You

By ukinurpratiwi

167K 6.9K 1.5K

"Kita memang berbeda. Tapi kita tidak berubah hanya karena kita ingin dicintai. Kita adalah kita. Bersama buk... More

Prolog
1. Look at her
2. Mine
4. Meet up 1
6. A decision
8. Showdown
13. You
16. You 4
17. Coffee break
18. You 5
19. Tea time with TIC
21. Because of you
24. Us 2
25. Surprised
27. Shocking
29. All of You 2.
32. Rainbowmoon 2

11. Disquiet

3.3K 337 62
By ukinurpratiwi

Keiza's POV.

"Bi... bangun Bi. Bi bangun." Teriakku pada Abyan.

Sepanjang koridor rumah sakit, aku terus mengucapkan kalimat itu. Berharap Abyan bisa membuka mata dan tersenyum manis padaku. Air mataku mengalir tiada henti membasahi pipiku. Seluruh wajah Abyan sudah dipenuhi oleh darah segar. Tangan dan kakinya pun tak luput dari luka yang juga berbalut darah.

"Maaf mba. Mba dilarang masuk. Silahkan tunggu diluar." Ucap seorang perawat saat Abyan mulai memasuki ruang IGD.

Aku hanya bisa menangis dalam diam. Sedih, cemas dan takut, semuanya bercampur aduk menjadi satu. Saat aku membalikkan tubuhku, tiba - tiba sesuatu yang kasar menghantam pipiku.

Plaaaaak...

Aku terkejut sambil menahan sakit dipipiku dan juga hatiku.

"Umi..." Ucapku lirih.

--- oOo ----

"Huuh..." Desahku dengan nafas memburu.

Aku terbangun. Ku usap wajahku perlahan. Mimpi buruk itu terlihat sangat nyata. Jantungku berdegup tak karuan, tiga kali lebih cepat dari pada saat Abyan mencium bibirku. Kulirik jam tanganku, pukul tiga pagi. Dengan segera aku beranjak dari tempat tidurku. Mengambil tasku, dan segera mencari Iphoneku. Saat tombol keylock sudah terbuka, aku menghela nafasku. Tak seperti biasanya, Abyan sama sekali tidak menghubungiku. Ataupun hanya sekedar mengirimkan pesan untukku. Aku sentuh beberapa angka yang sudah aku hafal diluar kepalaku. Aku sandarkan tubuhku di dinding kaca kamarku. Hujan masih setia mengguyur kota yang hiruk pikuk ini. Kuletakkan Iphoneku ditelingaku. Aku semakin cemas saat nomor yang aku tuju hanya dijawab oleh suara cantik dan merdu milik operator. Berulang kali aku mencoba untuk menghubunginya, namuan suara cantik itu yang selalu menjawab. Perasaanku semakin tak menentu. Mungkinkah Umi melarang Abyan untuk menghubungiku? Sebenci itukah Umi padaku? Oh Tuhan. Aku menggeleng - gelengkan kepalaku. Tidak! Umi tidak akan bertidak so childish seperti itu. Tidak mungkin!

"Bi kamu dimana??" Jeritku dalam hati.

---

Hari ini matahari seakan malu memberi sinarnya yang hangat dan cerah. Hingga detik ini, hujan masih terus mengguyur kota kelahiranku ini. Aku yakin beberapa daerah sudah terendam oleh banjir.Ditambah dinginnya AC taksi semakin membuatku merasakan dingin yang menusuk. Awan mendung sudah menutupi seluruh langit. Apakah langit selalu tahu apa yang sedang aku rasakan??

Kulirik jam tanganku, pukul delapan pagi. Hari ini pasti adalah hari mendung untukku. Entah bagaimana nasibku nanti saat aku sudah sampai dikantor. Karena menunggu Abyan yang sudah berjanji untuk menjemputku, alhasil aku menjadi terlambat. Tamatlah kau Keiza.

Aku menghela nafasku. Membayangkan apa yang akan terjadi padaku nanti. Aku tak bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Semuanya bercampur aduk. Pikiranku sudah melayang layang entah kemana. Yang aku tahu, hanya nama Abyan yang sudah memenuhi isi otakku saat ini.

Kesal, karena hingga sekarang aku tak bisa menghubungi Abyan. Hanya suara merdu dari operator yang selalu menjawab. Khawatir, karena aku tak tahu bagaimana keadaan Abyan saat ini. Takut, karena aku terlalu takut jika sesuatu yang buruk menimpa pada kekasihku Abyan. Suara supir membuyarkan lamunanku. Aku tersadar bahwa saat ini taksi yang aku tumpangi sudah berada didepan tempat tujuanku. Dengan segera aku bergegas keluar dan berlari menuju ruang kerjaku.

"Keiza!" Teriak pak Agus. Tuhan. Selamatkan aku. Aku menelan salivaku.

"Ma... maaf pak, saya terlambat." Kataku membuka suara. Rasanya tenggorokanku tercekit saat ini.

"Bagus. Mentang - mentang kamu itu pacar..." Pekik pak Agus.

"Sekali lagi saya minta maaf pak." Potongku cepat sebelum pak Agus melanjutkan kalimatnya yang akan menjadi sebuah bom diruangan ini atau mungkin meledakkan seluruh kantor.

Semua mata teman - temanku menatapku ingin tahu. Tingkat kekepoan mereka sudah pasti meningkat drastis saat ini. Pak Agus menghela nafasnya. Mencoba mengontrol emosinya yang bisa jadi akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri, jika sang CEO ku tahu kejadian pagi ini.

"Jangan kira kamu bisa seenaknya disini Kei. Kerjakan pekerjaanmu sekarang!" Kata pak Agus. Aku mengangguk.

"Iya pak." Jawabku singkat. Apalagi yang harus aku katakan pada bosku yang satu ini. Oh Tuhan. Hari apa ini. Is it Monday, isn't it? It's Monster Day, I think. Argh...

Setelah pak Agus pergi. Aku segera menghempaskan tubuhku dikursi kerjaku. Kuambil laptopku, dan dengan segera aku menyalakannya. Aku tak tahu apa yang akan aku gambar hari ini. Otakku rasanya enggan untuk bekerja selain memikirkan lelakiku yang entah bagaimana kabarnya sekarang. Tanganku mulai aktif dilaptopku. Berharap ada keajaiban yang mampir diotakku hari ini.

"Kei... lo nggak papa? Itu maksudnya pak Agus apa tadi? Mang pacar lo itu..." Tanya Andien kepo. Argh, rasanya ingin aku makan si Andien itu. Dengan segera aku angkat tangan kiriku, kurentangkan jari tanganku seperti akan berhigh five. Andien langsung terdiam dan memberhentikan pertanyaan keponya.

"Talk to my hand!" Kataku dalam hati saat aku memberinya telapak tangan terbuka pada Andien.

Kulirik jam tanganku, tak terasa sudah pukul dua belas siang. Aku sandarkan kepalaku dikepala kursi. Rasanya badanku sedikit lemas. Kepalaku mulai pusing. Padahal aku sama sekali tak melupakan sarapan pagiku. Kupijat pelipisku dan kupejamkan mataku.

"Yuk Kei, kita makan." Ajak Andien padaku. Aku menggeleng.

"Ah ayolah Kei. Muka lo dah pucat tuh. Gue nggak mau ya lo pingsan karena kelaparan. Yuk ah, temenin gue makan." Ajaknya kembali sambil menarik tanganku dengan paksa. Akhirnya dengan terpaksa aku menurut.

Aku berjalan mengikuti langkah Andien. Andien terus menggandengku seperti biasanya. Dia mengajakku ke restaurant Padang depan kantor. Sesampainya disana, Andien memesankan makanan untuk kami. Andien tahu apa yang biasanya aku makan disini. Lagu bang - bang dari Iphoneku terdengar. Aku mengerutkan keningku. Sebuah nomor baru terpampang dilayar Iphoneku. Kedua sisi bibirku tersungging. Mungkinkah Abyan? Dengan segera aku mengusap sebuah kotak berwarna hijau yang terpampang dilayar Iphoneku, kemudian kuletakkan benda persegi panjang ketelingaku.

"Hallo..."

"..."

"Eh Lo Boy. Ada apa? Gue lagi makan direstaurant depan kantor."

"..."

"Ok. Gue tunggu."

Aku menghela nafasku. Andien memandangku dengan raut wajah keingin tahuannya.

"Kei... lo nggak lagi sakit kan?" Tanyanya padaku. Aku menggeleng.

"Kei. Ceritain dong, maksudnya pak Agus tadi pagi itu apa? Mang cowo lo siapa? Lo mah gitu, katanya mau ngenalin gue sama cowo lo. Tapi mana." Celoteh Andien.

"Nanti gue kenalin. Gue nggak bisa cerita sekarang. Pusing gue. Suatu saat gue pasti cerita sama lo. Ok!" Jelasku padanya. Dia mengangguk. Walaupun terkadang aku sebal dengan Andien tapi dia adalah teman terbaikku dikantor. Dia juga bisa menjaga mulutnya dengan baik. Dia tahu apa yang harus dia share atau tidak.

"Ok deh!" Ucapnya padaku sambil tersenyum.

Tiba - tiba senyum Andien berubah. Tatapannya mengarah kebelakangku. Aku langsung menoleh kebelakang. Kulambaikan tanganku. Dia tersenyum padaku.

"Sumpah Kei. Itu orang atau malaikat, cakep parah. Cubit gue Kei." Kata Andien. Aku mengikuti perintahnya.

"Awww... sakit Kei." Teriak Andien padaku. Aku tersenyum.

"Hai Kei." Sapa Boy padaku.

"Hai." Sapaku balik. Kulihat Boy melirik Andien yang berada didepanku. Radarnya selalu aktif jika ada perempuan cantik.

"Hai. Gue Boy. Temennya Keiza." Ucap Boy mengenalkan dirinya sambil mengulurkan tanganya.

Andien tak bergeming. Matanya masih menatap Boy. Sepertinya Boy sudah menghipnotis Andien dengan ketampanannya. Boy memang tampan, tapi tidak lebih tampan dari Abyan. Wajah khas Indonesianya, dengan tubuh tinggi tegap atletis, membuatnya terlihat sempurna. Mirip Rio Dewanto. Aku menggebrak mejaku. Andien terlihat kaget. Boy terkekeh. Aku tak peduli jika semua orang di restaurant ini mengarahkan pandangan mata mereka pada kami. I don't care.

"Eh. Maaf. Andien." Ucap Andien gugup. Aih, Andien, Boy ini memang malaikat. Malaikat penghancur perasaan wanita.

"Cantik." Sata kata maut dari Boy. Blush. Wajah Andien langsung bersemu merah sempurna. Shit!

"Dasar buaya lo!" Ucapku pada Boy. Dia terkekeh.

Boy langsung duduk disebelah Andien. Tanpa basa basi aku langsung menanyakan urusannya padaku.

"Ada apa Boy, lo nyari gue?" Tanyaku.

"Lo ketemu Abyan hari ini?" Tanya Boy padaku. Aku menggeleng.

"Dia nggak berangkat? Terus lo ngapain nyari gue?" Tanyaku kembali.

"Dia nggak ada dikantor. Gue hubungi juga nggak aktif." Ceritanya padaku.

"Gue kesini nganterin pesanan om Ali buat Lo. Nih kunci sama surat - suratnya." Lanjutnya padaku sambil memberikan kunci beserta beberapa berkas penting. Aku mengerutkan dahiku.

"Apa ini? Maksudnya apa? Sorry Boy, gue nggak bisa terima. Tolong kembaliin sama Abi. I mean, om Ali. Gue masih punya mobil ko. Cuma tadi malam mobil gue dibawa sama Abyan." Ceritaku pada Boy. Andien terlihat bingung. Namun dia hanya terdiam.

"Om Ali nggak suka ditolak. Lo terima aja, kalo lo mau balikin, Lo balikin sendiri. Lo nggak habis ributkan sama Abyan kan?" Tanya Boy padaku. Aku menggeleng.

"Ada yang lo mau ceritain sama gue??" Tanya Boy padaku. Dia menatapku.

"Gue pasti bantuin lo Kei. Gue juga punya tanggung jawab buat jagain lo. Karena lo sumber kebahagian sahabat gue." Kata Boy padaku. Mataku sedikit memanas. Semoga pertahanku tak runtuh kali ini. Boy melirik Andien disebelahnya. Kemudian merangkul Andien.

"Andien bakalan jaga rahasia lo. Ya kan cantik?" Tanya Boy pada Andien. Andien mengangguk. Kalimat Boy sungguh luar biasa, dengan sekejap wajah Andien bersemu merah. Pesanan kamipun datang.

"Umi..." Kataku. Air mataku menetes. Aku langsung menyekanya. Boy dan Andien memandangku dengan intens.

Aku terkejut, saat aku mendengar plat mobilku disebut dilayar flat besar didepanku. Aku tak bisa melanjutkan kalimatku tadi. Mataku langsung mengarah kelayar flat besar itu. Aku menggeleng pelan, pipiku mulai basah kembali. Kulihat mobilku menabrak pohon beringin besar. Bagian depan mobilku rusak parah. Hancur total. Disebelah mobilku, ada sebuah truk dari arah yang berlawanan dan menabrak sebuah mobil Honda Jazz yang ditumbuk dari belakang oleh mobil Fortuner. Semuanya terlihat berantakan. Mobil Honda Jazz lah yang terparah, semua body nya ringsek. Telingaku mendengar beberapa orang tewas pada kecelakaan maut itu. Air mataku semakin deras mengalir. Boy dan Andien menoleh kebelakang, mengikuti arah pandanganku.

"Kei, lo nggak papa?" Tanya Andien padaku. Aku menggeleng.

"Abyan... Abyan bawa mobil gue Boy." Kataku sambil terisak. Rasanya tenggorokanku kering sesaat. Lidahku kelu.

"Apa?? Maksud Lo itu mobil Lo?" Tanya Boy. Aku mengangguk sambil menutup mulutku dengan tangan kananku.

Aku segera beranjak dari tempat dudukku. Kurasakan tubuhku sedikit limbung. Badanku lemas. Semua diruangan ini serasa berputar. Aku mendengar Andien memanggilku. Aku berjalan meninggalkan mereka. Kupijat pelipis kepalaku yang berdenyut. Mataku mulai buram. Sesaat kemudian pandanganku menjadi kabur dan akhirnya menjadi gelap.

-----

Heyho...
Maaf semua, karena lama update. Nggak tahu kenapa tiap aku nulis terus aku simpan ko nggak bisa ya. Jadi ya tulisannya ilang terus, sampai kesel deh. Ada yang tau kenapa??
Please, tolong jawab ya yang tahu.

Semoga ceritanya masih bisa menghibur. Maaf cuma sedikit, udah cape gara - gara watty erorr.

Please vote and comment ya!
Tolong tinggalin jejak biar lelah dan penatku hilang dan semangat buat nulis lagi.

Thanks buat semua yang udah vote and comment dichapter sebelumnya. Makasih buat yang sudah bikin notifku pecah diwatty. Thank You so much. Maaf aku nggak bisa nyebutin satu persatu.

See you. ^^

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
3.3M 25.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...