Bloody Mary - Haikyuu [ END ]...

By lailaalfy13

103K 17.7K 6.3K

Sisi gelap sebuah akademi Haikyuu, atau sekolah menengah atas yang selalu menutup kasus kematian murid-muridn... More

PROLOG
CERMIN
NAMA BAIK
SALAH
MEREKA YANG SALING MEMBUNUH
MATA BATIN
TOILET LANTAI DUA
IWAIZUMI, BANGUNLAH...
SSS
SHINSUKE, DAN KAKEK TUA
OVERTHINKING
UPAYA UNTUK PULANG
SIAPA MARY?
SPOILER
MENYUSUN RENCANA
PINTU LANTAI EMPAT
RUANG KESENIAN
MANEKIN
PENGKHIANAT
NINA BOBO
MEMBERONTAK
AMANAH
MENUJU AKHIR
TAK INGIN USAI
TENTANG SAKUSA
TRAGEDI
KONTRAK
HIDUP KEMBALI
BRAINWASH
PERPUSTAKAAN
MANUSIA LICIK
USHIJIMA, DIKAMBINGHITAMKAN
SUGAWARA
BALAS DENDAM
KENMA MENGETAHUINYA
SUNRISE
EPILOG

ASTRAL PROJECTION

2.5K 526 148
By lailaalfy13

Chapter 10 - Astral Projection

"Ada penyusup. Oh, rupanya mereka sudah tau."

*****

Suara jangkrik terdengar begitu intens, seirama dengan jarum jam yang terus bergerak. Suasana malam begitu mencekam, karena sang bulan ditutupi oleh kumpulan awan.

Oikawa, menyamankan posisi berbaringnya di ranjang. Sementara Semi duduk diatas karpet sembari menyandarkan tubuhnya pada kerangka ranjang milik Oikawa.

Keduanya tengah berkonsentrasi, sembari mendengarkan instruksi dari Semi- yang sudah pernah melakukan Astral Projection.

Perjalanan Astral, atau istilahnya digambarkan sebagai jiwa yang disebut sebagai tubuh astral. Kemudian teripisah dari tubuh fisik, dan mampu melakukan perjalanan ke seluruh penjuru alam semesta.

Oikawa sudah melakukan apa yang dikatakan oleh Semi. Ia menyugestikan dirinya, seolah sudah keluar dari dalam tubuh. Berkali-kali Oikawa merasa tidak fokus, sampai akhirnya ia berputus asa.

"Sial! Gue gabisa, Sem! Gabis-- HAH?!" Sebelumnya, Oikawa segera bangkit dari posisi tidurnya. Ia menatap keluar jendela sembari mengacak-acak rambutnya sendiri. Tapi, betapa terkejutnya Oikawa ketika ia kembali berbalik dan mendapati tubuhnya sendiri tengah terlelap diatas ranjang.

"Bisa, makanya sabar." Kejut Semi, yang sudah berdiri tepat di samping Oikawa.

Dalam wujud roh. Baik Semi dan Oikawa bisa melihat kakek tua, atau khodam yang dimiliki Shinsuke dengan amat jelas. Ia mengisyaratkan mereka berdua untuk bergegas.

Sekarang, perjalanan mencari Iwaizumi akan dimulai.

"Enteng banget." Kata Oikawa. Dalam bentuk roh, ia merasa kalau tubuhnya terasa begitu ringan.

Sensasi yang Oikawa rasakan adalah takut. Berbeda dengan kondisi gedung asrama pada umumnya, karena dikala itu Oikawa dan Semi merasa kalau ukuran bangunan itu menjadi lebih luas daripada yang aslinya.

Disana pula, banyak makhluk-makhluk lain yang berlalu lalang sembarangan. Membuat Oikawa tak henti-hentinya mengusap dada karena terkejut.

"Sem, itu Suga bukan, sih?" Bisik Oikawa ketika mereka berdua hampir sampai di pertengahan tangga menuju lantai bawah. Sugawara yang mereka lihat hanya mematung ditengah tangga.

"Bukan, itu cuma Jin yang nyerupain Suga." Semi balik berbisik. Keduanya terus berjalan tanpa menggubris lagi Jin yang menyerupai Sugawara.

Oikawa yang tidak memiliki pengetahuan mengenai hal ghaib tentunya masih belum bisa membedakan jenis-jenis makhluk itu. Semi sangat memakluminya, karena makhluk semacam mereka itu terkadang memiliki aura yang serupa. Membuat para manusia indigo sulit membedakannya.

"Roh temen-temen kita udah dibawa sama nenek tua itu." Semi bergumam pelan. Ia kecewa pada dirinya sendiri, karena tidak dapat merebut kembali botol milik nenek tua. Pak Keishin tentunya tidak akan mempercayai Semi begitu saja, meskipun Semi menjelaskannya dengan jujur.

Risiko terburuknya adalah, nenek tua itu bisa saja menyerang anggota OSIS yang ada di sana- Jika Semi nekat memojokkannya.

"Maksud Lo?" Tanya Oikawa, yang langsung menghentikan langkahnya.

"Nenek tua itu bukan ngusir hantu, tapi ngambil arwah temen-temen kita yang dibunuh." Jelas Semi. Ia sendiri tidak memiliki kekuatan apapun untuk mencegahnya. Yang Semi lihat dimalam itu adalah arwah teman-temannya terbang dan dikurung kedalam sebuah botol kaca tebal.

Raut wajah Oikawa berubah. Ia begitu terpukul mendengarnya, dan juga- Oikawa yakin hal tersebutlah yang membuat Tanaka tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.

Baik Semi dan juga Oikawa, mereka sama-sama merasa bersalah karena tidak dapat menolong teman-temannya. Mereka mungkin memang sudah mati, tapi alangkah baiknya jika mereka benar-benar kembali kepada sang pencipta. Bukannya malah diculik oleh makhluk-makhluk ghaib lainnya.

"dan Kembar Miya, juga Sakusa merupakan pelakunya." Lanjut Semi, yang hanya mendapat sebuah anggukan kecil dari Oikawa. "Jangan-jangan, Lo udah tau?" Semi memastikan kembali apakah asumsinya benar atau salah.

Oikawa menggeleng. Ia tidak tahu, tapi juga tidak terkejut ketika mendengar fakta kalau mereka bertiga merupakan pelakunya.

Ingat, Oikawa sudah mencurigai Atsumu sejak dirinya muncul di toilet malam itu.

"Yang jelas, kita harus bisa bikin mereka berhenti." Gumam Oikawa. Untuk sekarang, ia masih memikirkan keberadaan Iwaizumi. Ia tidak ingin Iwaizumi juga pergi dari hidupnya.

Semi dan Oikawa telah berpijak tepat didepan toilet lantai dua. Mereka tidak bisa melangkah maju, karena tepat didepan pintu toilet ada seorang wanita dengan wajah super pucat menatap mereka.

Dalam sekejap Semi dan Oikawa merasakan sensasi yang mengerikkan. Keduanya memasang kuda-kuda, seolah tengah berwaspada dengan makhluk ber-energi besar dihadapan mereka.

"Boleh kami lew--" Belum usai Semi berucap, wanita itu membuka mulutnya lebar-lebar, hingga bagian bibirnya robek sampai ke kulit pipinya. Disana, terpampang gigi taring yang tajam- seolah siap mengoyak dua arwah manusia di hadapannya.

Kedua kaki Oikawa seperti terkunci ditempat. Rasanya seperti ada magnet besar yang membuat kedua kakinya sulit untuk diangkat.

Deru napas Oikawa semakin tak terkendali. Ia benar-benar syok melihat sosok yang ada tepat beberapa meter dihadapannya.

Seperti yang kita semua tahu, kalau hantu bisa merasakan hawa takut seseorang. Itulah mengapa, hantu lebih senang mengganggu manusia yang pengecut. Rasa takut sama diibaratkan seperti umpan yang dapat memancing keberadaan hantu.

Karena emosinya yang tumpah itu, membuat wanita itu memalingkan pandangannya kearah Oikawa. Kedua mata yang tidak simetris dan membengkak itu, menatap tajam mangsa didepannya. Gerakan tolehan yang patah-patah memberikan kesan menakutkan semakin bertambah-tambah.

"Gerak, ayo geraklah kaki gue!!" Oikawa hanya mampu membatin. Disaat ia merasa seperti sedang berpeluh, baik bibirnya-pun sulit untuk berucap.

Hanya gemetar refleks yang bisa Oikawa lakukan. Pupilnya mengecil seirama dengan kelopak matanya yang terbuka lebar, sekarang- hantu wanita itu bergerak dengan cepatnya dengan kuku super tajam sebagai senjatanya.

Kedua mata Oikawa terpejam, dan ketika ia membuka salah satu kelopak matanya- sudah ada Semi yang berdiri tepat didepannya.

"BANGUN! JEMPUT IWAIZUMI DIDALAM!" Perintah Semi, sembari memalingkan sedikit pandangannya. Sekarang, Oikawa melihat Semi yang tengah menangkis serangan wanita itu menggunakan sebuah nunchaku yang ia genggam dengan kedua telapak tangannya.

Oikawa menelan ludah, terkejut dengan kemampuan Semi yang jauh diatasnya. Meskipun awalnya ia bimbang- tapi akhirnya Oikawa berlalu pergi meninggalkan Semi dengan wanita itu.

Semi akan baik-baik saja, kalau Oikawa tidak membuang-buang waktu karena ragu.

Jemari Oikawa telah memegang gagang pintu toilet, ia bergegas masuk- ketika mendengar Semi yang lagi-lagi berteriak memintanya untuk cepat.

Sesampainya didalam, Oikawa tidak dapat berkutik sedikitpun. Setidaknya, ada lima cermin yang berderet dan menjulang dengan tinggi dihadapannya.

"Iwa.. Iwaizumi?" Gumam Oikawa, ia yakin kalau didalam cermin-cermin itu ada sosok Iwaizumi.

"Akhirnya Lo dateng, cepet hancurin empat cermin itu!" Perintah Iwaizumi yang ada didalam cermin pertama. Disusul dengan sorakan dari Iwaizumi yang ada didalam cermin lainnya.

"Dia palsu! Gue yang asli!" Kata Iwaizumi di cermin yang paling tengah. Ia menggertak seolah ingin memukul Iwaizumi pada cermin pertama.

Mereka semua saling bersahut-sahutan, mencaci satu sama lainnya. Dikala itu kepala Oikawa terasa sakit, tapi ia berusaha untuk menjaga dirinya agar tetap tenang.

"Boleh jawab pertanyaan gue?" Kalimat Oikawa berhasil membungkam kelima Iwaizumi itu.

"Kenapa gue harus hancurin cerminnya?" Tanya Oikawa.

"Karena Lo harus milih salah satu diantara kita untuk dibawa kembali. Cermin yang dihancurin itu artinya Lo nggak milih dia." Jelas Iwaizumi pada cermin kelima dengan sangat santainya.

Bukan hanya Oikawa yang terkejut, tapi Iwaizumi pada cermin kedua dan keempat juga terbelalak usai mendengarnya.

"Mereka yang nggak gue pilih, bakal kemana nantinya?" Tanya Oikawa. Kali ini, kepalanya berhasil mencerna petunjuk yang ia dapatkan.

"Humphh..." Iwaizumi pada cermin ketiga menatapnya sambil menyeringai kecil. "... Mereka akan tinggal disini, terjebak selamanya." Sambarnya kemudian.

Oikawa jadi semakin ragu untuk bergerak. Risiko yang Oikawa terima nantinya akan sangat besar, jikalau ia salah memilih arwah yang akan dibawa nantinya.

Iwaizumi yang asli bisa terkurung disini selamanya, dan Oikawa tidak ingin hal itu terjadi.

Tapi paling tidak, Oikawa bisa menyingkirkan beberapa- karena ia yakin kalau orang-orang ini bukanlah Iwaizumi.

Mereka, terlalu bodoh untuk berkamuflase.

"Dasar palsu!" Oikawa mengambil ancang-ancang, lalu meninju cermin kelima hingga benar-benar hancur berkeping-keping. Usai Oikawa meninjunya, pecahan cermin itu melebur- hilang tak tersisa.

Lirikan Oikawa sampai kepada Iwaizumi pada cermin kedua. Sedaritadi, ia adalah Iwaizumi yang paling diam- seolah tidak tahu apa-apa.

"Kenapa Lo hancurin dia? Padahal dia udah jawab penjelasan Lo." Iwaizumi pada cermin keempat terkekeh kecil.

Oikawa menyerngit, kemudian merapihkan rambutnya yang sepertinya berantakan. Aneh, padahal ia hanyalah sebuah roh- tapi Oikawa bisa merasakan kalau wujudnya itu tidak jauh beda seperti didalam raga aslinya.

"Singkatnya, Iwaizumi yang asli nggak mungkin tau hal itu. Dia itu yang dikurung, jadi nggak mungkin kan- kalau Iwaizumi diberitahu aturan mainnya." Sahut Oikawa dengan senyum penuh kemenangan. Sifat sombongnya itu terlalu tinggi, padahal ia baru saja menghancurkan satu.

"Jadi, siapa yang bakal elo pilih seka..."

JDAAAR!!

Sayang sekali, tapi Iwaizumi pada cermin ketiga tidak dapat mengalihkan konsentrasi Oikawa dengan pertanyaannya yang tak sempat terucap itu. Oikawa masih ingat, kalau Iwaizumi yang itu juga tahu aturan mainnya. Yang artinya, dia juga palsu.

Karena posisinya sekarang lebih dekat, Iwaizumi kedua kembali terpekik dan menutup kedua telinganya. Ia menatap Oikawa dengan penuh harap.

Iwaizumi memang sosok laki-laki yang pemberani. Tapi, apabila terkurung ditempat seperti ini secara tiba-tiba. Besar kemungkinan jika Iwaizumi akan syok dan menjadi ketakutan.

Bahkan, Oikawa yang sudah sering melihat sosok hantu beberapa kali-pun masih tak berkutik ketika bertatap muka dengan hantu wanita yang tadi.

Bisa saja Iwaizumi menjadi sulit bicara sepertinya karena semakin ketakutan.

Apakah Iwaizumi yang ada didalam cermin kedua merupakan sosoknya yang asli? Oikawa berpikir kalau dialah yang asli.

"OIKAWA! CEPET-AKH!!!" Sorakkan itu berasal dari luar toilet, dimana ketika Oikawa menoleh- ada Semi yang sudah terengah-engah dan kesulitan menghindari serangan hantu wanita itu.

Lagi-lagi, Oikawa merasa gemetar. Wajah hantu wanita itu menjadi semakin mengerikkan, berbeda saat Semi dan Oikawa baru sampai ditempat itu.

Tinggal tiga cermin tersisa, dan sekarang Oikawa kehilangan konsentrasinya. Ia bisa saja memilih Iwaizumi pada cermin kedua, tapi bagaimana kalau ia salah? Bagaimana kalau ternyata cemin yang ia hancurkan nanti berisi Iwaizumi yang asli?

Rasanya rapuh, bahkan jika Oikawa berlama-lama disana tanpa mengambil keputusan, ia bisa saja kehilangan Semi. Mengatasi hantu wanita itu bukanlah hal yang mudah, dan Oikawa sadar kalau dirinya sendiri belum tentu bisa mengalahkannya.

"Ahaha... Oikawa, ini bukan waktunya ketakutan. Apa Lo juga bisa demam dengan wujud itu?" Iwaizumi pada cermin keempat malah terkekeh jahil. Membuat Oikawa sedikit merasa geram.

"Oikawa, cepatlah... Temen Lo bisa mati kalau Lo lelet begini." Iwaizumi di cermin satu ikut merasa geram. Ia seperti ingin menghancurkan cermin itu sendiri, sayangnya- ia tidak bisa melakukannya.

"Tolong... Tolong gue, Oikawa..." Iwaizumi kedua mulai terisak.

"Huuu... Payah." Ejek Iwaizumi di cermin keempat. Atas ucapannya itu Oikawa segera mendekat dengan kepalan tangannya yang sudah ia angkat tinggi-tinggi.

"Sudah cukup, dan ayo selesain ini semua." Gumam Oikawa.

Tepat sebelum tangannya menyentuh cermin keempat, Oikawa membelokkan pukulannya- menghancurkan cermin pertama dan kedua dari arah samping secara bersamaan.

Usai kedua cermin itu hancur, cermin keempat juga ikut pecah dan mengeluarkan cahaya.

"Bohong... Kan?" Oikawa bergumam lesu. Ia berasumsi kalau dirinya salah memilih cermin, tapi ternyata- sosok Iwaizumi muncul secara sempurna setelah pecahan cermin itu melebur.

"Lo hebat, Oikawa... Lo nemuin gue yang asli." Iwaizumi tersenyum, lalu membentangkan tangannya lebar-lebar.

Butiran air mata Oikawa tidak bisa lagi tertahan, ia segera berbalik dan memeluk Iwaizumi sampai keduanya terjatuh ke lantai.

Ketakutan Oikawa akhirnya hilang, bersamaan dengan perasaan lega karena ia berhasil bertemu dengan Iwaizumi yang asli.

"Duh... Duh... Kok cengeng gini, sih?" Iwaizumi kesal, dan langsung menjitak kepala Oikawa. Sedari awal, Iwaizumi percaya kalau Oikawa tidak akan salah memilih.

"Maaf lama, ya... Iwaizumi." Segaris senyum muncul di wajah Oikawa. Ia benar-benar senang karena sebentar lagi, Iwaizumi bisa bangun dan menemani hari-harinya seperti biasa.

"WOI REUNINYA NANTI LAH, ANJENG! LO BERDUA MAU GUE MATI, YA?" Teriak Semi, ia merasa kalau keberadaannya dilupakan oleh Oikawa dan Iwaizumi yang baru saja bertemu. Sedaritadi, Semi mendapatkan serangan yang membuat energinya semakin menipis. Firasatnya berkata, kalau wanita ini adalah hantu yang gemar mengikuti Sakusa.

"Bukain jalan, Sem!" Pinta Oikawa yang langsung mengambil ancang-ancang untuk berlari bersama Iwaizumi.

"Dimengerti-!" Semi kembali bersemangat. Satu-satunya senjata arwah yang ia miliki itu semakin bergerak lihai. Semi mengangkat kakinya, lalu menendang hantu wanita itu untuk menciptakan jarak diantarnya.

Ketka hantu wanita itu ingin mendekat lagi, Semi mengumpulkan tenaga tepat pada tangan yang memegang nunchaku. Hebatnya, ketika semi mengayunkan nunchaku- hantu wanita itu terlempar jauh keujung lorong.

"Ayo!" Ajak Semi, yang langsung memimpin jalan.

Oikawa dan Iwaizumi mengekorinya. Mereka berdua berlari secepat mungkin, sembari menoleh kebelakang secara bergantian.

dan, ya...
Hantu wanita itu tidak mengejar.

*****

Tok... Tok... Tok...

Suna dan Shinsuke segera melempar pandang, ketika pintu itu ruangan itu diketuk. Keduanya masih menerka-nerka, siapa manusia yang masih terjaga pada pukul dua pagi. Padahal, kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai pada pukul delapan nanti.

"Oy, pasti masih ada yang bangun, kan? Ini gue, Sakusa." Suara itu terdengar begitu tipis.

Dengan segera, Suna dan Shinsuke membukakan pintu untuknya.

"Lo bertiga punya kamar masing-masing, kan? Ngapain ngumpul dikamarnya Oikawa sama Iwaizumi?" Sakusa langsung membentak Suna dan Shinsuke. Ia juga melongok kearah dalam dan mendapati Semi yang baginya sedang terlelap tidur.

"Tau darimana kita disini?" Suna menjawabnya santai. Dia memang pandai memojokkan orang lain dengan kalimatnya.

Sakusa terdiam, seperti sedang memikirkan jawaban. Ekspresinya yang tak berubah itu menandakan kalau ia sebetulnya sudah menyiapkan jawaban. "... Gue kedapetan jaga cctv, dan pas gue tonton ulang rekaman di beberapa sudut- Lo semua masuk ke kamarnya Oikawa dan Iwaizumi." Jelas Sakusa.

Shinsuke mengangguk. Ia tidak menyela penjelasan Sakusa, karena yang dikatakannya memanglah benar.

Berbeda dengan Suna, yang kembali melemparkan tatapan ketidaksukaannya kepada Sakusa.

"Terus, Lo langsung nyamperin kita pagi-pagi buta gini? Punya orang dalem, ya? Jadi ngerasa aman berkeliaran sendiri." Kalimat Suna kali ini membuat Sakusa mendecik kesal. Tapi sepertinya Sakusa masih menahan diri dan berpura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Suna.

"Aman? Lo sendiri tau kalau gue kesurupan waktu itu."  Sanggah Sakusa, menaikkan satu alisnya.

"Ah, yang bener? Udah tau begitu, kok masih berani sih? Pura-pura, ya?" Suna terkekeh jahil.

Melihat situasi yang semakin memanas, Shinsuke memutuskan untuk ikut campur. Sebab kalau di diamkan, akan terjadi peperangan argumen yang berlangsung hingga pagi hari tiba.

"Omi... Kalau gue yang balik ke kamar aja gimana?" Pinta Shinsuke yang langsung menyela perbincangan mereka berdua.

"Kenapa cuma Lo? Ini si rambut tenda sama Semi nggak mau balik ke kamarnya sendiri, emang kenapa si?!" Bentak Sakusa, yang semakin menjadi-jadi. Ia menggaruk-garuk rambutnya yang sedikit ikal itu.

Bagi Suna, Sakusa adalah orang yang menyebalkan. Ia dengan sesuka hatinya memanggil kakak kelas hanya dengan menyebut nama. Tidak membubuhi kata "kak".

Kadang pakai, kadang tidak. Begitulah Sakusa Kiyoomi.

"Kami habis belajar bareng. Oikawa dan Semi udah pulas, kasian juga kalau mereka dibangunin." Shinsuke memberikan penjelasan selogis mungkin kepada Sakusa. "... Kalau gue sama Suna balik, nanti siapa yang kunci pintu kamar ini? Bahaya kan kalau mereka tidur tanpa penjagaan apapun." Tambah Shinsuke, dengan nada bicara yang sehalus mungkin.

Akhirnya, Sakusa mengalah. Ia menghela napas kasar- lalu meminta Shinsuke untuk ikut dengannya, dengan alasan kalau Sakusa akan mengantar tepat sampai kedepan kamarnya Shinsuke.

"Suna, gue titipin mereka ke elo." Shinsuke menepuk pundak Suna secara bersamaan. Ketika itu, bibir Shinsuke bergerak tanpa suara- lalu mengatakan. "... Gue janji bakal baik-baik aja, jadi Lo nggak boleh ninggalin mereka bertiga dengan alasan apapun."

Suna mengacungkan jempol.

"Sakusa..." Panggil Suna, sejenak sembari melongok dari pintu yang belum ia tutup.

Sakusa menoleh dengan malas. "Apa?" Katanya.

"Jagain Kak Shinsuke, ya... Jangan diapa-apain." Pesan Suna, lalu memundurkan tubuhnya- masuk kedalam kamar secara perlahan-lahan.

Sebelum pintunya tertutup, Suna mengacungkan jari tengahnya kepada Sakusa.

"Dasar freak!" Sorak Sakusa, bersamaan dengan Suna yang langsung menutup pintu kamarnya.

BLAM!

.
.
.
.
.
To be continued

Nahh, readers...
Menurut kalian Sakusa bakalan nganter Shinsuke ke kamarnya beneran atau enggak nih? wkwkwk...

Terus kalian udah bener-bener yakin belum, kalau Iwaizumi yang dijemput Oikawa sama Semi itu beneran yang asli?

Kasih pendapat kalian, yaaa...

Sampe ketemu di-
EH, KOK BELUM VOTE SIH? FOLLOW JUGA LOH!

Babayyyy~ ✌🏻✌🏻

Continue Reading

You'll Also Like

4.5K 276 13
Cyclone Cafe Genre : Family/Romance/Friendship Rate : T to M Disclaimer : Boboiboy and Others belongs to Monsta. Warning : Mengandung unsur pertukara...
50.5K 4.8K 32
[ END ] "Everyone deserves to be loved. Kamu tetap orang yang sama di mata aku." #1 jongseong Dom! Park Jongseong Sub! Park Sunghoon Warn!! b×b gay!
51.6K 6.3K 12
Dimata semua orang, anak kembar adalah sosok yang sempurna. Mereka terlihat serasi seperti satu kesatuan. Kenyataannya, menjadi anak kembar bukanlah...
329K 35.5K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...