban Atsumu sama persis dengan yang Osamu katakan.

"Terus, Sakusa mana?" Sahut Futakuchi.

"Lagi di susul sama Kak Shin... Gue minta tolong dia supaya--"

"LO SENGAJA YA?!" Kesabaran Futakuchi habis. Ia bergerak cepat, menyambar kerah Hoodie yang dikenakan oleh Atsumu. "... APA LO GA SADAR BETAPA CARE-NYA KAK SHIN SAMA LO DAN OSAMU?" Bentak Futakuchi sekali lagi, tak habis-habisnya mengguncang tubuh Atsumu.

"GUE TAU, TAPI CUMA KAK SHIN YANG BISA NOLONGIN OMI!!" Sambar Atsumu yang sekarang ikut menarik kerah baju milik Futakuchi. Keduanya masih saling dorong ketika debat itu berlangsung.

"OMI, OMI, OMI! ORANG BRENGSEK KAYAK DIA MASIH AJA LO PIKIRIN!" Bentak Futakuchi yang mulai muak mendengar nama Sakusa.

Atsumu menggertak. Ia menggunakan sisa kekuatannya untuk menepis tangan Futakuchi yang tak henti-hentinya menarik Hoodie.

"Udahlah, gue juga capek begini terus." Ucapan Atsumu lantas membuat semuanya menyerngit. Si bodoh itu akhirnya sadar kalau kelakuannya telah menyusahkan banyak orang.

"... Biarin gue ngobrol sama adek gue."

Baru saja Atsumu hendak mendekat. Kenma datang dari arah samping dengan jemarinya yang terkepal.

Kenma sudah cukup yakin, kalau Atsumu sedang lengah. Sayangnya tinju itu dapat di hindari dengan mudah oleh Atsumu.

Saat tubuh Kenma oleng karena tinjunya tak mendarat sesuai ke tempat yang ia inginkan. Atsumu segera meraih lengan Kenma.

Dalam waktu kurang dari satu detik, Atsumu membanting Kenma ke lantai.

"Akh!" Pekik Kenma, yang kini tergeletak di lantai. Tulang-tulang disekujur tubuhnya terasa seperti terhentak, hingga muncul rasa ngilu yang membuatnya kesulitan untuk bangun.

"Brandal kayak Lo mana bisa dipercaya... Lo bahkan ga ragu buat nyerang Kenma." Sahut Shirabu, buru-buru menyeret Kenma ke pinggir ruangan musik. Ia mengisyaratkan Kenma untuk bersandar di dinding, dan tak membuat banyak gerakan.

"Dia yang nyerang gue duluan." Sanggah Atsumu, mencoba menjelaskan kepada orang-orang itu- kalau yang ia lakukan hanyalah bentuk dari menyelamatkan dirinya sendiri.

"Oh ya..? Kalau niat Lo baik-baik, harusnya Lo gak bales Kenma dengan cara kasar." Sambar Shirabu.

Atsumu mendecik, mendapati Futakuchi, Yaku, Shirabu, dan Akaashi mengepungnya dari jarak kurang dari delapan lima meter.

Lirikan mata Atsumu bergerak kepada Akaashi dan Yaku yang berada tepat di depannya. Sementara sepasang telinga milik Atsumu sibuk mendengarkan pergerakan Futakuchi dan Shirabu yang ada di belakang.

"Maju Lo semua..." Tantang Atsumu, yang sudah memperkokoh kuda-kudanya.

Atsumu bukanlah seorang anggota dari tim beladiri, tapi ia cukup percaya diri dengan kemampuan berkelahinya.

Akaashi menggertak dengan berpura-pura ingin maju. Hal itu membuat Atsumu segera bergerak menghadap Akaashi.

Tapi kemudian, Atsumu sadar kalau yang dilakukan Akaashi hanyalah sebuah tipuan. Belum ada lima langkah kedepan, Atsumu segera berputar balik- dengan kaki kanan yang ia ayunkan.

DUAGHH-!

Ya, tendangannya itu sukses mendarat tepat di kepala Futakuchi. Yang ternyata sedaritadi berusaha menyerang Atsumu dari arah belakang.

Atas tendangannya yang cukup kuat, Futakuchi terhempas hingga menabrak piano yang ada di tengah ruangan.

"Cih-!" Futakuchi mendecik, menyeka darah di ujung bibirnya yang sedikit robek itu.

Yaku masih memperhatikan, ketika Shirabu sedang sibuk beradu pukulan dengan Atsumu. Dengan memperhitungkan gerakan Atsumu selanjutnya, Yaku akhirnya bergerak cepat.

"Kena Lo!" Batin Yaku, ketika ia berhasil melakukan gerakan menyapu dengan kakinya. Ia berharap bisa menjegal kaki Atsumu, untuk membuatnya terjatuh ke lantai.

Sayangnya, trik semacam itu sudah sering Atsumu lihat. Ia tidak akan terkecoh dengan mudah.

"Kalopun kena kaki, tenaga Lo ga cukup buat bikin gue tumbang... Kak Yaku..." Seringai Atsumu muncul, tepat ketika ia sudah melompat mundur.

"Serahin diri Lo, atau kita bakal nyiksa Osamu lagi." Suara itu berasal dari Akaashi yang kini berdiri sambil menodong sebuah busur biola tepat ke  salah satu mata milik Osamu.

Ketika melihatnya, Atsumu tak merespon secara berlebihan. Diluar dugaan Akaashi, kalau ternyata Atsumu bisa lebih tenang meskipun telah mendapatkan ancaman.

"Lakuin aja... Osamu gabakal pernah bisa mati sebelum gue yang izinin dia mati." Ucapan Atsumu sulit di mengerti oleh mereka. Tapi dari rautnya, ia tidaklah bermain-main dengan kalimat itu. "... Cuma kalo Lo sampe berani ngelakuin hal itu ke Osamu... Gue bakal bales nyongkel bola mata Lo, Akaashi." Lanjut Atsumu, mengangkat jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan. Ia menunjuk kearah matanya sendiri, lalu berbalik ke arah Akaashi.

"Kalian gak habis-habisnya bikin keributan." Suara itu milik Shinsuke.

Mendengar suaranya, membuat Atsumu senang. Tapi senyumnya tertahan usai mendapati tubuh milik Sakusa yang terlihat mulai membusuk.

"Omi... Omi kenapa Kak?" Atsumu berjalan mendekat, dengan kepalanya yang tertunduk.

Shinsuke hanya bisa memberikan ekspresi datar. Ia menurunkan tubuh Sakusa pelan-pelan, dibantu oleh Daichi dan juga Asahi yang terlihat takut dengan rupa jasad Sakusa.

Osamu masih duduk di kursi, sembari melihat kakak kembarnya terduduk lesu di hadapan jasad sahabatnya.

Terbesit di dalam pikiran Osamu, bahwa Atsumu pasti masih sulit menerima kenyataan itu.

Osamu sendiri tidak bisa membayangkan, bagaimana rapuhnya Atsumu ketika kehilangannya.

"Kak Shin..." Panggilan Atsumu menghentikan langkah Shinsuke. "... Gue minta Lo selametin Omi, tapi kenapa jadinya begini, Kak?" Tanya Atsumu dengan raut kecewa.

Helaan napas keluar dari mulut Shinsuke. Ia segera menarik lengan Atsumu untuk kembali berdiri.

"Ya... Lo emang minta itu ke gue." Kata Shinsuke. "... Tapi gue gapernah janji buat bawa Omi dalam keadaan hidup." Sambungnya kemudian.

Air mata Atsumu keluar begitu deras. Ia seharusnya banyak berterimakasih kepada Shinsuke, karena tidak meninggalkan Sakusa sendirian di gedung asrama.

"Anggep aja... Itu konsekuensi yang pantes diterima sama Omi." Shinsuke menepuk pelan pundak Atsumu, kemudian berbalik meneliti kondisi didalam ruangan musik.

Tak seorangpun disana yang berani bergerak, membuat langkah Shinsuke terdengar begitu nyaring.

Suara pintu ruangan kembali terdengar. Shinsuke masuk ke dalam kotak siaran yang ada didalam ruang musik.

Disana, Oikawa dan Iwaizumi masih tertunduk. Napas mereka yang tipis-tipis membuat Shinsuke berani menyimpulkan, kalau keduanya masih hidup.

"Shin... Air Shin..." Keluh Oikawa yang kesulitan mengeluarkan suaranya.

Iwaizumi hanya mengacungkan jempol, tanda kalau ia meminta hal yang sama seperti Oikawa.

Shinsuke segera berbalik, mengintip dari ambang pintu kotak siaran.

"Lo semua daritadi gaada yang kasih mereka berdua minum?" Tanya Shinsuke dengan tatapan sinis.

Yaku dan Akaashi hanya bisa menunduk. Shirabu sendiri bingung mau menjawab apa, sedangkan Futakuchi yang masih terkapar di sisi kaki piano terlihat sedang berpura-pura pingsan.

"Daichi... Asahi... Tolong ke ruang boga, ambilin air." Pinta Shinsuke yang langsung diangguki oleh Daichi. Meskipun Asahi keberatan, tapi akhirnya ia tetap pergi karena Daichi menarik pergelangan tangannya.

Setelah dipaksa menyanyikan lagu Nina Bobo dalam waktu yang cukup lama. Tentunya Oikawa dan Iwaizumi merasa sangat lelah. Wajar jika keduanya meminta air.

Di sisi lainnya, ada Semi yang terduduk di sisi dekat cermin. Tentu saja, cermin itu sudah pecah sekarang.

"Semi...?" Awalnya, Shinsuke menepuk pelan punggung tangan Semi. Tapi tak ada respon apapun darinya, meskipun gerakan napasnya masih terlihat ketika sepasang pundaknya bergerak naik turun.

"Semi..." Panggil Shinsuke sekali lagi. "... Kenapa Semi sampe kayak gini?" Tanya Shinsuke yang lagi-lagi memandang adik-adik kelasnya.

Yaku bergerak maju. Ia merasa tidak enak hati karena tak dapat memimpin adik-adik kelasnya, padahal dirinyalah yang seharusnya bisa mengambil tindakan tepat disana.

"Semi... Emh... Kalo gasalah dia masuk ke ruang musik pake cara astral projection. Dia sempet bangun, tapi kondisinya langsung lemah banget." Jelas Yaku kemudian.

Usai mendengarnya, Shinsuke membalas dengan senyuman tipis. Ia senang karena ada yang mau menjelaskan situasi itu kepadanya.

"Shin..." Khodam penjaga milik Shinsuke melakukan kontak batin dengannya.

"Ya kek?" Sahut Shinsuke.

"Temanmu ini kehilangan banyak energi. Kemungkinan kondisinya lebih parah dari temanmu yang bernama Oikawa." Jelas sang kakek.

Atas informasi itu, Shinsuke segera menggapai kedua tangan Semi. Yang mana telapak tangannya sudah terlihat sangat pucat, dan tak lagi memiliki hawa panas tubuh yang normal.

"Kakek... Bisakah kamu memulihkan energi Semi? Kumohon..." Batin Shinsuke lagi. Usai kepergian Sugawara, Shinsuke tak ingin lagi kehilangan teman satu angkatannya.

Belum lagi, Semi adalah orang yang telah memberikan banyak pelajaran berharga kepada Shinsuke. Ia akan terpuruk apabila Semi mati karena tak ada orang yang bisa memberikannya pertolongan.

Sang kakek berdehem kecil, lalu memegang dahi Semi dengan telapak tangan kanannya.

"Bisa, tapi hanya sedikit. Akan lebih baik jika temanmu ini mengumpulkan energinya sendiri." Sahut sang kakek..

"Semi..." Panggil Shinsuke sekali lagi. Kali ini, jemari Semi bergerak kecil.

Perlahan-lahan, sepasang kelopak mata milik Semi terbuka. Ia masi berusaha untuk mengatur napasnya supaya lebih stabil.

Ada suara langkah kaki yang mendekat, yang ternyata adalah Shirabu. Ia segera duduk di samping Semi, memeluknya begitu erat.

"Kak Eita... Lo... Lo beneran gapapa kan?" Isak tangis milik Shirabu pecah disaat itu juga. Wajar saja, mereka berdua adalah kerabat. Shirabu pastinya tak ingin Semi dijemput oleh kematian secepat itu.

"Ken... Kenji... Cengeng amat." Sahut Semi degan intonasi yang masih terdengar begitu lesu. Meskipun kesulitan, ia tetap berusaha mengangkat salah satu tangannya- lalu mengusap-usap punggung Shirabu yang masih terisak.

Pandangan Semi juga tertuju kepada Shinsuke, juga sosok kakek yang ada di belakangnya.

"Thanks..." Gumam Semi.

Shinsuke mengangguk.

"Kalian mau semua ini berakhir kan...?" Tanya Atsumu, yang kini berdiri di ambang pintu.

"... Tolong kasih gue waktu berdua sama Osamu." Pinta Atsumu kemudian.

Semuanya saling melempar pandang. Sebagian dari mereka ragu, kalau-kalau Atsumu malah menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.

"Nggak lama kan?" Tanya Shinsuke tanpa menoleh.

"Enggak... Cuma mau nostalgia sedikit, sekalian ngucapin kalimat perpisahan. Hehehe..." Atsumu tergelak.

Tapi siapapun tahu, kalau ia tidak dalam keadaan bergembira.

.
.
.
.
.
To be continued

Yakkk, sebelum tidur alangkah baiknya mempublish fanfic ini dulu.

Next chapter bakal fokus nyeritain Omi, sama Kembar Miya. Jadi, apa teori kalian tentang kejadian yang menimpa mereka bertiga.

Terus siapa nih, yang kesel sama Omi... Tapi pas dia mokad malah pada mengesedih.. ☝🏻☝🏻

wkwkwk...
Yaudah, vote, komen, share...

Sampe ketemu di chapter selanjutnya-!

Selamat Istirahat-! 💖

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

50.4K 6.2K 12
Dimata semua orang, anak kembar adalah sosok yang sempurna. Mereka terlihat serasi seperti satu kesatuan. Kenyataannya, menjadi anak kembar bukanlah...
14.3K 1.7K 14
Chigiri Hyoma pantas mendapatkan title sebagai seorang malaikat. Seperti yang kita tahu, malaikat selalu saja berhubungan dengan sesuatu yang dinamak...
20.8K 3.6K 16
Sebuah rasa rindu pasti bisa terobati dengan sebuah pertemuan. Tapi tidak semua orang akan mendapatkan timbal balik atas kerinduan yang tertanam dida...
884K 73.1K 114
INI BUKAN KARYA SAYA HAK CIPTA MILIK PEMILIK ASLI! CERITA ASLI BISA DILIHAT DI AKUN @harui30 VOLUME 1 = 45 CHAPTER END! VOLUME 2 = 65 CHAPTER END! VO...