STAR

By DwiMartiningsih0813

6.1K 292 60

Cerita Ini mengisahkan tentang seorang gadis culun, polos/lugu, kepintaran di atas rata-rata, namun super dup... More

Prolog
STAR_01
STAR_02
STAR_03
STAR_04
STAR_05
STAR_06
STAR_07
STAR_08
STAR_ 09
STAR_10
STAR_11
STAR_12
STAR_13
STAR_14
STAR_15
STAR_16
STAR_17
STAR_18
STAR_19
STAR_20
STAR_21
STAR_22
STAR_23
STAR_24
STAR_25
STAR_26
STAR_27
STAR_28
STAR_29
STAR_30
STAR_32
STAR_34
STAR_35
STAR_36
STAR_37
STAR_38
STAR_39
STAR_40
STAR_41
STAR_42
STAR_43
STAR_44
STAR_45
STAR_46
STAR_47
STAR_48
STAR_49
STAR_50
STAR_51

STAR _33

81 4 0
By DwiMartiningsih0813

Happy Reading

*

Di sekolah Jakarta High School akhir-akhir ini di padatkan dengan berbagai kegiatan. Di mulai dengan persiapan Ulang tahun sekolah dan juga persiapan untuk perpisahan kelas 12. Berbagai ujian telah di lakukan dan baiknya berjalan dengan lancar.

Di koridor sekolah Adel berjalan seorang diri, ia tidak menyangka jika ia akan berpapasan dengan Irene. Tapi, yang membuatnya sedikit kaget adalah saat Irene tidak sendirian. Aqila dan Yeji bersamanya, dengan tatapan yang membenci.

" Oh ternyata di sekolah kita masih ada cewek culun yang berubah jadi cantik," Ucap Yeji menatap Adel jijik

" Hah cantik lo bilang?"

" Cantik dari mananya? Semua mata orang koslet deh. Udah jelas muka dia pas-pasan," lanjut Aqila jijik

Adel menghiraukan semua cemohan demi cemohan yang keluar dari bibir mereka. Adel terus menatap Irene sendu. " Apa sampai disini pertemanan kita Irene? Apa segampang itu kamu melupakan ku?" Batin Adel dengan tatapan tak lepas dari mata drak itu

Greppp

Yeji mencengkram kerah seragam Adel kasar. " Jangan ngelunjak lo Adel! Lo pikir lo bisa saingin gw huh?"

" Lo hanya angkutan di sekolah ini jadi lo jangan berani bertingkah!" Lanjut Yeji dengan tangannya yang masih mencengkram kerah baju Adel

Adel menepis tangan Yeji dari kerah bajunya dan membalas tatapan tajam Yeji. " Tutup mulutmu!"

" Aku bisa berada disini dengan hasil kerja keras dan ilmu yang aku punya. Aku masih bisa masuk dengan kerja keras ku tidak seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan uang dan orang tua!" Tandas Adel tak ingin kalah

" Hanya mengandalkan beasiswa saja bangga,"

" Oh tentu aku sangat bangga. Dengan mengandalkan pendidikan ku aku memiliki moral kemanusiaan, tidak dengan mengandalkan uang yang tidak memiliki moral sedikitpun!"

" Maksud lo apa huh?"

" Lo sudah berani melangkah Adel. Selama ini gw diam bukan berarti gw terima dengan semua injakan lo,"

" Kenapa? Apa merasa terinjak?"

" Hah! Aku pikir pendidikan yang akan terinjak oleh uang tapi ternyata uanglah yang terinjak oleh pendidikan,"

" Lo benar-benar...,"

Irene tiba-tiba menahan tangan Yeji yang hendak melayangkan tangannya ke arah Adel.

" Irene?" Gumam Adel lirih

Adel sedikit merasa senang saat Irene mau membelanya.

" Irene kenapa lo bela di-"

Plakkk

Semua orang yang ada di sana di buat kaget dengan aksi Irene yang berani menampar Adel di hadapan Yeji dan Aqila. Aqila tidak akan melewatkan kesempatan ini begitu saja, ia membuat siaran langsung khusus family sekolah tanpa guru sehingga semua orang tau apa yang terjadi saat itu.
Semua orang yang melihat itu sontak langsung berlarian ke tempat itu.

" Itu buat orang picik kaya lo!" Tekan Irene

Irene menarik kerah seragam Adel. " Gw tau lo baik, gw tau lo pintar dan gw juga sekarang lo cantik."

Aqila dan Yeji saling bertatapan saat Irene mengakui kalau sekarang Adel memang cantik.

" Tapi bukan berarti lo bisa memperlakukan gw seperti ini. Lo bilang sahabat gw, tapi sedikitpun lo nggak pernah kasih gw kebahagiaan! Itu yang lo sebut sahabat?"

" Jawab gw Adel?!" Teriak Irene murka di depan wajah Adel

Disana Adel hanya menatap Irene sendu. Di sisi lain semua orang di buat heboh dengan siaran langsung yang di lakukan Aqila. Kiara yang melihat siaran itu panik dan langsung pergi ke koridor sekolah.

" Gila Vin si Irene," Ucap Justin dengan tatapannya fokus ke layar ponsel

" Apaan?" Tanya Vino penasaran

" Buka hp lo!" Suruhnya

" Mau ngapain emang?"

" Cepet buka banyak bacot lo," {Ngegas}

Vino membuka gawainya dan banyak notif di ponselnya. Vino terkejut saat melihat siaran langsung Aqila yang dimana disana terlihat Irene yang memperlakukan Adel kasar seperti boneka sedangkan Adel hanya diam saja disana.

......

" Irene kita bisa bicara baik-baik nggak kaya gini,"

" Baik-baik lo bilang? Kemarin saat kita bicara. Apa lo bisa berbicara baik-baik? Bahkan lo nggak pernah mau melihat gw bahagia,"

" Kamu salah Irene, aku bahagia kalau kamu bahagia. Tapi, kalau aku memberikan apa yang kamu mau saat itu aku nggak bisa,"

" Sudah lama aku berjuang Irene dan kamu tau itu. Dan sekarang setelah aku mendapatkan nya kamu malah berpikir aku yang berkhianat? Kalau memang kamu menyukai Marvin seharusnya bilang dari awal dan aku akan mundur!"

" Gw udah bertahun-tahun memperjuangkan dia. Lo cuman sebagai alat gw agar gw bisa deket terus sama Marvin, tapi kenapa? Kenapa malah kamu yang di sukainya? Kenapa bukan gw?" Teriak Irene murka

" IRENE?!" Kiara melepas paksa tangan Irene yang mencengkram kerah seragam Adel

" Lo jangan ikut campur!"

" Apapun yang mengangkut Adel. Itu urusan gw!" Tandas Kiara mantap

" Kalian berdua memang cocok. Yang satu Anak pungut dan yang satu lagi anak yatim. Sama-sama sampah!"

" Huuhh anak yatim hahah," teriak dan tawaan semua orang terdengar sangat nyaring

" Anak yatim dan anak sampah kaya kalian itu cocoknya bukan disini. Tapi di kolong jembatan..-"

Plakkk

Suara tamparan mengema di seluruh sudut koridor iyu.
Adel melayangkan tangannya keras ke wajah Irene.

" Tutup mulut kamu Irene!"

Semua orang di buat kaget dengan apa yang di lakukan Adel. Ini untuk pertama kalinya mereka melihat Adel yang berani melayangkan tangannya, karena setau mereka Adel adalah orang yang lembut dan tidak tegaan.

" Kalian boleh hina aku, kalian boleh ngerundung aku, kalian boleh memperlakukan aku seperti sampah!" Teriak Adel dengan tangisan yang Teru berlanjut

" Tapi jangan pernah sekali-kali menghina Kiara!" Tandas Adel menatap Irene lekat

Ada hal yang berhasil membuat Irene semakin marah. Irene menyeret Adel kasar ke lapang, Vino dan Justin yang melihatnya sontak langsung bergegas pergi ke lapang.

Di lapang dengan di tonton oleh semua orang disana Irene berbuat nekat. Tak peduli dengan apa yang nanti akan terjadi, sekarang hati dan pikirannya sudah kalut tertutup cemburu, marah dan emosi.

" Lo bilang kita semua boleh rundung lo?"

" Apa lo yakin dengan ucapan lo Del?" Ucap Irene menyeringai

" Irene jangan lakukan hal bodoh!" Teriak Kiara yang di pegang erat oleh dua siswa.

Aqila dan Yeji menikmati kejadian itu. Irene sudah berhasil di pengaruhi, semua rencananya berjalan sesuai rencana.

Plashback Off

Aqila dan Yeji mendekati Irene yang sedang melamun di belakang taman sekolah.

" Hy," sapa Yeji dan Aqila bersamaan

Irene mendongak dan terkejut saat melihat mereka berdua. " Mau ngapain kalian?"

" Oh tenang Irene. Kita nggak mau cari ribut sama lo, kita cuman mau ngomong sama lo,"

" Ngomong apa?"

" Duduk dulu dong," Seru Yeji menyuruh Irene duduk

" Langsung keintinya! Kalian mau ngomong apa?"

" Ekhem Ok. Gini Irene gw tau apa permasalahan lo sekarang sama Adel, gw juga tau sekarang lo sangat benci sama Adel. Karna itu gw akan bantu lo buat balas dendam,"

" Apa rencana kalian? Gw tau kalian sedang ada rencana lain. Gw nggak bodoh,"

" Hahah Irene-irene kenapa sih pikiran lo itu negatif terus sama kita. Padahal kita baik loh mau bantu lo," Kali ini Aqila yang membuka suara

" Gw nggak butuh,"

" Gila Si Irene jual mahal banget," batin Aqila jijik

" Gini Irene lo nggak bisa biarin Adel merenggut kebahagiaan lo. Lo nggak bisa biarin Adel menang dalam hal ini, lo harus bisa dapetin Marvin lagi. Dia nggak peduli sama lo dan sekarang lo mau peduli sama dia?"

" Irene gw kasih tau sama lo. Lo hanya di perbudak sama si Adel. Selama ini Adel nggak niat mau berteman sama lo, buktinya sekarang dia malah milih si Kiara. Lo harus bala dia Irene, buat Adel menyesal karna sudah mengkhianati lo!" Ucap Yeji mengopori Adel

Plashback Off

" Lo yang sudah membuat gw seperti ini Adel. Jangan salahkan gw kalau gw berubah!" Tandas Irene menatap Adel dalam

Adel menangis dalam diam melihat tatapan kebencian Irene. Ini untuk pertama kalinya ia melihata tatapan Irene yang begitu membenci.
Yeji berteriak menyuruh semua siswa/i untuk melemparkan sampah, air kotor, telur dan yang lain nya untuk mereka lemparkan ke arah Adel.

Adel hanya diam karna berbuat pun percuma saja.
Disisilain Justin dan Vino berusaha menahan semua orang yang terus melempar semua benda itu ke Adel.

" Adel maafin gw, gw benar-benar nggak guna Del. Disaat lo butuh gw, gw malah nggak bisa berbuat apa-apa," Gumam Kiara dalam hati dengan air mata yang terus keluar tak henti.

Adel terduduk lemas dengan semua orang yang terus melemparinya dengan berbagai macam. Adel menangis dan terlintas pikirannya saat dulu Vino menolongnya dari perundungan mereka, tapi kali ini Vino tidak ada menolongnya. Sekarang Adel terus memikirkan Marvin, tak ada sosok Marvin yang menolongnya.

" Anak pungut!" Cemohan dan teriakan semua orang sembari melempari Adel dengan telur dan kertas sampah.

" Apa-apaan ini?"

Dari sana terlihat Pak Chiko dan Marvin yang baru datang dan terkejut saat melihat Adel di rundung. Semua orang tidak takut dan tidak mendengar teriakan Pak Chiko, mereka terus melempari Adel. Marvin berlari dan memeluk tubuh Adel erat sehingga lemparan itu mengenai tubuh Marvin bukan Adel.

" Maaf aku telat datang," Gumam Marvin lirih

Adel mendongak dan menatap wajah Marvin sendu. " Mereka jahat, mereka semua tidak menyukai aku." Ucap Adel lirih dengan tangisan di bibirnya

Marvin yang tidak tega melihat istrinya menangis, langsung memeluk Adel erat dengan ari mata yang seberusaha mungkin ia tahan untuk tidak keluar.

.....

" Bapak bilang berhenti atau bapak akan laporkan kalian ke kepala sekolah. Dan kalian kelas 12 tidak akan lulus sekolah!" Ancam Pak Chiko berhasil menghentikan aktivitas mereka

Mereka serempak terdiam. " Apa yang kalian lakukan hah? Apa ini yang selama ini bapak ajarkan kepada kalian?"

" Bapak tidak pernah mengajarkan kalian merundung atau membully di sekolah ini. Apa yang kalian lakukan tadi itu sudah melanggar aturan Sekolah!" Tegas Pak Chiko berhasil membuat semua orang diam bak jantung

" Kalian semua bapak hukum!" Sambungnya

Marvin menuntun Adel pergi dari lapangan itu dan membawanya ke ruang osis.

Skip ruangan Osis!

Marvin membersikan semua kotoran dan noda-noda di seragam dan wajah Adel. Adel terus melamun ntah apa yang dia pikirkan.

Hening!

" Kemana kamu tadi?" Tanya Adel dingin

" Aku lagi sama pak Chiko ada hal penting yang harus kita bicarakan," jawab Marvin dengan tangannya yang masih membersikan kotoran itu

" Maaf karna tadi aku telat datang," lanjutnya meminta maaf

" Nggak papa kok," jawab Adel berusaha tersenyum walaupun Marvin tau itu senyuman palsu

Marvin menatap Adel dingin. " Jawab aku siapa yang sudah berbuat seperti ini sama aku?!" Tanya Marvin. " Nggak ada!" Jawab Adel bohong karna tidak ingin melibatkan Irene dalam hal ini

" Aku pengen kamu jujur! Jawab aku siapa?"

" Kalau kamu tau kamu mau apa?"

" Akan ku pastikan dia akan mati sekarang juga!" Tandas Marvin siapapun yang mendengar nya akan bergidik ngeri

" Itu yang aku tidak mau, kamu pasti akan balas dendam,"

" Udah ya aku nggak papa kok,"

" Sampai kapanpun kamu nggak akan jujur. Tapi, akan ku pastikan aku akan menemukan orang itu," batin Marvin menahan amarah

......

" Del lo nggak papa kan? Ada yang sakit? Atau lo butuh bantuan?" Pertanyaan bertubi-tubi terlontar dari bibir Kiara

Terlihat dengan jelas dari wajahnya yang sangat mengkhawatirkan keadaan Adel. " Aku nggak papa kok." Jawab Adel dengan senyuman

" Adel maafin gw karna gw nggak bisa bantuin lo. Gw temen nggak guna, di saat lo butuh bantuan gw. Tapi, gw nggak ada dan nggak bisa bantu lo," Gumam Kiara lirih merasa bersalah

" Karna lo bela gw jadi lo kena imbasnya. Mereka seharusnya memperlakukan gw seperti lo tadi, bukan hanya lo Del," lanjut Kiara

Adel melirik Marvin yang kini sedang menatap Kiara. " Siapa yang lo maksud?" Tanya Marvin

" Loh lo belum tau?"

" Jawab gw siapa biang dari ini semua!"

" Ee... Itu...,"

" Marvin udah, jangan di permasalahkan," sergah Adel meyakinkan Marvin, tapi sepertinya sang empu tak mau dengar

" Kiara jawab gw,"

" Itu Si Aqila, Yeji dan.....Irene," jawab. Kiara sedikit jeda

Marvin membuang nafas kasar mendengar nama-nama itu. Adel yang tau kalau saat ini Marvin sedang marah seberusaha mungkin untuk menenangkan nya. " Sayang udah yah, aku nggak papa. Lagian aku tau kok kenapa Irene bisa sampai segitunya. Itu karna Irene suka sama kamu. "

Marvin menoleh menatap Adel. " Aku udah tau semuanya jauh sebelum ini terjadi, dan aku juga tau kalau selama ini kamu juga tau kalau Irene suka sama kamu. " Lanjut Adel. " Aku mohon jangan permasalahkan hal ini dengan Irene. Aku nggak mau ada lagi pertengkaran, aku udah capek. Aku mohon. " Pinta Adel menatap Marvin sendu

" Tapi ini sudah keterlaluan!"

" Aku tau tapi aku mohon untuk kali ini aja turutin kemauan aku. Aku mohon kamu jangan ngelakuin apa-apa terhadap Irene,"

Marvin yang tidak tegaan apalagi melihat istrinya memohon seperti itu. Dengan terpaksa mengiyakannya. Tak lama seseorang mengetuk pintu dan menyuruh Adel untuk pergi ke ruangan guru, Marvin meraih tangan Adel dan tidak akan membiarkan Adel pergi seorang diri.

.......

Ruangan Guru

Terlihat Irene, Yeji dan Aqila sedang duduk di sofa panjang itu dengan di kelilingi oleh guru-guru. Adel dan Marvin masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di depan mereka bertiga, seketika pasang mata itu menatap tajam kearah Adel dengan penuh kebencian.

Marvin yang mengerti dengan tatapan itu langsung mengelus tangan Adel untuk mengalihkan perhatiannya.

" Kalian mau jadi apa di sekolah ini? Kalian sama-sama perempuan, tapi kenapa kalian saling merundung teman kalian?!"

" Apalagi kalian Aqila dan Yeji. Kalian kakak kelas dari orang yang kalian rundung, apa kalian tidak punya rasa malu huh? Kalian sudah dewasa, kalian sudah bisa berpikir mana yang baik dan buruk,"

" Pak Chiko kasih tau ibu kalau kalian berdua selalu berbuat onar. Dan bukan hanya Adel yang menjadi korban bullying kalian, tapi masih banyak lagi adik kelas banyak satu angkatan kalian yang jadi korban. Sebenarnya mau jadi apa kalian?" Ucap ibu guru itu yang di yakini sebagai kepala sekolah

Hening!

Aqila dan Yeji hanya diam tidak menjawab bahkan menatap ibu gurunya saja tidak.

" Dan kamu Irene, ibu lihat-lihat kamu anak yang baik, pintar dan cantik. Dan bukannya kamu teman baik Adel...,"

" Itu dulu! Tapi sekarang tidak!" Potong Irene spontan dengan tatapannya ke arah Adel

Adel membalas tatapan Irene.

" Apa masalah kalian? Jika ada masalah bicarakan baik-baik. Jangan seperti ini, kalian sudah sama-sama dewasa tapi tingkah dan pikiran kalian masih balita," celetuk Kepala Sekolah itu

" Dia yang memulai semakin. Jadi jika ada yang salah orang yang pertama di salahkan itu dia!" Tandas Irene sembari menunjuk ke arah Adel

Marvin yang tidak terima dengan sikap dan ucapan Irene langsung menepis tangan Irene kasar. " Tidak menerima kenyataan itu adalah kesalahan besar. Dan disini yang tidak bisa menerima kenyataannya itu lo Irene, kesalahan disini bukan dari Adel tapi lo!" Ucap Marvin tegasl

" Sudah cukup ibu suruh datang kalian disini untuk menyelesaikan masalah. Kalian tau kalau sampe kejadian ini terdengar oleh orang luar maka sekolah kita akan tercoreng,"

" Ayok sekarang kalian baikkan,"

" Apa baikkan sama cewe itu? Ibu serius suruh? Ogah banget," Ucap Yeji memutar bola mata jijik

" Yeji jaga sikap dan bicara kamu!" Kali ini Pak Chiko yang membuka suara

" Sampai kapanpun Gw nggak akan minta maaf sama dia!" Teriak Yeji lalu pergi begitu saja meninggalkan semua orang.

Aqila yang tidak tau lagi harus ngapain langsung menyusul Yeji keluar. Semua orang menggelengkan kepalanya melihat perilaku dua orang itu.

Sekarang hanya tinggal Irene, Adel dan Marvin. " Irene kami tau kamu anak yang baik, kamu pasti ada alasan di balik ini semua. Ibu mohon berbaikan lah. "

Irene hanya diam ntah apa yang dia pikirkan. " Maaf bu tidak segampang itu untuk memaafkan seseorang. Aku butuh waktu!" Ucap Irene sesat sebelum pergi meninggalkan ruangan guru itu

......

" Arghhhh?!" Teriak Irene di atas atap sekolah

" Kenapa? Kenapa harus seperti ini? Kenapa harus aku? Dan kenapa harus Adel?" Teriak Irene tak bisa menahan kuasa lagi

" Gw sayang sama lo Del tapi gw juga cinta sama Marvin. Kenapa? Kenapa harus seperti ini?" Gumam Irene lirih dan terduduk lemas disana.

Tanpa Irene sadari ada seseorang yang berada di sana dan mendengar semua ucapan Irene.

" Gw nggak tau lagi harus ngapain. Gw cemburu saat lo bermesraan sama Marvin, gw juga cemburu saat lo terus bersama dengan Kiara. Gw....Gw yang selama ini sama lo tapi semenjak Kiara datang lo berbuah Del. Lo benar-benar berubah," tangis Kiara di sana

" Ekhem," deheman seseorang berhasil membuat Irene terkejut dan menoleh ke arah sumber suara

" Elo?!"

Vino datang dan menghampiri Irene. Dengan cepat Irene membuang air matanya kasar.

" Ngapain lo disini," Tanya Irene dengan masih keadaan sesegukan

" Gw disini karna terbangun oleh suara cempreng yang berteriak itu!" Sindir Vino yang bisa di mengerti oleh Irene

" Apaan si lo. Pergi sana ngapain disini," usirnya

" Boleh gw ngomong sebentar?" Tanya Vino menatap lawan bicaranya. Sedangkan yang di tatap malah melihat ke arah lain

" 3 detik!"

" Okeh 3 menit," Irene menatap Vino sinis.

" Irene gw pernah bilang ikhlaskan orang yang tidak mencintai lo. Karna lo tau kenapa? Jika lo melihat orang yang kamu cintai itu lebih bahagia bersama orang lain maka kamu juga akan bahagia!" Tutur Vino

" Lo nggak tau bagaimana perasaan gw. Jadi, jangan sok tau,"

" Hah! Kamu salah Irene.
Okeh gw jujur sekarang sama lo,"

" Gw sama seperti lo mencintai orang yang tidak mencintai kita. Sama seperti halnya lo suka sama Marvin dan gw suka sama gadis yang menurut gw sangat unik. Yaitu orang yang sekarang sedang lo benci!"

Irene menatap Vino. " Maksud lo Adel?"

" Kita sama-sama mencintai orang yang tidak mencintai kita. Tapi, gw sadar sampai kapanpun gw nggak akan bisa dapetin orang yang tidak mencintai kita. So, gw juga berharap lo bisa mengerti dan mengikhlaskan semuanya. Kalau lo benar-benar mencintai Marvin maka lo juga akan bahagia jika Marvin bahagia bersama orang lain,"

Irene menggelengkan kepalanya. " Nggak... Gw nggak bisa Vin. Gw cinta sama dia udah lama, lo juga tau itu. Tapi, apa segampang itu gw lepasin dia untuk orang lain?"

" Jika lo harus memilih maka ada dua pilihan untuk lo. Lo bisa memilih melihat orang yang lo cintai dan melihat sahabat lo bahagia atau tidak melihat keduanya! Pilihan ada di tangan elo Irene, Ingat Irene di dunia ini masih banyak cowok baik yang yang seperti Marvin dan lebih mencintai lo. Ikhlaskan dan biarkan dia bahagia bersama orang yang dia cintai," Ujar Vino meyakinkan sang empu.

" Apa lo sakit hati?"

" Jelas! Gw sakit hati saat gw sadar kalau gw nggak bisa milikinya. Tapi, gw lebih sakit hati jika dia bersama gw tapi dia tidak bahagia,"

Irene terdiam mendengar ucapan Vino. Sedikit demi sedikit ucapan Vino masuk ke dalam pikiran Irene.

" Gw nggak bisa Vin. Gw lemah dalam hal ini, bertahun-tahun gw berjuang tapi apa ini endingnya? Kenapa harus seperti ini,"

" Gw nggak sanggup Vin gw nggak sanggup," tangis Irene pecah di hadapan Vino

Dengan rasa berat Vino mencoba merangkul Irene. Vino menenangkan Irene yang menangis sesegukan disana, ini untuk pertama kalinya untuk Irene karna bisa menangis di hadapan seorang pria. Sudah lebih dari 3 menit Vino berbicara, tapi melihat keadaan Irene yang sudah menangis dengan perasaan iba Vino mencoba membiarkan wanita itu menangis di sana.

.......

Tunggu partisipasi selanjutnya yah:)

Gimana nih ceritanya? Seru nggak? Atau ngebosenin?

Komen yang bawel dong xixixi....

Lanjut?

Oke jangan lupa tinggalkan jejak yah. Supaya author semangat ngetiknya!!!!

See You Next Time

Continue Reading

You'll Also Like

917K 170K 54
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
3.9M 43.2K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
477K 28.3K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...