Cinta Penawar Kutukan

By chinggu313

1.3K 1.1K 390

Genre fantasi namun mengandung unsur romansa. Inilah kisah tiga anak remaja dengan kutukan masing-masing. Men... More

♧Prolog♧
♧Chapter1♧
♧Chapter2♧
♧Chapter3♧
♧Chapter4♧
♧Chapter5♧
♧Chapter6♧
♧Chapter7♧
♧Chapter8♧
♧Chapter9♧
♧Chapter10♧
♧Chapter11♧
♧Chapter12♧
♧Chapter13♧
♧Chapter14♧
♧Chapter15♧
♧Chapter17♧
♧Chapter18♧
♧Chapter19♧
♧Chapter20♧
♧Chapter21♧
♧Chapter22♧
♧Chapter23♧
♧Chapter24♧
♧Chapter25♧
♧Chapter26♧
♧Chapter27♧
♧Chapter28♧
♧Chapter29♧
♧Chapter30♧
♧Chapter31♧
♧Chapter32♧
♧Chapter33♧

♧Chapter16♧

23 25 3
By chinggu313

"Hah?"

"Ha ho ha ho ajah lo. Kenapa sih? Habis digombalin sama penjual es krim nya?"

Laki-laki itu menggeleng pelan. Masih bingung harus merespon apa. Terlebih lagi ketika melihat reaksi gadis itu setelah berbalik melihatnya. Seolah-olah mereka sudah berkenalan dan akrab sebelumnya.

"M... Maaf, lo siapa ya?" Malu bertanya, sesat di jalan. Kira-kira begitulah pendapat Yoshi mengenai keadaan saat ini. Dari pada terus penasaran terhadap keberadaan gadis itu yang tiba-tiba menggantikan Winter, Yoshi lebih memilih untuk memberanikan diri bertanya langsung.

"Lah. Gue Winter woi! Baru ajah kenalan masa lo udah lupa sih? Udah pikun lo?"

"Tapi Winter gak kayak giㅡ"

Ting!!!

Atensi keduanya beralih ke arah benda persegi panjang milik Winter yang menimbulkan suara notifikasi tadi. Hal itu juga yang membuat perkataan Yoshi terpotong. Mulutnya masih belum terkatup, tentu saja karena dia masih bingung.

Kenapa gadis di depannya mengaku sebagai Winter? Jelas-jelas dia bukanlah gadis yang baru beberapa menit yang lalu berkenalan dengannya. Tubuhya juga sangat berbeda jauh. Winter memiliki tubuh berisi dan lebih pendek darinya, sedangkan gadis di depannya ini memiliki tubuh yang ideal. Meski rambut mereka sama-sama pendek sebahu, tapi jelas berbeda. Siapa yang akan percaya itu? Anak kecil yang masih polos pun tidak akan percaya.

"Hadeh. Ibu nyuruh ke kantornya lagi." Terdengar keluhan dari bibir mungil gadis itu. Mata Yoshi masih setia memerhatikan pergerakan gadis di depannya. Sungguh, dia sangat bingung. Haruskah dia pergi dari sana dan mencari Winter? Pikirannya kini mengatakan kalau Winter pergi karena merasa kesal kepadanya. Yah, dia mengaku salah telah mengejek gadis itu saat hampir terjatuh dari kursi taman. Namun Yoshi tidak bohong, Winter benar-benar lucu tadi.

Gadis yang dianggap asing oleh Yoshi masih berkutat dengan handphone-nya. Decakan malas terdengar yang membuat gadis itu tampak terlihat sedang kesal akan sesuatu. Saat sudah mengetikkan sesuatu pada balasan salah satu chat yang masuk di perangkat miliknya, tangannya kemudian menekan tombol power dan kembali melihat ke depannya.

Tapi tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh. Oh tidak! Dia melihat wajahnya telah berubah di layar handphone miliknya tadi saat layar benda persegi itu berubah menjadi hitam. Dan yang menjadi permasalahannya adalah, kenapa dirinya harus berubah sekarang? Jangan bilang, Yoshi sudah melihatnya. Namun nyatanya memang seperti itu.

Kini Yoshi sudah mulai mencari-cari pemikiran yang sekiranya masuk akal terhadap gadis di depannya.

Bagaimana ini? Dia sudah terlanjur mengenalkan diri kepada laki-laki itu. Apakah kutukannya akan segera terbongkar? Tidak! Gadis itu menggeleng keras. Dirinya menatap lamat-lamat manik hitam milik laki-laki di depannya.

Keduanya saling adu tatap dengan raut wajah berbeda. Winter dengan raut wajah paniknya dan Yoshi dengan raut wajah bingungnya. Sangat berbanding terbalik, bukan?

"L... lo Winter yang tadi? T... tapi gak mungkin."

Winter menelan ludahnya dengan susah payah. Lagi dan lagi mengeluarkan hembusan nafas panjang. Mau beralasan bagaimana pun, pasti Yoshi akan tetap curiga.

"Yos, g... gue boleh minta tolong? J... jangan kasi tau siapa-siapa. Please." Ya pilihan yang tidak begitu buruk. Winter kini memohon-mohon di depan laki-laki itu. Tangannya disatukan di depan wajah dengan raut wajah penuh permohonan. Merasa tidak mendapat respon dari laki-laki di depannya, Winter kembali berdiri tegak. Pasrah, dirinya hanya bisa pasrah. Kalaupun Yoshi akan mengatakan kepada publik perihal dirinya yang bisa berubah, mungkin akan menjadi booming seketika. Haruskah dirinya memesan lahan kuburan untuk dirinya sekarang? Sepertinya ajalnya sudah dekat.

Clap... Clap... Clap!!

"Wah, sungguh luar biasa. Bagaimana bisa? Gue pangling, serius. Lo bisa berubah jadi secantik ini, sekurus ini? Lo punya kekuatan!"

Heboh? Yah itulah keadaan Yoshi saat ini. Bahkan Winter sampai menganga melihatnya. Respon Yoshi nampaknya tak jauh beda dengan orang lain yang bakal melihat dirinya sekarang. Namun, bukannya aneh? Sedari tadi laki-laki itu tampak diam, tapi sekarang tiba-tiba menjadi heboh.

"Heh! Ayok jawab! Lo beneran Winter yang berbadan chubby tadi? Serius?" Guncangan bahu dari laki-laki itu membuat Winter mengerjap sekejap.

"I... iya."

Winter meringis pelan. Yoshi begitu terkejut sepertinya. Namun yang dikhawatirin Winter adalah, bagaimana kalau laki-laki itu mengatakan ke orang-orang? Tak heran jika Yoshi melakukannya. Melihat reaksinya tadi sudah membuat Winter cemas.

"G... gue boleh minta tolong?" Kerutan di dahi Yoshi timbul. Mulutnya kembali terjatuh lalu menatap serius gadis di depannya. Anggukan menjadi responnya ketika melihat raut wajah ketakutan gadis itu.

"Dia kenapa?" batinnya.

"Tolong rahasiakan ini?"

"Tentang?"

"Kutukan gue tadi."

"Kutukan?"

Yoshi terdiam, Winter juga ikut terdiam. Mereka berdua sama-sama menunggu kelanjutan dari sang lawan bicara. Hening selama hampir satu menit membuat Yoshi yang masih dipenuhi rasa penasaran langsung menarik pergelangan tangan Winter untuk duduk di kursi. Ngobrol sambil berdiri rasanya tidak begitu efektif.

Decakan kesal lantaran melihat sepatunya yang masih dipenuhi noda es cream yang telah mencair membuat Winter menoleh ke arahnya. Mulai saat dirinya memohon kepada Yoshi sampai dirinya ditarik untuk duduk di kursi taman, dirinya selalu menunduk. "Gue gak punya tissue, maaf".

Yoshi berdehem pelan lalu menggeleng sekali. Senyum tipis dia ukir untuk membuat Winter merasa baik-baik saja. Ya, dia paham sekarang. Gadis itu merasa takut akan satu hal. Namun dia juga tidak bisa melupakan fakta yang baru saja dia ketahui tadi. Perihal gadis di depannya adalah gadis gembul yang bernama Winter.

"Lo bilang ini kutukan?" Yoshi memilih membuka percakapan setelah hening sesaat.

Anggukan pelan dari gadis itu menjadi jawaban atas pertanyaannya. Namun hal itu masih belum membuat rasa penasaran Yoshi berkurang. Dia kembali terdiam. Dia merasa kurang sopan menanyakan hal lebih kepada gadis itu.

"Kutukan gue gak seperti yang di film-film. Kutukan ini sudah ada sejak gue lahir. Dulu gue cuman akan berubah menjadi Winter yang saat ini pada malam hari dan akan berubah kembali menjadi Winter yang biasa lo lihat di pagi hari. Namun akhir-akhir ini sudah beda. Gue berubah tanpa bisa gue ketahui. Seolah-olah, kutukan ini beraksi tanpa mengenal waktu. Hal itu yang buat gue jarang ke sekolah dan bertemu dengan orang-orang yang gue kenal. Ah.... Gue gak sadar sudah bercerita panjang lebar. Lo pasti bosan dengar penjelasan gue," jelas gadis itu. Yoshi makin melebarkan senyumnya. Tangannya bergerak mengusap air mata yang sudah mulai turun di pipi gadis itu.

Sentakan kecil mengundang permintaan maaf Yoshi. Agaknya Winter terkejut terhadap perbuatannya. "So... Sorry. Gue cuman mau ngapus air mata lo kok. Nanti bedak lo ilang."

Rupanya perkataan Yoshi mampu membuat Winter terkekeh pelan. Jarinya bergerak ikut menghapus jejak air matanya. Yah, jujur saja dirinya merasa malu telah menangis di depan laki-laki yang baru saja dia ketahui namanya itu. Melihat Winter yang sudah mulai tenang, Yoshi menghela nafas lega. Untungnya kalimat yang sebenarnya bukan niat untuk melawan tadi mampu membuat Winter tertawa.

Drtt.....

Handphone yang masih berada di genggamannya bergetar mengalihkan atensi gadis itu. Jari jempolnya bergerak menekankan tombol power sehingga layar yang tadinya berwarna hitam kini berubah menampilkan lockscreen dan juga tampilan pop up pesan dari Wina.

Wina : Sudah jam Makan siang.....

"Gue harus pergi. Dan soal tadi, anggap aja lo gak liat apa-apa. Dan please, jangan bocorin ke siapa-siapa."

Yoshi mengangguk mantap. Seolah-olah dirinya sangat meyakinkan Winter untuk berjanji dan melakukan sesuai perintah gadis itu. "Gue gak bakal ngomong ke siapa-siapa kok. Kita kan teman, iya kan?" Laki-laki itu menaikkan jari kelingkingnya dan mengisyaratkan kepada Winter untuk ikut menautkan jari kelingking gadis itu juga.

"Iya. Gue percaya. Lo orang pertama yang tahu ini selain orang-orang terdekat gue."

Jari kelingking mereka terlepas tergantikan menjadi genggaman tangan. Hanya Yoshi yang menggenggam tangan Winter. Sedangkan gadis itu hanya diam turut mengamati laki-laki itu yang sudah menggenggam erat tangan kanan miliknya. "Kalau gitu, gue boleh kan masuk di list orang-orang terdekat lo?" Gadis itu mengerjap. Mencerna baik-baik perkataan laki-laki yang saat ini berada di depannya. Lagi-lagi, senyum teduh itu mampu membuat Winter merasa damai. Ah, bagaimana bisa laki-laki yang tadinya mampu membuat dirinya jengkel setengah mati mempunyai senyum semanis itu sih?

.

.

.

.

.

Krak... Krak!!

Percayalah, itu bunyi tulang jari-jari Beomgyu. Laki-laki itu baru saja keluar dari gedung sekolah dan sekarang dirinya tengah berjalan menuju motor kesayangannya yang terlihat terparkir di parkiran khusus motor tak jauh dari tempatnya berdiri.

Helm fullface miliknya sudah dia pasangkan di kepala. Saatnya menyalakan mesin si roda dua dan meninggalkan pekarangan sekolah. Namun, itu hanyalah sebatas niat belaka. Buktinya, saat ini dirinya merasakan ada sesuatu yang menahan motornya dari belakang. Ah, lebih tepatnya terdapat dua sosok manusia abnormal yang menarik motornya kebelakang. Seolah-olah tidak akan membiarkan Beomgyu pergi dari sana.

Kening Beomgyu mengkerut mendapati Giselle dan Sunoo. Yah, dua orang yang dimaksud menahan motor Beomgyu adalah kedua orang itu. "Kalian ngapain?" tanyanya. Percayalah, Beomgyu bertanya namun masih menggunakan helmnya. Kepalanya hanya berbalik namun tidak ada niatan untuk turun dari motor.

"Mau ikut."

"Lah. Kalian berdua mau ikut gue pulang? Bonceng tiga?"

"Iya/tidak!" Giselle dan Sunoo serentak menjawab bersamaan. Giselle mendelik ke arah Sunoo lalu memukul pundak laki-laki itu.

"Ya enggak lah. Kita mau ngajak lo jenguk Winter."

"Ho'oh. Winter udah satu minggu gak ke sekolah. Kemarin kita ke rumahnya tapi gak ada siapa-siapa. Jadi buat jaga-jaga, kalau misal Winter gak ada di rumahnya nanti, kita bisa numpang di rumah lo."

Penjelasan dari Sunoo sungguh membuat Beomgyu tidak habis pikir. Antara dirinya hanya dimanfaatkan atau mereka benar-benar mengajaknya? Entahlah. Laki-laki itu hanya bisa menghela nafas pelan dan kembali membuka helmnya.

Matanya melirik Sunoo dan Giselle yang masih setia berdiri di belakang motornya secara bergantian. "Terus gimana?"

"Gimana apanya?" Mereka berdua kompak bertanya secara bersamaan. Motornya kembali dia standar lalu kakinya turun sepenuhnya  aspal. "Tujuan kalian nyegat gue pulang apaan?"

Terlihat Sunoo hendak membuka mulut siap-siap menyauti pertanyaan Beomgyu, namun tangan Giselle dengan cepat menampik wajahnya sehingga membuat wajah Sunoo menengok ke arah kiri.

"Jangan ngadi-ngadi deh Noo. Gue gak mau ya cabe-cabean sama kalian berdua."

Sunoo berdecak kesal lalu menatap Giselle dengan raut wajah suntuknya. Padahal dirinya hanya berniat bercanda. Toyoran Giselle benar-benar tidak santai. Oh, lihatlah raut wajahnya, sangat menyebalkan. Seolah-olah gadis itu tidak melakukan apa-apa sebelumnya.

"Jadi?"

"Gue mau ikut."

Ketiganya menoleh. Di jarak dua langkah dari mereka terdapat sang ketua eskul basket tengah berjalan santai ke arah mereka. Tas yang di sampirkan di bahu kanan dengan kedua tangan di masukkan ke saku hoodie miliknya. Satu kata yang dipikirkan Giselle ketika netranya melihat ke arah laki-laki itu, 'keren'.

"Mau ikut kemana lo?" Sebelah alis Beomgyu terangkat menatap Asahi dengan raut wajah bingung. Sebenarnya ada apa dengan hari ini? Niatnya untuk pulang ke rumah dan tidur di kasur empuk miliknya sirna seketika.

Di langkah terakhir milik Asahi, laki-laki itu melihat mereka bertiga satu persatu. Sorot matanya seperti biasa. Datar namun penuh intimidasi. Giselle yang merasa terlalu dekat dengan Asahi seketika menggeser Sunoo sedikit menjauh dari laki-laki itu. Jujur saja, Giselle sedikit yah... Dia tidak mau bersifat pengecut kalau dia takut dengan tatapan Asahi.

"Kalian mau ke rumah Winter kan? Gue mau ikut."

"Lah. Motor cuma satu, gimana caranya kalian bertiga mau ikut sama gua?"

"Gue sama Sunoo bakal naik bus. Lo bisa boncengan sama Giselle. Fiks kan?"

Lantas Sunoo segera menoleh ke arah Asahi yang barusan menyeterukan pendapatnya dengan raut wajah agak terkejut. Heol, dia sih tidak masalah harus naik bus, tapi... Kenapa harus bersama dengan Asahi? Jujur saja, dirinya merasa tidak nyaman dengan ketua basket itu. Selain auranya yang agak menyeramkan, Asahi juga terkenal dingin dan tidak biasa berbicara dengan orang lain. Lantas, bagaimana dengan dirinya? Suasana canggung pasti tidak terlepas dari mereka berdua nantinya.

"Ok fiks. Gue bareng Beomgyu. Lumayan hemat ongkos."

"Lu ikut kita ajalah Sel. Ya kan Gyu? Lo gk mau Giselle ikut sama lo kan? Emmm... lo mau mampir ke suatu tempat dulu kan?" Tatapan Sunoo yang mengarah ke arah Beomgyu seolah-olah menjadi kode untuk mengiyakan perkataannya tadi. Beomgyu sebenarnya bingung, namun melihat Sunoo yang melotot ke arahnya, dengan cepat dia mengangguk mengiyakan.

"Yah... ongkos gue cuman bisa buat satu kali naik bus."

"Lo kalau gak mau sama gue, bilang. Gak usah pakai bohong segala." Ucapan datar milik Asahi membuat Sunoo dengan cepat menggeleng.

Laki-laki itu mulai berjalan meninggalkan mereka. Sepertinya Asahi akan ke halte bus duluan. Lantas, Sunoo gelagapan setengah mati, dia mengira Asahi telah merajuk sepertinya.

"Udah deh, udah. Lo sama Beomgyu ajah. Gue mau bujuk si kulkas dulu. Ngambek kayaknya tuh anak,"

"Lo hati-hati kalau bonceng Giselle. Jangan ngebut. Lo juga Sel, sadar diri, badan lo gentong. Jangan kebanyakan gerak kalau di bonceng Beomgyu."

Selepas kepergian Sunoo, Beomgyu dan Giselle masih setia berdiri di tempat mereka. Tentu dengan alis yang terangkat sebelah. Sejak kapan Sunoo dan Asahi akrab?

"Ngapain sih tuh orang harus pake acara ngikut segala? Emang dia teman Winter?"

"Udah gak usah bacot. Kehadiran Asahi itu spesial bagi Winter. Yuk berangkat."





"Langkah awal, dimulai."




Tbc guys.....

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 82.8K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
258K 22.1K 21
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
120K 13.6K 15
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
103K 13.8K 22
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...