Bloody Mary - Haikyuu [ END ]...

By lailaalfy13

103K 17.7K 6.3K

Sisi gelap sebuah akademi Haikyuu, atau sekolah menengah atas yang selalu menutup kasus kematian murid-muridn... More

PROLOG
CERMIN
NAMA BAIK
SALAH
MATA BATIN
TOILET LANTAI DUA
IWAIZUMI, BANGUNLAH...
SSS
SHINSUKE, DAN KAKEK TUA
ASTRAL PROJECTION
OVERTHINKING
UPAYA UNTUK PULANG
SIAPA MARY?
SPOILER
MENYUSUN RENCANA
PINTU LANTAI EMPAT
RUANG KESENIAN
MANEKIN
PENGKHIANAT
NINA BOBO
MEMBERONTAK
AMANAH
MENUJU AKHIR
TAK INGIN USAI
TENTANG SAKUSA
TRAGEDI
KONTRAK
HIDUP KEMBALI
BRAINWASH
PERPUSTAKAAN
MANUSIA LICIK
USHIJIMA, DIKAMBINGHITAMKAN
SUGAWARA
BALAS DENDAM
KENMA MENGETAHUINYA
SUNRISE
EPILOG

MEREKA YANG SALING MEMBUNUH

3.3K 545 145
By lailaalfy13

Chapter 4 – Mereka yang saling Membunuh

"Terkadang, yang kelihatannya bodoh, justru lebih licik daripada orang  yang terlihat pintar."

*****

Sakusa merenung sembari melihat kearah luar jendela. Ia masih berusaha abai, meskipun si kembar Miya sibuk bertengkar sedaritadi. Kematian Sugawara dan Ushijima, membuat pihak Akademi memutuskan untuk menutup total seluruh lantai tiga. Itulah alasan mengapa Sakusa tinggal didalam kamar si kembar selama beberapa hari terakhir, sebab letak kamar Sakusa berada begitu dekat dengan tangga dimana Sugawara terjatuh.

“Atsumu, udahlah cukup!” Osamu mengguncang-guncang tubuh Atsumu, sementara kembarannya itu masih sibuk memejamkan mata. Kedua pipinya menggembung dengan keseluruhan ekspresi seperti sedang merajuk.

Sakusa hanya tersenyum kecil melihatnya, meskipun kegaduhan si kembar terkadang membuatnya menjadi pusing kepala.

“Omi…” Panggil Atsumu ketika kedua kelopak matanya terangkat.

Sakusa berdehem, menyahuti panggilan itu. Sementara Atsumu mulai mengangkat tangannya, kemudian menunjuk kearah luar jendela.

Rasa ragu menyelimuti diri Sakusa. Entah kenapa, perasaannya gundah. Ia takut untuk menoleh, meskipun siang itu matahari masih bersinar dengan begitu teriknya.

“Eh… itu asapnya dari gedung sekolah nggak, sih?!” Sakusa mendadak berdiri, dengan pandangannya yang tak lepas dari asap hitam yang terus mengepul di udara.

“iya, ayo kesana.” Ajak Atsumu yang buru-buru membuka pintu kamarnya.
Dari dalam gedung Asrama hingga lapangan dekat gedung sekolah, murid-murid yang tersisa sudah berkumpul disana seluruhnya. Para guru dan satpam memberikan peringatan untuk tidak mendekat lebih dari itu, karena si jago merah masih melahap satu demi satu ruangan yang ada.

Hampir sepuluh menit lamanya, dan beberapa siswa yang masih terjebak di lantai atas diinstruksikan untuk menjauhi area gedung yang terbakar. Mereka tidak dapat turun karena bagian tangga sudah ikut dipenuhi oleh nyala api. Untungnya lagi, pemadam kebakaran datang se-segera mungkin. Banyak pasang mata yang menyaksikan bagaimana para petugas mengevakuasi para siswa, serta memadamkan api yang besar itu.

“kobisa?” Sakusa masih ternganga melihat hampir sebagian gedung itu terbakar.

“Ruang Klub masak, yakin deh.” Ucap Atsumu menunjuk salah satu ruangan yang letaknya ada di lantai satu. Apa yang dikatakannya terdengar masuk akal, karena disanalah satu-satunya ruangan yang paling parah terkena dampak kebakaran.

“loh… jangan-jangan…?” tubuh Osamu bergetar kecil, beriringan dengan langkahnya yang bergerak mundur sedikit. Ia melirik Atsumu, dengan wajah ketakutan. Detik kemudian, Osamu mengarahkan pandangannya ke segala arah, sampai ia menemukan keberadaan salah satu guru diantara kerumunan siswa.

Pak Takeda Ittetsu.

“Tsumu, Osamu kenapa sih?” Tanya Sakusa dengan sedikit terengah. Keduanya sedang mengikuti langkah Osamu.

“kita ikutin dia aja.” Usul Atsumu, hingga keduanya berhasil menyusul langkah Osamu.

“Pak Takeda!” Panggil Osamu, membuat Pak Takeda segera berbalik. Ia mengusaikan pembicaraannya dengan para petugas pemadam kebakaran.

“Ya? Umh… ini Atsumu yang mana, Osamu yang mana?” Tanya Pak Takeda yang kebingungan melihat wajah kedua murid kembarnya itu. Ia terkekeh jahil, sembari menggaruk punggung lehernya yang sedikit gatal.

“Yang kuning Atsumu, Yang abu Osamu. Gitu aja bedainnya Pak.” Sambar Sakusa kemudian.

Pak Takeda terkekeh lagi, lalu mengangguk mengerti.

“Jadi, ada apa Osamu?” Pak Takeda memberi isyarat kepada Pak Ukai yang memanggilnya dari kejauhan. Ia meminta kepada para guru untuk menunggu sebentar.

“Di ruangan klub ada Kak Tendou, dia…”

“Shhht…!” Belum usai Osamu berbicara, Pak Takeda segera membungkam bibirnya dengan jari telunjuk. Dengan senyuman parau itu, Osamu paham kalau sepertinya para guru sudah mengetahuinya. “… darimana kamu tau kalau Tendou ada disana?” raut wajah Pak Takeda mendadak berubah menjadi serius. Ia memandang Osamu begitu tajam.

“saya satu kegiatan ekstrakurikuler sama Kak Tendou.” Jelas Osamu. Ia menjeda ucapannya sejenak. “… Pagi tadi, Kak Tendou ngajak saya dan beberapa anggota lain buat latihan bareng sore ini. Makanya saya yakin kalau Kak Tendou ada disana.” Kedua tangan Osamu ia lipat didepan dada. Sungguh, ia khawatir dengan senior yang paling dekat dengannya selama ada didalam klub itu. Terlebih, Tendou pasti masih terpukul akibat teman dekatnya, Ushijima meninggal dunia.

“… Saya tau kalau belakangan ini duka selalu menyelimuti kita semua, tapi saya mohon agar kalian bertiga tidak menyebarluaskan hal ini.” Jelas Pak Takeda. Lagi-lagi ia diteriaki oleh Pak Ukai karena terlalu lambat.

“Sebentar, maksud bapak…?” Sakusa berpikir sejenak. Ucapan gurunya itu sedikit ambigu, meskipun ia paham dengan maksudnya.

“Ya…” Pak Takeda hanya berucap satu kata, sebelum akhirnya meninggalkan ketiga muridnya yang masih mematung disana.

Sakusa dan Atsumu awalnya hanya memandang punggung Pak Takeda yang kian menjauh, tapi suara isak tangis Osamu membuat keduanya segera menoleh. Disana, Osamu sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Tendou memanglah seorang senior yang terkenal jahil, dan terkadang sedikit menyebalkan.

Tapi, bersama dengannya Osamu selalu senang. Kemahiran Tendou dalam hal memasak membuat Osamu terkagum-kagum dengannya.

“Omi…” Gumam Atsumu dengan raut wajahnya yang ikut ditekuk.

Sejujurnya Sakusa sudah lelah. Ia tidak ingin mengurusi insiden-insiden kematian yang terus saja datang belakangan ini. Melihat Atsumu, sahabat terdekatnya ikut bersedih- membuatnya merasa tidak tega. Ada satu ide yang terbesit didalam kepala Sakusa, dan ia menjamin bahwa ide-nya itu akan lancar seratus persen.

“Jangan ngerasa bersalah. Lo bisa tenangin Osamu, dan sisanya serahin ke gue.” Sakusa membelai rambut si kembar dengan penuh rasa sayang. Baik Atsumu dan Osamu, sudah Sakusa anggap sebagai adik sendiri. Ya, meskipun mereka seumuran sih.

Atsumu mengerutkan dahi, dengan sisa-sisa penyesalan yang masih tergambar jelas di wajahnya. Dengan berat hati, ia mengangguk. “Sorry, gue ngerepotin lo terus, Mi…” ada seutas senyum yang Atsumu paksakan disana.

Sakusa mendengus kecil, ia tidak keberatan melakukannya. Sedetik kemudian, Sakusa segera beranjak dari sana. Ia menuju ke tempat para guru yang masih berkumpul, seperti sedang membincangkan sesuatu.

“Bisa nggak semua kepedihan ini berakhir?” Osamu menggosok matanya karena tak henti mengeluarkan air. Ia kesal dan masih belum bisa menerima kenyataan kalau Tendou menjadi korban atas kebakaran itu.

“Sorry, tapi gue nggak sengaja denger pembicaraan kalian.” Seorang siswa dengan rambut sebahu itu muncul dari arah belakang. Ia berjalan begitu tenang, hingga sampai tepat dihadapan Atsumu dan Osamu. “… bisa ikut gue? Ada yang mau gue omongin.” Ajaknya yang langsung memimpin jalan, seolah yakin kalau Atsumu dan Osamu sudah pasti mengikutinya.

Disela-sela keramaian itu, sepasang mata milik Akaashi Keiji menangkap ketiga murid yang mengasingkan diri dari kerumunan. Kecurigaannya itu bertambah-tambah, mengingat seorang yang memimpin jalan adalah Kozume Kenma. Akaashi cukup yakin kalau Kenma adalah seorang siswa yang enggan bersosialisasi, terlebih- Akaashi satu kelas dengannya. Sudah pasti Akaashi keheranan melihat teman sekelasnya itu malah berjalan beriringan dengan Si Kembar yang berbeda kelas.

“Ada apa Akaashi?” Tanya Bokuto ketika mendapati Akaashi memfokuskan pandangan kearah lain.

“Ah, itu… Cuma heran ngeliat Kozume dan kembar Miya jalan bareng. Kukira mereka nggak saling kenal.” Jelas Akaashi kemudian.

“Kenma?” Sambar Yaku yang ikut melihat kearah Akaashi memandang. “ … oh, kalau gak salah dia satu SMP sama Kuroo, deh.” Yaku mencoba untuk mengingat-ingat.

“kita ikuti mereka.” Ajakan Shinsuke yang muncul secara tiba-tiba. jelas saja kalau ucapannya itu membuat teman-temannya terkejut. Atau lebih tepatnya bertanya-tanya, untuk apa mengikuti mereka bertiga.

“tolong kalo muncul jangan kayak setan, Shin. Kaget tau nggak.” Omel Yaku.

“Jadi, kalian mau ikut atau nggak?” Shinsuke yang tadinya sudah memimpin jalan, harus menoleh kembali.

Awalnya, teman-teman Shinsuke saling melempar pandang. Ragu, tapi akhirnya mereka tetap mengikuti langkah Shinsuke.

*****

“harus banget ya, ngobrol ke taman belakang yang tempatnya banyak nyamuk begini?” Keluh Atsumu.

“Gapapa.” Ucap Kenma santai. “… disini nggak ada cermin, jadi aman.” Katanya lagi, kemudian bersandar pada salah satu pohon disana. Kedua alisnya Kenma sedikit naik, dengan kedua bola matanya yang menangkap beberapa bayangan di sudut sana.

Sontak, hal itu membuat Si kembar merasa kaget.

“emangnya kenapa dengan cermin?” Osamu bertanya, lalu duduk pada salah satu kursi panjang yang sudah sedikit usang. Letaknya berada tepat dibawah pohon ceri.

“kalian juga tau lah, rumornya gimana. Apalagi asrama lagi sepi.” Jawab Kenma, lalu tersenyum lembut.

Atsumu menyerngit, karena menurutnya Kenma terlalu banyak berbasa-basi.

“oh, gue kira orang ansos kayak lo gaperduli sama rumor konyol begitu.” Berbeda hal-nya ketika menanggapi ucapan Osamu. Ketika berlawan bicara dengan Atsumu, Kenma senang mengeluarkan ekspresi seolah ia sedang menantang Atsumu.

“kok lo kesel gitu, sih?” Kata Kenma sembari tertawa kecil.

“Lo…” emosi Atsumu pecah. Tangannya langsung menarik kerah baju Kenma dengan begitu kasar.

“Stop! atau gue lapor guru.” Suara itu membuat Atsumu segera melepaskan cengkramannya. Tentu saja, ia semakin kesal karena Kenma menunjukkan sebuah senyum kepuasan.

Shinsuke, Akaashi, Bokuto, dan juga Yaku. Mereka berempat segera bergabung disana, meskipun sebelumnya memlih untuk menguping dari balik tembok. Keributan yang hampir terjadi membua Shinsuke memutuskan untuk menampakkan diri.

“Thanks, Atsumu. Gue Cuma bercanda kok, soalnya ada yang nguping, sih.” Kali ini pandangan Kenma bergulir kepada empat orang dihadapannya. Sifatnya itu bukan hanya mengagetkan Shinsuke dan yang lainnya, tapi juga Atsumu dan Osamu.

“kode-kode dulu kek kalo tadi Cuma boongan.” Omel Atsumu sebab Kenma berhasil memancing emosinya seperti orang bodoh.

“gak natural nanti adegannya.” Tolak Kenma.

Akaashi terbelalak ketika melihat Kenma bisa berbicara begitu santai. Ia jarang melihat Kenma berinteraksi dengan siapapun.

“Kak Shinsuke sampai repot-repot menguping. Ada apa, ya?” Kenma memutuskan untuk memulai pembicaraan. Lawan bicaranya, Kita Shinsuke- menyeringai kecil. Ia takjub dengan kepekaan Kenma terhadap sekitar.

Mereka semua sepakat untuk duduk meligkar dibawah pohon yang cukup rindang itu.

“Gue udah tau kok… perihal Kuroo yang terobsesi banget buat ngungkap kasus hantu cermin itu.” Kata Kenma mulai menjelaskan. Sedari awal, Kenma sudah pernah berucap kalau firasat Kuroo tidaklah benar. Dilihat dari suduh manapun, Ushijima adalah manusia biasa. “… dia betul-betul terpuruk karena dugaannya itu salah.”

Semuanya mengangguk setuju. Mereka masih mengingat, hari dimana Kuroo menyerahkan diri ke hadapan para guru. Kuroo juga mengajukan permohonan supaya dirinya dijebloskan kedalam lapas remaja. Iya, semua hukuman itu atas kemauannya sendiri. Mungkin, sebagai bentuk penebusan dosa karena sudah menuduh Ushijima, bahkan membunuhnya.

Melihat orang-orang disekelilingnya tak berkomentar apapun, membuat Kenma berkeputusan untuk memberitahu hal yang begitu penting. “kalian tau? Kuroo sudah mati diracun.” Katanya.

Mau tahu? Orang-orang yang ada disana masih mematung, beberapa diantaranya ternganga. Mereka mungkin bertanya-tanya darimana Kenma mengetahuinya, dan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Untuk itu, Kenma memutuskan untuk menjelaskan kembali.

“gue berkunjung ke lapas pagi tadi, dan berpapasan sama kak Tendou di tangga gedung asrama. Nggak ada yang aneh dari kelakuannya, dan yang gue tau dia itu temen deket dari Kak Ushijima. Otak gue sempet ngedoktrin kalau si Kak Tendou ini mungkin dendam sama Kuroo, apalagi seringainya itu bener-bener bikin gue merinding.” Jelas Kenma begitu panjang.

“Wait… kok jadi ngomongin Tendou?” Bokuto mengangkat tangannya. Khas seperti orang yang ingin mengajukan pertanyaan.

“Kak Bokuto, Kozume belum selesai cerita… tolong dengarkan dulu sampai selesai.” Saran Akaashi, mempersilahkan Kenma untuk segera melanjuti ceritanya. Sementara Bokuto cemberut karena rasa penasarannya tak langsung mendapatkan jawaban.

“di lapas, Kuroo udah pucat dan bicaranya mulai ngelantur. Tapi dia sempat bilang, kalau Tendou berkunjung dan mereka berdua sama-sama minum es kopi yang dibawa sama Tendou.” Kenma menggunakan jemarinya untuk membentuk bidang lingkaran, sebagai gambaran sebuah gelas.

“Ah, Tendou yang ngeracunin es kopi milik Kuroo?” Yaku mengambil simpulan demikian, yang langsung diangguki oleh Kenma.

“gue sempet rekam kok, dengerin ya.” Kenma melepas kabel earphone yang tertancap pada ponselnya, kemudian memutar satu rekaman dengan suara sedang. Ia mengisyaratkan teman-temannya untuk lebih mendekat, supaya suaranya bisa terdengar jelas.
Kan bisa dibesarin aja suaranya. Kenma enggan melakukannya. Ia tidak ingin menerima risiko apabila ada orang lain yang mendengarkannya juga, atau lebih tepatnya menguping.

PIP-!
“karnaah Tendouh juga miwnumm esh kopi yang samaa… gueh mikhierr kalooo kopi gueee ituh Cuma kopi biasszah. Tap.. tapih, Ken… tendouh pwinter bhangets haha…” – Kuroo

“Pinter gimana?” – Kenma

“yaach, itulooo dia sengajah langsungh seeruuput habish kopinyaah.” - Kuroo

“jadi lo ga sadar kalau kopi itu mengandung sianida?” – Kenma

“hngg… ngga… HOEEKKK!!” –Kuroo
PIP-!

Kenma menekan tombol berhenti pada rekaman itu.

“jadi dua es kopinya sama-sama beracun? Kok Tendou gak mati juga?” Tanya Bokuto dengan wajah polosnya.

Entah dia benar-benar polos atau memang bodoh.

“berarti yang mengandung sianida itu es batunya, buka kopinya.” Osamu buka suara, sedangkan Kenma langsung mengacungkan jempolnya.

“ah, pantes Tendou langsung minum sampai habis. Kuroo pasti minum kopi itu setelah sebagian atau seluruh es batunya mencair.” Shinsuke berasumsi demikian.

“loh terus kenapa nggak ada efek apapun sama Kak Tendou? Pasti es batu dia juga mencair walaupun sedikit.” Sanggah Atsumu. Ia berpikir kalau seharusnya Tendou mengalami efek yang serupa, meskipun tidak sekronis yang dialami oleh Kuroo.

“Dasar bego.” Tangan Yaku terpeleset. Ia menjitak kepala Atsumu hingga meng-aduh dengan suara yang cukup renyah. “… sama hal-nya kayak biji apel yang mengandung sianida, meskipun kita telan nggak akan nimbulin efek apapun karena kandungan sianidanya nggak banyak.” Kata Yaku kemudian.

Atsumu hanya mengangguk-angguk seperti orang bodoh. “Oh, begitu…” Katanya.

“maaf ya, kembaran gue emang otaknya kecil.” Ejek Osamu dengan wajah datarnya itu. Sontak, perkatannya menjadi ajang tertawaan oleh teman-temannya yang lain. Sementara sang kakak menatapnya dengan bibir cemberut.

“yang sopan sama abang!” Atsumu mencubit kedua pipi Osamu.

Osamu menepisnya pelan kemudian berkata… “Sorry, gue anak tunggal.”

“Anjing lo, Sam!” Emosi Atsumu memuncak. Ia segera mengejar Osamu yang sudah berlari, menjauh dari teman-temannya yang masih berkumpul disana.

“mau heran tapi itu si Kembar Miya.” Shinsuke memijit pelipisnya yang terasa sedikit berdenyut. Kericuhan suara si Kembar benar-benar membuatnya pusing kepala.

“anu… Kozume.” Panggil Akaashi.

“Ya?” Kenma menoleh.

“itu yang mau lo ceritain ke si Kembar? Apa hubungannya dengan mereka?” Tanya Akaashi yang mulai penasaran.

Kenma terdiam sejenak. “Osamu dan Kak Tendou itu kan dekat, awalnya gue pengen peringatin Osamu supaya hati-hati sama Kak Tendou. Dia baik, tapii dia juga nekat sampe ngeracunin orang lain.” Jawab Kenma.

“kalau begitu, kita juga harus berhati-hati dengan Tendou.” Bokuto memperlihatkan raut wajahnya yang sedang ketakutan.

“untuk apa? Toh dia juga bakalan masuk lapas.” Sambar Yaku kemudian.

“Gak perlu, Tendou udah hangus terbakar di ruang klub memasak.” Shinsuke berusaha memecah kebisingan yang tidak ada habisnya. Benar saja, teman-temannya langsung membeku disana.

“kok lo tau juga?”  Kenma memiringkan kepalanya sedikit.

“Nguping.” Jawab Shinsuke singkat.

Yang masih menjadi pertanyaan adalah, mengapa Tendou bisa tewas terbakar didalam Ruang Klub Memasak?

To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

6K 717 15
Neo hanya seorang aktor yang selalu membintangi drama romance, tapi sayangnya kok orang malah jodohin dia sama lawan mainnya ... bukan FL tapi Second...
722K 67.4K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
42K 7.4K 31
Semi Eita, Oikawa Tooru, Kita Shinsuke, dan Miya Atsumu. Mereka berempat harus kembali menginjakkan kaki disebuah bangunan tua terbengkalai. Disanala...
208K 19.7K 44
Halo! Selamat datang di Kos-Kosan Bromo! Kos yang dikenal sama tetangga karena para mahasiswa tampan, kekar, dan manis yang tinggal bersama-sama di s...