Bloody Mary - Haikyuu [ END ]...

By lailaalfy13

98K 17.3K 6.1K

Sisi gelap sebuah akademi Haikyuu, atau sekolah menengah atas yang selalu menutup kasus kematian murid-muridn... More

PROLOG
CERMIN
NAMA BAIK
SALAH
MEREKA YANG SALING MEMBUNUH
MATA BATIN
TOILET LANTAI DUA
SSS
SHINSUKE, DAN KAKEK TUA
ASTRAL PROJECTION
OVERTHINKING
UPAYA UNTUK PULANG
SIAPA MARY?
SPOILER
MENYUSUN RENCANA
PINTU LANTAI EMPAT
RUANG KESENIAN
MANEKIN
PENGKHIANAT
NINA BOBO
MEMBERONTAK
AMANAH
MENUJU AKHIR
TAK INGIN USAI
TENTANG SAKUSA
TRAGEDI
KONTRAK
HIDUP KEMBALI
BRAINWASH
PERPUSTAKAAN
MANUSIA LICIK
USHIJIMA, DIKAMBINGHITAMKAN
SUGAWARA
BALAS DENDAM
KENMA MENGETAHUINYA
SUNRISE
EPILOG

IWAIZUMI, BANGUNLAH...

2.9K 556 229
By lailaalfy13

Chapter 7 - Iwaizumi, bangunlah...

"Kak Shin, gue dituduh macam-macam sama Kak Oikawa!" Sambar Atsumu sembari menunjuk-nunjuk kearah Oikawa.

Sekarang, mereka tengah berada didalam ruangan si kembar. Ada Osamu yang masih terlelap dibalik selimutnya. Sesekali, ia mengerang karena suara berisik yang Atsumu timbulkan.

Alih-alih meminta anak kelas satu yang datang, Rupanya Shinsuke yang mengajukan diri untuk menyusul Oikawa. Ia terkejut melihat Oikawa dan Atsumu saling beradu argumen. Mereka berdua sama-sama egois, dan malah mengabaikan Iwaizumi yang sedang terluka.

"Fyuhh, untung lukanya nggak parah." Gumam Shirabu setelah membersihkan luka pada wajah Iwaizumi. Tak lupa, ia juga membubuhi sedikit Betadine atau obat luka disana.

Shinsuke memalingkan pandangannya dari Iwaizumi, sedangkan Oikawa dan Atsumu langsung menundukkan pandangan ketika Shinsuke sedikit melotot kepada mereka.

"Udah berantemnya?" Tanya Shinsuke dengan suaranya yang datar. Malam itu, suasananya menjadi semakin dingin.

"Ya, tapi ngapain coba malem-malem ke toilet sendiri. Wajar dong gue curiga." Oikawa memberanikan diri untuk bicara, sementara Atsumu yang mendengarnya mendadak geram. Ingin rasanya ia memukul Oikawa, seandainya disana tidak ada Shinsuke.

"Bukannya Iwaizumi juga ke toilet sendiri. Lalu apa bedanya?" Sahut Shinsuke tajam. Ia berhasil membungkam mulut Oikawa dengan kalimatnya itu.

"Gue minta maaf." Oikawa tidak memiliki pilihan lain, selain langsung meminta maaf kepada Atsumu.

"Kak, Sakusa beneran kesurupan?" Tanya Shirabu, setelah membereskan beberapa peralatan kedalam kotak p3k.

Shinsuke mengangguk, ia ingat betapa sulitnya menenangkan Sakusa yang terus memberontak.

"Omi? Omi kenapa?" Tanya Atsumu ketika mendengar kabar mengenai keadaan Sakusa.

"Serem pokoknya... Sakusa ketawa kenceng dan berusaha nyerang semua orang  yang ngehalangin jalan dia." Jawab Shinsuke, lalu menggosok punggung lehernya. Ia merasa sedikit merinding jika mengingat gelakkan Sakusa beberapa waktu lalu, bahkan- sampai terbayang masuk kedalam telinganya.

"G-gue mau liat Omi!" Atsumu panik, dan langsung berbalik arah. Sayangnya, sudah ada Shirabu yang berdiri disana.

"Selain OSIS, gak ada yang boleh keluar asrama." Kata Shirabu. Ia merentangkan kedua tangannya, menghalangi Atsumu yang masih nekat ingin menerobos keluar.

"Atsumu, pinjem charger." Oikawa mendekati salah satu meja belajar yang ada di ruangan itu, lalu menghubungkan kabel charger yang sudah terpasang pada stopkontak dengan ponselnya.

"Mungkin karena Sakusa yang nyaranin manggil orang buat ngusir hantu, jadinya ada hantu yang ngerasukin dia." Duga Shirabu.

Shinsuke tidak yakin, tapi hal itu mungkin saja terjadi. Akhirnya, ia mengangguk setuju.

"Tsumu... tolong gue, Tsum." Suara itu berasal dari Osamu. Shinsuke yang kebetulan ada di dekat ranjangnya, langsung buru-buru menarik selimut yang menutupi tubuh Osamu.

Betapa terkejutnya mereka semua, ketika melihat bantal yang  ditiduri oleh Osamu hampir dipenuhi oleh darah. Sementara Osamu masih terus merintih kesakitan.

"Samu!" Pekik Atsumu. Ia segera duduk di sisi ranjang, lalu menopang tubuh adik kembarnya itu.

Jelas saja, ketiga anggota OSIS yang ada disana langsung bertanya-tanya. Apa yang terjadi dengan Osamu?

"Atsumu, biar gue bantu." Shinsuke ikut duduk disana. Tangannya mengisyaratkan Atsumu untuk menyerahkan Osamu kepadanya.

Awalnya, Atsumu sedikit bingung. Ia bimbang apakah Shinsuke benar-benar bisa membantu Osamu atau tidak.

"Mimisan, ya?" Gumam Shinsuke. Ia menopang tubuh Osamu, dan berusaha membuat tubuh Osamu duduk dengan tegak. Saat itu Oikawa dan Shirabu juga ikut membantunya.

Dengan tetap tegak, Shinsuke berharap bisa mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah hidung Osamu. Hal itu juga bisa mencegah darah supaya tidak keluar semakin banyak.

Mencondongkan tubuh juga dapat mencegah darah masuk kembali ke hidung, atau saluran pernapasan, atau tertelan. Karena jika sampai terjadi, hal itu bisa membuat saluran pencernaan mengalami iritasi.

"Coba bernapas pelan-pelan, lewat mulut." Saran Oikawa.

Sesekali, Oikawa mencubit-cubit pelan hidung Osamu. Bukan tanpa alasan ia melakukannya, tapi hal itu berguna untuk memberikan tekanan pada titik pendarahan di septum hidung agar darah berhenti mengalir.

Osamu merasa bahwa tubuhnya lemas sekali. Bisa dibilang, ia kehilangan banyak darah. Semua itu terjadi secara tiba-tiba, membuat Osamu tidak dapat berbuat apapun.

Berkat bantuan Shinsuke dan yang lainnya, pendarahan pada hidung Osamu berhasil berhenti. Ia juga sudah bisa menopang tubuhnya sendiri, meskipun Atsumu tetap membantunya untuk mencegah tubuh Osamu jatuh kearah manapun.

"jangan ditahan, langsung bilang gue kalau badan lo terasa nggak enak." Atsumu segera mendekap Osamu. Ia bisa merasakan debaran jantung Osamu yang bergerak cepat, membuatnya ikut merasa gelisah.

"Minta tissuenya, ya?" Shirabu mengambil tissue yang ada diatas meja, kemudian memberikannya kepada Shinsuke dan juga Oikawa. Kedua tangan mereka terkena darah yang berasal dari hidung Osamu.

"Kak... Makasih, ya." Osamu tersenyum, meskipun kedua kelopak matanya tidak terbuka dengan sempurna.

Shinsuke dan Oikawa tersenyum tipis. Mereka senang karena bisa membantu.

"Bukankah kita harus kembali?" Shirabu melirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Lebih tepatnya, ia mengingatkan Oikawa dan Shinsuke- kalau Pak Keishin mungkin akan mengamuk karena mereka pergi terlalu lama.

"Boleh, tapi kita anter Iwa ke kamarnya Kenma dulu." Pinta Oikawa.

"Biarin Kak Iwa disini, gue bisa jagain dia selama kalian pergi." Saran Atsumu. Ia menganggap cara itu sebagai bentuk terimakasihnya karena sudah menolong Osamu.

Akan tetapi Shinsuke segera menggeleng. "... Lo cukup jagain Osamu. Dia lebih butuh perhatian lo. Ngejagain Iwaizumi bisa bikin Lo kurang istirahat." Katanya kemudian.

Atsumu tidak bisa membantahnya.

Semua itu sedikit diluar dugaan Oikawa. Ia ingat ketika Shinsuke mengatakan, bahwa Oikawa tidak boleh sembarangan menuduh Atsumu. Tapi sekarang, Shinsuke menolak seolah-olah baru memiliki kewaspadaan kepada Atsumu.

"Kalau begitu kita pamit, ya."

*****

Mereka berempat sampai didepan ruangan Kenma. Beberapa kali Shirabu mengetuk pintu, tapi Kenma tak kunjung membukakan pintu untuk mereka. Hal itu membuat Oikawa berinisiatif untuk menelepon Kenma, lalu memintanya untuk segera membukakan pintu.

Dugaan Oikawa, mungkin saja makhluk-makhluk itu sempat mengetuk ruangan ini, dan menyamar sebagai Iwaizumi. Tapi Kenma menyadari hal itu, dan tidak membukakan pintunya.

Bisa dibilang, Oikawa kagum pada kecerdasan serta kepekaan Kenma terhadap situasi yang ada. Kenma tidak memerlukan mata batin sepertinya untuk bertidak, dan itu merupakan suatu kelebihan yang menguntungkan.

"A-apa yang terjadi?" Kenma tak berhenti mengerjapkan kedua matanya, setelah melihat luka pada wajah Iwaizumi.

"Dugaan Lo tepat, dan untungnya gue sampe toilet tepat waktu." Oikawa menggaruk-garuk kepalanya. Ia tidak bisa membayangkan apabila Kenma tidak mengirimkan pesan, dan memintanya untuk segera menyusul Iwaizumi.

Di kepala Oikawa terbesit sesuatu, dan mungkin saja Iwaizumi sudah mati jika Kenma tidak memberitahunya.

Sekarang, Oikawa mengingat perkataan Tanaka yang tak sempat terselesaikan itu.

"K... Itu artinya, bukan Kenma." Batin Oikawa berujar demikian.

"Ah, maaf... Kenma, punya tissue basah nggak?" Pinta Shinsuke kepada Kenma.

"Ada, sebentar."    Kata Kenma. Ia mendekati tumpukan kotak yang ada di sudut ruangan, kemudian merogoh beberapa barang sampai ia menemukan satu pack tissue basah yang masih baru.    "... Ini, Kak."    Kenma membuka tissue itu, lalu membiarkan Shinsuke mengambilnya sendiri.

"Terimakasih." Ucap Shinsuke lembut. Ia mengambil dua hingga tiga lembar tissue basah itu, kemudian membersihkan telapak dan juga punggung tangannya.

"Tangan lo masih kotor?" Tanya Oikawa.

Shinsuke mengangguk, lalu melirik tepat kearah kedua mata Oikawa. Ia segera mendekati tangannya kearah hidung, membuat Oikawa berpikir- mungkin saja Shinsuke menyuruhnya untuk melakukannya juga.

Kemudian, Oikawa mengangkat tangannya- mendekati hidungnya pelan-pelan. Indra penciumannya itu langsung bisa merasakan bau busuk yang sangat menusuk. Meskipun amis darah lebih mendominasi aromanya.

Bau itu, mirip dengan darah yang keluar dari cermin kamar mandi. Oikawa yakin kalau Shinsuke juga menyadarinya.

*****

"Oikawa..."

"Oikawa tolongin gue..."

"Gue masih hidup."

"Oikawa!!"

"HAH?! IWAIZUMI!" Pekik Oikawa yang langsung terududuk, usai sadar dari tidurnya. Ia bisa merasakan sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarnya.

Mimpi, iya, Oikawa memimpikan Iwaizumi yang terkurung didalam kamar mandi itu. Ia meminta Oikawa untuk segera membawanya kembali.

Sedetik kemudian, kedua mata Oikawa terpeleset kearah lain. Sosok Iwaizumi terbaring di ranjang yang bersebrangan langsung dengan ranjang milik Oikawa. Sudah sebulan penuh, Iwaizumi tidak sadarkan diri.

Pihak sekolah memfasilitasi pelayanan kesehatan untuknya. Jadi, selama sebulan- Iwaizumi hanya mendapatkan asupan makanan lewat selang yang dipasang melalui hidung. Tak lupa, ada Oiksigen yang juga dipasang, serta infus yang menempel pada punggung tangannya.

"Iwa,... Bangun... Besok udah waktunya masuk sekolah, loh..." Oikawa berjongkok disisi ranjang Iwaizumi. Begitu dekat, hingga ia bisa melihat wajah Iwaizumi yang sedang terlelap dengan damai.

Pesan yang sampai melalui mimpi itu tidak dapat dipecahkan oleh Oikawa. Ia sudah berkali-kali mendatangi toilet tempat ia menemukan Iwaizumi, tapi Oikawa tidak dapat melihat sosok Iwaizumi disana.

TOK... TOK... TOK...

Ketukan pintu itu terdengar beberapa kali, dan Oikawa langsung membukakan pintunya. Rupanya Shinsuke datang menjemput, lengkap dengan peralatan mandi yang ia bawa.

"Ke kamar mandi bareng, yuk!"  Semi Eita. Ia muncul tepat dari balik badan Shinsuke.

"Loh, tumben banget." Oikawa keheranan, mengapa Semi tiba-tiba ikut menjemputnya bersama Shinsuke.

"Gapapa, sekalian mau ngobrol aja." Semi tertawa kecil. Memang, ada yang ingin ia sampaikan kepada Oikawa.

Setelah itu ketiganya sepakat untuk pergi ke toilet atau kamar mandi bersama. Sebelumnya, mereka menunggu Oikawa membawa peralatan mandinya. Mulai dari handuk, sabun mandi, pasta gigi, dan sebagainya, hingga baju ganti.

Suasana asrama sudah ramai seperti biasanya. Bagian lantai tiga yang pernah hancur juga sudah direnovasi, dan bisa dihuni oleh para murid.

Setelah ritual itu selesai, tidak ada kejadian aneh apapun lagi. Sakusa juga mendapatkan banyak ucapan terimakasih hampir dari seluruh guru disana.

Karena keadaan sudah membaik, maka pihak sekolah juga memutuskan untuk menjalankan kembali kegiatan belajar mengajar.

Jika ditanya, sudah pasti para murid senang mendengar kabar tersebut. Hanya saja, masih banyak hal yang mengganjal didalam hati Oikawa.

Terlebih, Iwaizumi masih tidak sadarkan diri atas kejadian dimalam itu.

"Ah, Osamu! Atsumu! Selamat pagi!" Mereka bertiga berpapasan dengan si Kembar yang baru saja keluar dari toilet lantai tiga.

"Weh, Kak Semi! Pagi juga!" Sapa Atsumu dengan wajah sumringah. Sementara kembarannya, Osamu- hanya tersenyum tipis. Ada banyak kerutan halus di sekitar wajahnya.

"Osamu? Lo sakit lagi?" Shinsuke bergumam dengan sedikit rasa khawatir. Ia menempelkan punggung tangannya pada dahi Osamu, lalu berkata kalau suhu tubuh Osamu terasa cukup tinggi. Shinsuke menyarankan Osamu untum segera beristirahat, dan berobat ke dokter apabila belum membaik.

Entah mengapa, pemandangan itu membuat Oikawa merasa de Javu. Ia ingat kalau Iwaizumi juga sering melakukannya, ketika Oikawa terlihat sedang kurang sehat.

Tapi sekarang, sahabat baiknya itu tidak ada di sisinya. Iwaizumi masih terlelap, membuat Oikawa merasa amat kesepian.

"Maaf ya, pakai toilet buat anak kelas tiga. Dibawah penuh banget." Kata Osamu.

"Duh, ayo Sam... Gue laper, nih." Atsumu memegang perutnya yang sudah keroncongan. Ia menarik pergelangan tangan Osamu, untuk segera pergi dari tempat itu.

Mereka bertiga segera masuk kedalam Toilet, yang ternyata memang sepi. Hanya ada Yaku dan Bokuto disana.

"Oya, Oya... Baru pada mau mandi." Ledek Bokuto dengan rambutnya yang turun karena masih basah tersebut.

"Pftt... Jadi tinggi badan Lo itu kebantu sama rambut ya?" Balas Oikawa yang sudah tak bisa lagi menahan tawa-nya. Jika rambut Bokuto turun seperti itu, ia terlihat seperti anak kecil.

"Coba deh, habis mandi pakai bedak tabur yang banyak di muka." Saran Yaku yang mengerti dengan lelucon Oikawa. Ia berusaha melanjutkannya.

"Gue bakal jadi makin ganteng?" Bokuto antusias.

Semi menggeleng pelan, lalu berusaha mengoreksi kepolosan Bokuto itu.

"Kayak bocah yang setiap sore main ke lapangan. Kalau abis mandi, mukanya pasti di kasih bedak sama mamanya." Kata Semi kemudian, membuat Bokuto langsung cemberut dan berjalan keluar toilet.

Bokuto menghentakkan kedua kakinya kuat-kuat sambil berkata... "Akaashi, mereka ngejek gue! Huhuhu...." kemudian, Bokuto berlari kencang kearah lantai bawah.

Terbalik ya? Kakak kelas yang mengadu kepada adik kelas. Memang agak lain mereka berdua itu.

"Yah, sampe ketemu di ruang makan." Yaku melambai-lambaikan tangannya. Ia masih saja terkekeh karena terbayang-bayang dengan tingkah Bokuto barusan.

Shinsuke sudah lebih dulu masuk ke area shower. Sementara Semi dan Oikawa masih berada didepan washtafel untuk menyikat gigi, juga cuci muka. Selama melakukan aktivitas itu, Oikawa tak henti-hentinya melihat cermin. Ia mendapati banyak makhluk halus yang ada di sekitar kamar mandi.

Sekarang, Oikawa sudah mulai terbiasa- dan mudah mengabaikan keberadaan mereka. Lagipula, makhluk yang muncul kebanyakan tidak berbahaya. Mereka hanya numpang lewat, atau muncul karena memang tempatnya ada disitu

"Kamar mandi tuh emang sarangnya setan." Gumam Semi yang diangguki oleh Oikawa.

Detik berikutnya, Oikawa tersadar dan langsung membelokkan pandangannya dengan cepat kearah Semi.

Yang sedang diperhatikan malah asyik memperhatikan layar ponsel.

"Duh, Semi... Jangan kek Suna deh, kemana-mana hp terus yang lo pegang." Sindir Oikawa karena ia seperti sedang melihat Suna yang kedua. "... Ah, salah! Maksud Lo apa bilang begitu?" Sambar Oikawa dengan curiga.

"Gue, Suna, dan Shinsuke udah tukeran cerita... dan gue punya kesimpulan, juga bukti buat nge-akhirin ini semua." Semi menoleh kearah Shinsuke yang masih sibuk menggosok shampo pada kepalanya. Sepertinya, Shinsuke tidak keberatan apabila Semi mengatakannya langsung kepada Oikawa.

"Woi, depan kaca nih! Ngomong jangan aneh-aneh." Oikawa berusaha memperingati. Ia takut kalau-kalau hantu itu kembali menyerang karena ada murid yang berbicara macam-macam. Bisa dibilang, Semi cukup berani karena berucap langsung dihadapan cermin.

"Tenang aja... Suna bilang, mereka ada di ruang makan. Nggak mungkin mereka bisa liat, apalagi denger pembicaraan kita." Semi mengutak-atik ponselnya. Ternyata, sedaritadi dia memang sedang berkomunikasi dengan Suna.

Tapi tunggu dulu, Oikawa menjadi semakin yakin karena Semi mengatakan "mereka". Tapi siapa yang dimaksud olehnya.

"Sebelum itu, kita harus jemput Iwaizumi." Semi meletakkan ponselnya kedalam sebuah pouch yang ia bawa. Kemudian, ia menyambar handuk dan peralatan mandi lainnya- lalu segera masuk ke area shower yang ada di samping Shinsuke.

Oikawa penasaran, dan langsung masuk ke box samping yang ada didekat Semi.

"Kalau ruh Iwaizumi belum kita jemput, dia bisa hilang akal dan tersesat di dunia itu. Tubuh Iwaizumi yang kosong juga bisa jadi pemikat bagi arwah-arwah yang energinya kuat. Berita buruknya lagi, Iwaizumi bisa benar-benar meninggal kalau tubuhnya terus dalam keadaan kosong." Semi menjelaskannya dengan cukup detail. Ia membuka Shower dengan aliran kecil, agar suaranya masih bisa didengar oleh Oikawa.

Mendengar betapa bahayanya kondisi Iwaizumi, membuat Oikawa tak bisa berkata-kata. Ia mengigit bibir bawahnya, seluruh tubuhnya terasa merinding. Ia khawatir dengan Iwaizumi yang sekarang terluntang-lantung, entah dimana.

Payahnya lagi, Oikawa tidak dapat melihatnya.

"Semi, Lo bisa lihat hantu juga? Kenapa Lo bisa paham sama situasi Iwa?" Tanya Oikawa yang tak dapat lagi membendung rasa penasarannya. Sembari mengobrol, Oikawa juga buru-buru membersihkan tubuhnya dengan sabun. Meskipun matahari sudah naik, tapi airnya masih terasa dingin.

"Bisa, tapi nggak senyata yang elo liat." Jelas Semi. Ia membiarkan tetesan air membasuh shampoo yang masih melekat pada rambut-rambut di kepalanya. "... Gue juga pernah ikutserta, ngejemput orang yang tersesat di dunia lain. Makanya, gue ajak Lo buat jemput Iwaizumi." Sambung Semi kemudian.

Ketika mendengarnya, Oikawa langsung ternganga. Ia tidak menyangka, bahwa ada siswa lain yang juga bisa melihat hal serupa dengannya.

Tapi ketahuilah, bahwa disaat itu- Oikawa kecewa terhadap dirinya sendiri. Ia terpukul karena tidak melatih mata batinnya seperti Semi. Padahal, Oikawa bisa melihat makhluk-makhluk itu lebih jelas daripada yang Semi lihat.

Oikawa malah ketakutan setiap melihat hantu-hantu itu, dan bodohnya lagi- Oikawa malah mengunjungi orang pintar untuk menutup mata batinnya berkali-kali.

Oikawa merasa tak berguna karena tidak dapat menolong Iwaizumi, meskipun dirinya sendiri sudah punya kelebihan yang sehebat itu.

"Tapi, bagaimana cara..."

KRINGGGG!!!

Dering telepon milik Semi terdengar begitu nyaring. Shinsuke yang sudah selesai mandi segera mengambil ponsel milik Semi, kemudian mematikan panggilan telepon tersebut.

"Ganti topik..." Bisik Semi.

"Kalau begitu, nanti aja." Oikawa mengerti. Ia melihat Shinsuke menunjukkan layar ponsel milik Semi, dan ternyata Suna-lah yang menelepon Semi.

Suna memberitahu, bahwa mereka sudah keluar dari ruang makan.

*****

"Minta kunci kamar Lo dong." Suna menadah tangannya tepat dihadapan Oikawa yang baru saja sampai didalam ruang makan.

"Buat apa?" Tanya Oikawa yang kebingungan. Ia merogoh saku kecil pada kaos yang ia kenakan, lalu tetap memberikan kunci kamarnya kepada Suna.

"Shirabu pen nengokin Kak Iwa katanya." Ucap Suna.

"Dih, kok gu--"  belum usai Shirabu berbifara. Suna malah menginjak ibu jari kaki Shirabu, dan hal itu membuat Shirabu mengerti bahwa yang dikatakan Suna hanya sekadar alasan.

"Iya, gue pengen liat keadaan Kak Iwa." Kata Shirabu dengan wajah memelas. Sebetulnya, ia kesakitan karena Suna menginjak kakinya begitu kuat.

Anjing Lo, Sun. Shirabu mengutuk Suna didalam batinnya sendiri.

Semi sengaja, ia meminta Suna dan Shirabu untuk menjaga Iwaizumi selama Oikawa sedang tidak didalam ruang kamarnya.

Hanya untuk jaga-jaga, karena Semi tahu betul- kalau nyawa Iwaizumi masih di incar.

Mereka akhirnya berpisah, tinggallah Oikawa bersama Semi dan Shinsuke lagi.

Sekian lama ruang makan ditutup, akhirnya mereka bisa mencicipi kembali makanan ala chef asrama itu.

"Nanti malam, kita berangkat jemput Iwa." Kata Semi, kemudian melahap potongan daging cincang pada nampan makanannya. "... Aduh, pedes." Katanya, lalu segera meneguk air putih hingga habis.

"Bertiga, kan?" Tanya Oikawa memastikan.

Shinsuke dan Semi menggeleng dengan segera.

"Inget, yang punya mata batin itu cuma Lo sama gue. Shinsuke bisa aja si ikut, tapi gue takut malah dia yang nantinya nyasar. Kan repot lagi kalo sampe kejadian." Jelas Semi dengan entengnya. Secara tersirat, Semi menjelaskan kalau Shinsuke merepotkan.

Beraninya dia berbicara seperti itu kepada Shinsuke yang ditakuti oleh banyak orang.

"Bener kok. Gue bakal jaga tubuh kalian aja nanti." Kata Shinsuke yang ternyata setuju dengan ucapan Semi.

Tidak disangka-sangka, dan Oikawa tidak bisa berhenti terkejut.

"Apapun rencananya nanti, gue siap." Oikawa melahap sesendok nasi yang masih hangat. Ia benar-benar sudah tidak sabar lagi, ia ingin membawa Iwaizumi kembali.

"Iwa... Tunggu gue sama Semi..." Gumam Oikawa lagi.

"Pokoknya, Lo harus bangun ya... Iwa..." Sambung Oikawa kemudian.

Oikawa tidak bisa berbohong, betapa ia merindukan sahabatnya. Iwaizumi Hajime.

.
.
.
.
To be continued

Nah, guys... udah pada bisa nebak belom nih... Kira-kira siapa pelakunya?
Siap-siap, ya...
Beberapa chapter kedepan bakalan ada part-part menegangkan.

Heh, udah baca kan?
Jangan lupa ngevote dong. 🥺🥺
Komen juga biar aku tau kalau readers aku pada hadir, wkwkwk.

Share juga ya, atau kontenin gitu kek biar fanfic ini rame. wkwkwk // ceritanya lagi ngode ke readers.

Bercanda ya, guys...

Oke, sampe ketemu di chapter selanjutnya!

Continue Reading

You'll Also Like

9M 374K 84
SERIES #1 IN DARK ROMANCE [ MODE PRIVATE ] So follow terlebih dahulu 🌸COMPLETE🌸 Kehidupan yang penuh akan luka, dendam dan pengkhianatan itu telah...
20.8K 3.6K 16
Sebuah rasa rindu pasti bisa terobati dengan sebuah pertemuan. Tapi tidak semua orang akan mendapatkan timbal balik atas kerinduan yang tertanam dida...
39.7K 7.2K 31
Semi Eita, Oikawa Tooru, Kita Shinsuke, dan Miya Atsumu. Mereka berempat harus kembali menginjakkan kaki disebuah bangunan tua terbengkalai. Disanala...
1M 86.5K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...