Dracula | Wen Junhui [NEW VER...

By sleepycaffein

26.1K 4.2K 310

[Another version of Daddyable Series] We have 3 secret words: 1. Milk, safe. 2. Latte, beware. 3. Espresso, R... More

DADDYABLE SERIES
Cast
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4

1.2

830 168 13
By sleepycaffein

Shuya terus mondar-mandir tidak karuan di depan ruang operasi karena menunggu Subin yang sedang ditangani pihak medis. Gadis itu memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi ketika Subin diserang, entah itu penjambret atau Dracula, namun rasanya terlalu cepat untuk membuat kesimpulan.

Disaat bersamaan juga, Jun dan anggotanya yang lain tiba di rumah sakit dan menghampiri Shuya. Ketiganya sama-sama terkejut, bahkan Jungwoo dengan berlebihan bertanya tanpa jeda pada Shuya sampai Jun menghentikan kelakuannya itu.

"Kenapa bisa diserang? Kalian berpisah atau bagaimana?" tanya Jun pada Shuya.

"Iya, aku pergi bayar belanjaan dan Subin menunggu diluar."

"Aku akan mengecek CCTV di minimarket itu," ujar Taeyong yang segera menjauh sambil menelpon entah siapa untuk mencaritahu pelaku penyerangan Subin.

"Maaf, semua gara-gara aku."

"Kenapa menyalahkan diri sendiri? Ini juga sesuatu yang tidak diprediksi. Kita tunggu sampai Subin keluar dari ruang operasi dan siuman saja."

Harus Jun akui bahwa seberapa keras pun dia berusaha melindungi mental anggota termuda di timnya itu, rasanya kejadian-kejadian seperti ini terus menerus terjadi di sekitar Shuya, membuat Jun tidak yakin apakah kini anggota termudanya itu akan baik-baik saja dengan pekerjaan ini.

"Shuya, aku minta jelly yah!" ujar Jungwoo yang segera ditendang bokongnya oleh Jun saking kesalnya.

"Bisa-bisanya kamu makan jelly!"

"Tapi enak! Shuya coba juga, nggak boleh sedih soalnya Subin itu karena keras kepala, jadi nggak bakalan cepet mati," ujar Jungwoo sambil menyuapi Shuya jelly dan membuat gadis itu sedikit terkekeh.

Jun sendiri hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah Jungwoo, memang diantara anggota timnya yang lain, Jungwoo terlihat seperti seorang pelawak bodoh yang tak kenal situasi, walaupun sebenarnya pria itu adalah yang paling peka diantara anggota tim yang lain.

Sambil menunggu, Subin keluar dari ruang operasi, Jun menyusun semua kejanggalan yang disimpulkannya sendiri. Mulai dari Dracula yang tiba-tiba ada di Jepang, kaki tangan misterius yang tidak terduga, sampai penyerangan Subin yang begitu tiba-tiba, jika dipikirkan secara ulang lagi bukankah itu artinya selama ini Dracula tahu bahwa Jun dan timnya sedang mengintainya? Bahkan pelarian Dracula di Jepang yang mulus sampai-sampai punya kaki tangan serta pembunuh cilik haus yang akan uang?

"Mata-mata...?" gumam Jun.

"Hyung? Kenapa?" tanya Jungwoo.

"Apanya yang mata-mata?" tanya Shuya.

"Ah, itu--"

"Permisi, apa anda keluarga dari pasien Jung Subin?" seorang dokter keluar dari ruang operasi dan membuat Jun segera maju untuk bicara dengannya.

"Benar. Bagaimana keadaannya?"

"Lukanya cukup dalam, tapi tidak mengenai organ dalam. Dia berhasil selamat, tapi untuk saat ini tidak bisa melakukan banyak gerakan."

Jun bernafas lega, kemudian mengangguk, tanda dirinya mengerti apa yang dokter katakan. Tak lama setelahnya sebuah ranjang pasien dimana Subin terbaring diatasnya didorong keluar, dipimpin oleh dokter yang menanganinya untuk dibawa ke ruang rawat.

"Subin selamat?" tanya Shuya.

"Iya, dia gapapa. Ayo kita ke ruang rawatnya dan menunggu dia sadar."

🔍

Subin jengah terus ditatap dengan khawatir oleh Jungwoo dan ditatap dengan perasaan penuh rasa bersalah oleh Shuya, sehingga dirinya memilih melempari dua orang itu dengan dua kotak susu yang ada di kantung belanjaan Shuya.

"Aku nggak mati," ujar Subin kesal. "Aku hidup, lihat ini."

Disaat itu, Taeyong masuk ke dalam ruang rawat Subin dengan wajah kacau. "Rekaman saat Subin diserang nggak ada, terakhir cuma saat Subin diseret entah kemana."

"Iya, aku diseret tiba-tiba, jadi aku juga nggak punya waktu untuk melawan," tambah Subin, "tapi aku melukai orang itu."

"Dimana?" tanya Jun dengan cepat. "Dimana kamu melukainya?"

"Telapak tangannya, di tangan kiri. Sepertinya aku sempat melukainya dengan pisau yang dia pakai untuk menusukku."

"Taeyong hyung," panggil Jun.

"Iya, aku akan perkecil pencarian untuk tiga hari ke depan," ujar Taeyong dan segera keluar dari ruangan, sibuk dengan teleponnya.

"Kalian bertiga akan kupulangkan ke Korea besok pagi. Pokoknya tetap pantau keadaan di Korea, minta beberapa tim untuk berjaga-jaga di sekitar bandara selama seminggu kedepan."

"Bertiga?" tanya Jungwoo. "Aku, Subin, dan Shuya?"

"Iya. Subin sudah bisa meninggalkan rumah sakit besok pagi, lagipula dia harus istirahat penuh di markas dan kamu harus menjaganya."

"Terus Shuya?"

"Shuya ada ujian lusa depan, dia harus pulang."

Shuya mengerjap-erjap bingung. Shuya tau bahwa pria bernama lengkap Moon Junhwi itu memang kelewat perhatian pada anggota timnya, tapi apa harus sampai mengetahui kapan dirinya ujian?

"Jungwoo, berjagalah disini, temani Subin. Shuya, kamu kembali ke hotel, bereskan barang-barangmu."

"Aku juga perlu beres-beres," keluh Jungwoo.

"Kamu cuma bawa diri kesini, Kim Jungwoo," ujar Jun kesal. "Jangan banyak protes. Lakukan perintahku. Shuya, ayo."

Shuya akhirnya mengikuti Jun tanpa bicara apapun untuk kembali ke hotel agar bisa membereskan barang-barangnya.

Walaupun sepanjang perjalanan Jun tidak bicara apa-apa, tapi Shuya sudah bisa menebak jika pria itu punya banyak pikiran ruwet yang pasti tidak mau dibagi padanya. Jun punya tanggung jawab yang besar dan pria itu tidak mau berbagi dengan siapapun, makanya Shuya juga tidak akan memaksa pria itu untuk buka mulut.

"Tolong jaga anak-anak," pinta Jun saat menurunkan Shuya di depan hotel.

"Iya."

"Kalau bisa tolong antar jemput Junpyo, temani Junha memikirkan soal kegiatan klubnya, dan bantu Junho untuk belajar."

"Iya, aku mengerti. Ada lagi?"

"Semangat untuk ujianmu. Sampai jumpa."

Shuya memandang mobil Jun yang mulai menjauhi hotel, sejujurnya gadis itu tidak berpikir jika Jun bisa jadi Ayah yang baik dengan pekerjaan yang seperti ini, tapi sepertinya Shuya salah. Pria itu bahkan lebih baik dari dugaannya dan dia juga orang yang cukup perhatian.

"Ya, dia nggak buruk juga."

🔍

Shuya terbang ke Korea Selatan besok paginya bersama Jungwoo dan Subin. Walaupun begitu, Shuya tetap terjebak di dalam markas untuk ditanyai berbagai pertanyaan oleh Seulgi perihal kejadian yang menimpa Subin dan hasil investigasi mereka selama di Jepang hingga malam. Bahkan untuk pertama kalinya, Shuya baru mengakui bahwa ucapan Jungwoo ada benarnya saat dirinya diminta menemui Seulgi.

Seulgi noona itu gila, pokoknya kalau belum puas, kamu nggak bakalan bisa pulang.

Iya, Shuya akui bahwa Seulgi memang segila itu. Dia bahkan tidak membiarkan Shuya menjernihkan pikirannya sebentar karena harus memuat banyak informasi dikepala kecilnya itu untuk menjawab pertanyaan Seulgi.

"Sudah beres?" tanya Subin yang sepertinya menunggu Shuya keluar dari ruangan Seulgi.

"Iya, baru saja. Gila, ini sudah jam makan malam."

"Mau makan bersama di kafetaria?"

"Kenapa kamu jadi akrab?" tanya Shuya.

"Jun bilang harus mencoba akrab denganmu."

"Begitu saja?"

"Mau makan bersama atau nggak? Kalo nggak ya udah," balas Subin acuh.

"Aku harus mengurusi anak-anak."

"Oh, si triple Jun itu?"

"Triple Jun?"

"Junho, Junha, Junpyo. Menyebut mereka satu persatu itu merepotkan," balas Subin. "Ya udah, sana pulang dan semangat untuk ujianmu."

"Bagaimana kamu tau?"

"Apa?"

"Ujianku."

"Dari Jun."

Shuya pun akhirnya pulang ke rumah Jun untuk mengurusi anak-anak dari pria itu dan belajar untuk ujiannya besok, walaupun sepertinya dirinya tidak punya banyak waktu untuk mempelajari semua materi.

Sampai disana, Shuya disambut dengan baik oleh anak-anak Jun, terutama Junha dan Junpyo yang sepertinya memang menunggu kepulangannya. Sementara si sulung, Junho, masih mengurung diri di kamar karena sedang belajar.

"Eonnie, Papa kok nggak pulang?" tanya Junha sambil menikmati makan malamnya.

"Ah, masih ada pekerjaan."

"Kalau noona kenapa pulang?" tanya Junpyo.

"Aku ujian besok, jadi harus pulang. Ayo habiskan makanan kalian, setelah itu gosok gigi yah? Aku akan mengantar makanan ke kamar Junho."

"Biar aku yang cuci piring, eonnie langsung belajar aja setelah antar makanan," ujar Junha sambil tersenyum.

"Oke, makasih."

Shuya kemudian menuju ke lantai 2 untuk mengantar makanan ke kamar Junho, sayangnya ketika Shuya mengetuk-ngetuk kamar Junho, si pemilik tidak kunjung menjawab.

"Junho, noona masuk yah," ujar Shuya sambil membuka pintu kamar Junho dan justru kaget saat melihat si pemilik kamar malah terbaring lemah di temat tidurnya. "Junho?!"

"Ah noona pulang?" tanya Junho sambil membuka matanya.

"Kenapa? Kamu sakit?!" Shuya meletakkan nampan berisi makanan dimeja nakas dan mengecek suhu tubuh Junho, demamnya ternyata cukup tinggi. "Ini sejak kapan? Kamu kenapa nggak bilang adik-adik?"

"Nanti mereka panik. Aku gapapa, cuma demam, kecapean kayanya."

Shuya tidak habis pikir untuk anak seusia Junho yang bisa-bisanya mengurung diri di kamar ketika sakit hanya karena tidak ingin merepotkan adik-adiknya. Walau begitu, mengingat sifat anak sulung Jun yang memang lebih mementingkan pendapat orang lain, Shuya tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Kamu udah makan?"

"Belum..."

"Sini, ayo duduk dulu. Dimakan yah, aku ambilin obat."

"Maaf ngerepotin."

"Justru aku yang minta maaf, soalnya kamu pasti kerepotan buat ngurusin adik-adikmu selama kami bekerja sampai sakit."

"Makasih, noona."

"Sama-sama, Junho."

Shuya pun akhirnya menghubungi Jun dan bertanya perihal kotak obat, untungnya pria itu bisa mengangkat telepon, karena Shuya takut membuat Junha dan Junpyo khawatir. Walaupun pada akhirnya, Shuya membuat Jun khawatir juga perihal kondisi Junho, namun setidaknya pria dewasa itu bisa berpikir lebih rasional ketimbang anak-anak.

"Tolong jaga Junho."

"Iya, aku tau."

"Apa nggak merepotkanmu jika mengurus Junho dan belajar untuk ujian?"

"Nggak kok, ini nggak seberapa. Bagaimana hasil pencarianmu?"

"Pria yang menyerang Subin kabur ke tempat yang gelap dan nggak ada CCTV, Yuta sudah menolong kami mencarinya dan mengatakan jika pria itu kemungkinan Dracula."

"Darimana dia menarik kesimpulan itu?" tanya Shuya sambil mengambil kotak obat yang ada di ruang kerja Jun, sengaja untuk menghindari Junha dan Junpyo agar mereka tidak khawatir.

"Ada pembunuhan di tempat terakhir dirinya tertangkap CCTV."

"Dia ini orang dengan gangguan kejiwaan atau apa yah? Kenapa suka sekali membunuh orang?"

"Entahlah, tapi ada yang lebih berbahaya lagi."

"Apa?"

"Besar kemungkinan, dia sudah kembali ke Korea."

Shuya berhenti tepat di depan pintu kamar Junho saat mendengar ucapan Jun. Memang terlalu cepat untuk menyimpulkan hal itu, tapi jika Dracula benar kembali ke Korea, maka akan semakin sulit untuk menangkapnya, mengingat bahwa tim Jun dan tim Sowon masih ada di Jepang.

"Bagaimana kamu tahu?"

"Dia meninggalkan pesan. Korea. Begitu isi pesannya."

"Kita kekurangan personil."

"Benar, untungnya kamu pintar. Makanya, kami berniat pulang malam ini juga."

"Ada pekerjaan yang harus kulakukan nggak?"

"Nggak perlu, belajar saja sana. Kututup."

Shuya pun memasukkan kembali handphonenya ke saku dan masuk ke kamar Junho yang entah bagaimana sudah menghabiskan makanannya.

"Cepat sekali?" tanya Shuya.

"Aku lapar, mungkin...?"

"Kamu ngelewatin makan siang yah?" tanya Shuya sambil menarik kursi belajar Junho ke dekat tempat tidur dan duduk disana. "Ini obatnya, minum setelah 15 menit makan oke?"

"Makasih, noona."

"Aku akan menjagamu sambil belajar, jadi tidurlah dengan nyaman. Nggak perlu pedulikan aku."

"Noona bisa meninggalkanku."

"Apanya? Nggak, aku nggak mau ninggalin orang sakit. Lagian materi ujianku nggak sulit kok," ujar Shuya dan akhirnya kembali mengeluarkan handphonenya, membuka materi pelajarannya didalam sana.

Untuk beberapa saat, baik Shuya ataupun Junho, keduanya sama-sama diam dan fokus pada kegiatannya masing-masing. Shuya belajar dan Junho memerhatikan langit malam sambil menunggu waktunya untuk minum obat.

"Pekerjaan noona apakah sulit?" tanya Junho.

"Papamu banyak membantuku kok, nggak sulit. Kenapa? Kamu mau jadi seperti Papamu?"

"Biasanya begitu kan?"

"Apanya?"

"Aku harus meneruskan pekerjaan Papa."

Shuya lantas menatap Junho dan menatap anak remaja ini dengan tatapan yang dalam. Shuya kurang tahu kehidupan orang kaya dan penerus-penerusnya, tapi melihat bagaimana Junho seakan tak punya pilihan, membuat Shuya prihatin.

"Masa depan itu ada banyak, kamu bisa pilih jadi apapun. Jadi penerus Papamu bukan satu-satunya masa depan yang disiapkan untukmu."

"Kakek bilang--"

"Sejak kapan orang-orang seperti kakekmu jadi penentu masa depanmu? Mereka cuma orang-orang kolot yang nggak tau apa-apa."

"...Mama juga--"

"Junho, kalo sekarang ada Papamu, kira-kira dia akan bilang apa?"

Junho lantas terdiam.
Kira-kira Papanya akan bilang apa padanya kalau diposisi ini?

"Jadilah ... apa yang aku mau...?" ujar Junho.

Papanya bukanlah tipe orang kolot seperti Kakeknya. Justru, Papanya adalah satu-satunya orang yang berusaha melindungi pendapat Junho, sejak kecil ... selalu punggung sang Papa yang melindungi Junho dari tatapan san ucapan tajam keluarganya.

"Kenapa orang-orang kolot seperti Kakek dan Mamamu jadi orang yang pendapatnya paling kamu perhatikan? Padahal ada pendapat orang lain yang jauh lebih berarti dari mereka."

"...Benar."

Shuya tersenyum. "Jadi nggak perlu takut, Junho. Lakukan saja apa yang kamu mau. Nah, sekarang minum obatnya dan tidur."

Junho kemudian meminum obatnya dan tidur, sementara Shuya melanjutkan kegiatan belajarnya.

"Noona."

"Hm?"

"Boleh temani aku sampai aku tidur?"

Shuya terkekeh. "Boleh, aku akan menemanimu sampai pagi kalau kamu takut."

"Terima kasih."

"Selamat malam, Junho."

Continue Reading

You'll Also Like

348K 3.9K 82
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...
143K 24.1K 23
[ 2nd Ciao Seventeen Series ] Kwon Soonyoung, duda beranak satu berusia 29 tahun, yang bekerja sebagai seorang pemimpin perusahaan di suatu perusahaa...
91.7K 6.3K 33
[𝐬𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 3 𝐝𝐚𝐫𝐒 𝐜𝐞𝐨 𝐠𝐒π₯𝐚] β€’ β€’ β€’ | 𝐚 β€’ 𝐠𝐚 β€’ 𝐩𝐞 | /𝒏./ 1.π“π‘πž 𝐑𝐒𝐠𝐑𝐞𝐬𝐭 𝐟𝐨𝐫𝐦 𝐨𝐟 π₯𝐨𝐯𝐞. π’πžπ₯𝐟π₯𝐞𝐬𝐬, 𝐬𝐚𝐜�...
186K 26.9K 51
Highest rank - #36 on Short Story 180818 #7 Imagine "Aku akan tetap tinggal. Aku tidak tega meninggalkan (y/n) sendirian di rumah. Abeoji, tolong bia...