4. Meet up 1

4.8K 415 47
                                    

Keiza's POV.

Pagi ini awan mendung mulai menyelimuti seluruh kota Jakarta. Suasana seperti ini membuatku enggan pergi kemana-mana. Rasanya aku masih ingin melanjutkan tidur cantikku dibawah selimut kesayanganku. Suasana hatiku pun sedikit tidak enak. Padahal tadi pagi setelah bangun tidur, aku sudah menghubungi kekasihku Abyan yang berada di Bandung untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja disana. Tapi sampai detik ini, perasaan tak enak itu masih hinggap dihatiku.

Dengan malas aku melajukan mobilku menuju kekantor. Pikiranku entah berada dimana. Wajah Abyan dan Ayah selalu melintas dibenakku. Entah mengapa wajah dua lelaki yang aku cintai itu memenuhi otakku hari ini. Mungkinkah aku merindukan mereka? Tiga hari Abyan berada di Bandung karena ada tugas dari kantornya, dan hari ini dia akan kembali ke Jakarta. Aku memintanya untuk menemuiku saat dia sudah kembali. Sedangkan Ayah, sudah lama aku tak pernah mengunjunginya. Terakhir bertemu dengan tante Brina, membuatku sering memikirkan Ayah. Namun aku tak kunjung menjenguknya.

Ciiiiiiit...

Suara decit ban mobil terdengar saat aku mengerem mobilku mendadak. Aku terkejut, mataku melotot seketika. Suara klakson mobil terdengar dimana-mana. Jantungku berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Tanganku mulai dingin. Aku menghela nafasku dengan kasar. Hampir saja aku menabrak seseorang yang akan menyebrang sembarangan didepan kantorku. Beruntung aku melajukan mobilku dengan pelan. Aku langsung turun dari mobilku untuk memastikan kakek itu baik - baik saja. Sekerumunan orang sudah ramai dalam hitungan detik.

"Kakek nggak papa kan?" Tanyaku padanya.

"Nggak papa ko neng." Jawab kakek itu.

"Jangan ngelamun neng kalo nyetir." Kata salah satu bapak yang menolong kakek itu. Aku ketakutan.

"Maaf." Ucapku pada mereka. Mereka mengangguk, ada juga yang kesal. Beruntung ada satpam kantor yang membubarkan kerumunan itu. Aku kemudian kembali melajukan mobilku masuk kedalam kantorku.

Aku berjalan lemas ketempat kerjaku. Kejadian tadi membuatku lemas setengah mati. Seandainya aku melajukan mobilku dengan cepat, aku yakin saat ini aku sudah dihakimi masa. Aku langsung menghempaskan tubuhku ke kursi kerjaku, memijit pelan pelipisku. Meminum air mineral yang selalu aku bawa setiap hari dalam tasku. Kucoba mengatur nafasku agar detak jantungku kembali normal.

"Kei, lo nggak papa?" Tanya Andine, partner kerjaku. Aku mengangguk.

"Muka lo pucet Kei." Ucapnya padaku. Aku tersenyum.

"I'm fine." Ucapku singkat. Andine menepuk pundakku. Kemudian pergi menuju tempat duduknya.

Dengan perasaan yang tak karuan, aku membuka laptopku. Kemudian menekan tombol on untuk memulai pekerjaanku. Aku mengetuk - ngetuk meja kerjaku sambil menunggu laptopku loading. Aku tersenyum saat aku melihat wallpaper laptopku. Fotoku bersama kekasihku Abyan, saat kami berada dipantai melihat sunset. Senyum mautnya selalu bisa mengalihkan duniaku saat ini. Setelah laptop siap, aku langsung mengerjakan tugas - tugasku seperti biasanya.

Kepalaku mulai pening. Suara lagu Bang bang dari Iphoneku terdengar. Aku terkejut saat melihat sebuah nama yang terpampang dilayar Iphoneku, Tante Brina. Dengan ragu, aku sentuh layar Iphoneku, aku angkat panggilan tante Brina. Perasaanku semakin menjadi tak menentu. Ya Tuhan!

"Iya tante... ada apa?"

"..."

"Apa?? Dimana?"

"..."

"Iya tante. Makasih."

Aku kembali lemas setelah menerima telpon dari istri ayahku itu, ibu tiriku. Air mataku mulai memanas. Tak terasa ada sesuatu yang membasahi pipiku. Dengan segera aku langsung menyekanya. Aku langsung beranjak dari tempat dudukku, kemudian aku melangkahkan kakiku keruangan atasanku. Setelah mendapat ijin, aku langsung membereskan meja kerjaku. Menenteng tas kesayanganku dipundak, kemudian bergegas untuk pergi. Tanganku kembali dingin. Setelah keluar dari lift, aku langsung berlari menuju tempat parkir.

YouWhere stories live. Discover now