MEMINJAM WAKTU

By Octoimmee

163K 18.2K 1.9K

Ada banyak Rahasia yang disimpan oleh seorang Lima Ayudia. Rahasia yang membuat dirinya menjadi wanita yang p... More

BAB 1 WAKTU PERTAMA
BAB 2 WAKTU KEDUA
BAB 3 WAKTU KETIGA
BAB 4 WAKTU KEEMPAT
BAB 5 WAKTU KELIMA
BAB 6 WAKTU KEENAM
BAB WAKTU KETUJUH
BAB WAKTU KESEMBILAN
BAB WAKTU KESEPULUH
BAB WAKTU KESEBELAS
BAB WAKTU KEDUABELAS
WAKTU KETIGABELAS
PENGUMUMAN
WAKTU KEEMPATBELAS
WAKTU KELIMABELAS
WAKTU KEENAMBELAS
WAKTU KETUJUHBELAS
WAKTU KEDELAPANBELAS
WAKTU KESEMBILANBELAS
WAKTU KEDUAPULUH
WAKTU KEDUAPULUH SATU
WAKTU KEDUAPULUH DUA
WAKTU KEDUAPULUH TIGA
WAKTU KEDUAPULUH EMPAT
WAKTU KEDUAPULUH LIMA
WAKTU KEDUAPULUH ENAM
WAKTU KEDUAPULUH TUJUH
WAKTU KEDUAPULUH DELAPAN
WAKTU KEDUAPULUH SEMBILAN
WAKTU KETIGAPULUH
WAKTU KETIGAPULUH SATU
WAKTU KETIGAPULUHDUA
WAKTU KETIGAPULUH TIGA
WAKTU KETIGAPULUH EMPAT
WAKTU KETIGAPULUHLIMA
WAKTU KETIGAPULUH ENAM
WAKTU KETIGAPULUH TUJUH
WAKTU KETIGAPULUH DELAPAN
WAKTU KETIGAPULUH SEMBILAN
WAKTU KEEMPAT PULUH
WAKTU EKSTRA 1,2,3,4,5
MEMINJAM WAKTU (CLOSURE)KIRAN WIRA TARUNA JERICHO&ALIN

BAB WAKTU KEDELAPAN

4K 446 45
By Octoimmee

"Saat itu aku berjalan dengan mengabaikan mu,
Mengacuhkan setiap tanda-tanda yang coba kau ungkap.
Kini setelah aku punya waktu untuk bisa memahami..

Giliran kamu yang sudah tak punya waktu
Kini akankah semua menjadi rahasia?"












Waktu kedelapan

Kini ia bisa mendengar dengan lebih baik.

Ia mendengar suara ritmis yang seolah mengiringi denyut nadinya.

Suara yang familiar yang sering ia dengar di film film dengan latar belakang rumah sakit.

Ah yaa...apakah kini dia dirumah sakit?.

Ia senang karena suara dengungan ditelinganya sudah hilang. Kininia bisa mendengar dengan jelas.

Ah, aroma itu muncul lagi.

Ia menduga-duga apakah yang selanjutnya terjadi.

Ia merasakan hangat dan lembut menempel dikeningnya.

Ia merasakan telapak tangannya sedang digenggam. Punggung tangannya seperti dibelai dengan jari. Tak lama ia merasa hembusan hangat ditelinganya.

"Apa kabar hari ini sayang? kamu ngga kangen sama aku? Ngga kasihan liat aku nungguin kamu bangun? Jangan menyerah sayang..
pulang demi aku...kamu harus berjuang...aku kangen..."

Ia mendengar suara berat yang asing ditelinganya. Siapa pria yang tengah berbisik padanya?
.
.
.

********
.
.
.

Taruna membuka pintu bercat putih itu. Wangi aroma khas yang ia kenal langsung menyergap indera penciuman nya.

Sekilas ia mengarahkan pandangan keseluruh ruangan yang membuatnya semakin dibawa ke masa dulu, dimana pemilik rumah ini adalah bagian dari kebahagiaannya.

Lintang datang dari arah dapur membawakannya secangkir teh hangat.

"Saya buatkan teh mas..yang ada hanya teh jahe kesukaan Mba Lima.." Lintang meletakkannya dimeja makan.

"Terimakasih..." Taruna melangkahkan kakinya mendekati meja yang letaknya diantara ruang tamu dan dapur.

Rumah ini ditata dengan sangat rapi, khas Lima. Dan kembali Taruna seolah berada dimasa dulu ketika melihat bunga lily putih dalam vas kristal yang diletakkan ditengah tengah meja makan.

"Rumah ini dibersihkan sama Bi Jumi setiap hari, Mba Lima tidak selalu kesini, biasanya satu bulan dua kali setiap akhir pekan...kadang juga lebih tergantung kesibukan Mba Lima..."

Taruna mengangguk anggukan kepalanya.

"Umm...kalau Mas mau menginap,itu ada kamar tamu.." tangan remaja itu menunjuk dengan jari jempolnya sebuah kamar.

"Kalau yang itu ruang biasa Mba Lima melukis...dan yang itu kamar pribadi Mba Lima, selalu dikunci...dibersihkan kalau Mba Lima sedang disini saja..."

Taruna hanya bisa mengikuti kemana remaja itu menunjukkan ruangan ruangan.

"Mas mau istirahat atau mandi dulu? Nenek sedang memasak makan malam..nanti kalau sudah selesai saya antar kesini..."

Tadi Taruna memutuskan untuk melihat rumah yang diceritakan Lintang. Ia belum ingin bertemu dengan Wira dan Adera. Ia butuh sendiri.

Ia mengikuti sepeda motor Lintang, remaja itu cukup kencang melajukan motornya. Jika Taruna sudah tertinggal jauh, Lintang akan menunggu, lalu mulai jalan ketika ia melihat mobil Taruna.

Lalu lintas cukup macet karena akhir pekan, banyak orang menuju luar kota untuk berlibur ke pegunungan.

Taruna mengambil tas yang berisi baju bajunya dari mobil. Ia memutuskan untuk menginap dirumah ini.

Ia tau adik adiknya pasti berada dirumah mama. Ia masih ingin sendiri. Ia belum siap menghadapi mereka.

Sikap tertutup yang dia berikan sejak wasiat dibacakan, membuat keluarganya juga membiarkan Taruna.

Mungkin itu jugalah yang membuat mereka semakin jauh. Hubungan mereka menjadi sangat canggung.

Ketika ia selesai mandi, ia melihat dimeja makan tersedia beberapa menu. Meskipun ia tidak merasa lapar, ia paksakan diri untuk makan. Ia tau ia harus menjaga dirinya agar tetap sehat, ada banyak hal yang akan dia hadapi. Ia tak mau menjadi sakit. Ia juga harus berpikir jernih.

Taruna menikmati makan malam dalam diam, ia tak mencoba berpikiran apa pun.

Semalam ia sama sekali tidak bisa tidur. Kini ia merasa tenaganya terkuras habis.

Tak lama ia memutuskan untuk membaringkan diri. Ia lelah secara mental dan fisik.

Ia membaringkan dirinya dikamar tidur tamu.

Samar Taruna menghidu aroma lembut dari pengharum ruangan.

Lima suka mengoleksi wangi wangian. Dulu Lima lah yang sering membuat rumah terasa lebih menenangkan. Ia bisa memilih wangi yang sesuai untuk setiap ruangan.

Ditatapnya langit-langit kamar yang berwarna putih. Sementara Dibiarkannya tubuhnya berbaring mengistirahatkan lelahnya.

Ia mai memejamkan mata. Meresapi setiap hal yang ditangkap panca inderanya.

Bayangan Lima yang ia sayangi sebagai adik, Taruna biarkan menjajah pikirannya, membiarkan kenangan indah menguasai dirinya.

Kali ini ia ingin mengenang Lima, mengijinkan hatinya untuk berduka bagi wanita itu.

"Lima......"
Satu tetes air mata lolos dari ujung matanya, diikuti yang kedua dan seterusnya. Ia biarkan dirinya berduka untuk Lima.




********







"TIDAK!"

Suaranya lantang ketika wasiat itu dibacakan.

Semua yang hadir terkejut, bukan hanya karena suara Taruna yang terlalu keras, tapi juga karena isi dari wasiat itu.

"INI TIDAK.MUNGKIN!!" Jeritnya lagi.

"Om Krisna, katakan ini hanya omong kosong belaka!!" Amarah dari Taruna rak bisa ia tahan.

Pria yang dipanggil Om Krisna itu menatap Taruna dengan tenang.

"Ini wasiat Papamu Ru, bukan omong kosong" Ia mengerti mengapa Taruna meradang.

Tapi wasiat yang ia bacakan adalah benar benar keinginan Heru Hardiatmaja Kliennya yang juga adalah sahabatnya. Ia hanya pengacara yang ditunjuk untuk mengatur semuanya secara hukum.

"Tapi mengapa aku harus menikahi Lima? demi Tuhan dia adikku..."

Taruna Frustasi, bagaimana mungkin papanya menginginkan ia menikah dengan Lima?.

Meskipun Papa atau bahkan jika mama juga tiada ia tidak mungkin membiarkan Lima sendiri, ia akan tetap bertanggung jawab sampai Lima bisa mandiri.

Bahkan sampai kapan pun Lima akan tetap menjadi adiknya.

Tapi mengapa harus menikahinya jika hanya karena alasan agar Lima ada yang menjaga?.

"Itu permintaan papa, sayang...." Bujuk Mama sambil mengusap usap punggung Taruna yang terlihat kecewa dengan pembacaan surat wasiat papanya.

"Tapi ngga harus menikahi Lima juga kan ma...bagaimana mungkin aku menikahi adikku sendiri?" Taruna terus mengulanginya, berharap semua yang diruangan ini memahaminya.

"Dia memang adikmu Ru, tapi tidak kandung...dia menjadi bagian keluarga kita karena kedua orang tuanya sudah tidak ada..."

Taruna mendengus kasar.

"Tapi ma, aku sudah terlanjur melihatnya sebagai seorang adik.."

"Gue kira permintaan papa masih wajar Mas, Lima hidup sendiri, mungkin kalau lo nikahin dia, papa jadi lebih tenang..."

"Bacot Lo Ra, lo diam! Jangan sok dewasa! Jangan sok tau sama kehidupan gue! kenapa bukan lo aja yang nikahin Lima?"

"Papa tau gue sudah punya Arimbi Mas...Lo kan masih sendiri?"

"Diam ngga Lo! " Taruna menahan marah.

Dirinya sedang jatuh cinta pada seorang wanita. Wanita lembut berparas ayu, Kirana Larasati. Tapi belum ia perkenalkan pada kekuarga, karena Kiran belum menjawab keinginannya untuk melamar gadis itu.

"SUDAH!!!malah berantem, ngga liat mama sudah nangis? " Suara adik mereka Adera menengahi.

Wira buru buru menghampiri mamanya yang terlihat sedih.

"Maaf ma...maaf..." Desis Wira memeluk mamanya dari belakang yang sedang duduk dikursi.

Taruna yang tadi berdiri, akhirnya duduk, ia menyesal melampiaskan amarahnya. Ia hampir saja lupa jika Papa baru saja meninggal satu minggu yang lalu. Dan kini ia membuat ibunya kembali menangis.

"Maaf ma..." Bisik Taruna lemah, ia benar-benar tak percaya mendengar wasiat Ayahnya.

Suasana kembali hening.

"Saya lanjutkan pembacaan wasiat ini...." Krisna mengambil nafas dan kembali membaca, ia menyiapkan mental karena yang ia bacakan tadi belum seberapa dibanding dengan point wasiat selanjutnya.

Ia selipkan doa sebelum mulai membaca.
.
.
.

********
.
.

Taruna keluar dengan wajah memerah menahan amarah yang sangat besar. Giginya gemeretak menahan kata kata kasar yang berdasarkan dikepalanya.

Hanya tundukkan kepala ibundanya yang sedang menahan isak tangis yang menjadi kekuatannya untuk tidak menyuarakan kekecewaannya. Ia terlalu menghormati wanita itu.

Taruna berlalu dari ruangan itu dengan sakit kepala yang tak tertahankan. Ia merasa dikhianati oleh Ayahnya sendiri.
Oleh orang yang sangat ia kagumi.

Harga dirinya tidak ada lagi. Ia seorang Hardiatmaja yang dilupakan oleh Ayah kandung ya sendiri.

Seumur hidupnya ia menuruti semua keinginan papa. Ia sadar sebagai anak paling besar, ia akan menjadi pengganti Papa. Dutepisnya semua keinginannya untuk menjadi Dokter, ia menuruti Papa yang mengaturnya kuliah di Fakultas Ekonomi yang akan mematangkan kemampuan bisnisnya.

Sementara Wira adiknya bisa tetap kuliah di jurusan Geologi dan Adera sekolah mode. Hanya Taruna yang membuang mimpinya demi menyenangkan papa.

Tapi kini apa yang di dapatnya??
Sebuah perintah lagi, untuk seumur hidupnya. Ia meringis menahan getir.

Baru saja ia meraih pegangan pintu mobil, ketika sebuah suara memanggilnya.

"Mas Aru...."
Biasanya ia akan tersenyum mendengar namanya dipanggil oleh nya, kini rasa itu hilang.

Lima

Ditekannya kemarahan itu. Lima tidak tau apa apa, tidak adil jika ia membenci gadis itu.
Taruna berbalik dan mendapati Lima tersenyum padanya.

Kali ini senyum itu berbeda, biasanya senyum lebar dan mata berbinar ceria, kini Lima terlihat tersipu sipu.

"Mas Aru mau kemana? kan belum makan...aku sudah masakin sup jagung kesukaan Mas..."

Taruna berusaha tersenyum
"Mas ngga makan dirumah, nanti saja, masih ada urusan dikantor..."

Wajah itu terlihat kecewa.

"Sebentar saja mas...makan ngga lama kok...."

"Nanti saja Lima, mas berangkat dulu...."

Dengan senyum getir Taruna berbalik

"Mas....."

Taruna menghela nafasnya. Kesabarannya habis.

"Aku ngga keberatan kok menikah dengan Mas Aru..."

Tubuh Taruna menegang. Ia masih membelakangi Lima.

Lima sudah tau?

Taruna mengepalkan tangannya. Perlahan ia berbalik dan menemukan Lima yang tertunduk dengan satu tangan sedang mengaitkan rambut panjangnya kebelakang telinga.

"Kamu tau....?" Bahkan suara Taruna bergetar menahan ledakan yang sudah ditahannya dari tadi.

Lima mengangguk. Wajahnya memerah menahan malu dan bahagia disaat bersamaan

"Om Krisna membacakan wasiat Papa untuk Lima tadi pagi.."

Taruna berusaha menelan air ludahnya yang terasa pekat.

"Kita tidak harus menikah Lima..."

Lima mengangkat wajahnya, tatapannya heran melihat Taruna

"Tapi itu kan keinginan papa mas? tidak mungkin ditolak?" Suara itu terdengar lirih.

"Aku ingin menikah karena cinta Lima...kamu adikku.. kita tidak saling mencintai...itu tidak mungkin..." Taruna berusaha tenang.

"Tapi..."

"Kamu ngga usah terbeban dengan wasiat itu Lima...Mas akan cari jalan keluar. Ingat kamu ngga wajib memenuhi permintaan papa...kamu bebas mau menikah dengan siapa saja yang kamu mau..."

"Tapi...."

"LIMA!!! Jangan Bodoh! Aku tidak mencintai kamu seperti kekasih, kamu hanya adikku, tidak lebih! jadi jangan berharap kita akan menikah! Persetan dengan surat wasiat itu!! Aku tidak akan pernah menikahi kamu!!! "

Kemarahan itu meledak didepan Lima. Wajah gadis itu pias, tubuhnya gemetar, belum pernah Taruna menaikkan suaranya ketika berbicara.

Tadi itu apa?

Bahkan wajah Taruna memerah dengan tangan terkepal berteriak melampiaskan kemarahannya.

Taruna segera pergi, dihempasnya pintu mobil dengan keras dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh

Tak dilihatnya Lima yang shock yang tak mampu lagi menahan tubuhnya untuk tegak.

Taruna juga tidak tau, jika hari itu juga hati Lima tak berbentuk lagi.








"Dalam penyesalan hanya ada satu permintaan,
bisakah aku kembali ke masa dimana aku bisa merubah keputusan yang aku ambil?
Dan aku tau jawabannya;

Tidak bisa........"







Teman-teman,  ini hari terakhir aku Update cerita ini.....
















Di hari Rabu.

Selanjutnya aku hanya akan update di hari Minggu saja.
😄😄😄

Karena aku tengah fokus ke Cerita Jejak Yang Tak Hilang dan Yang Terbaik.

So,nikmati membaca cerita ini, yang nantinya akan menggantikan hari tayang salah satu cerita di atas. Tergantung yang mana yang tamat duluan.

Komen yang banyak ya teman-teman.
💃💃💃✍✍💜🥰🥰🥰😚😚😚😚


Terima kasih buat semua Vote, Komen dan yang sudah Follow akun aku.
🥰⭐✍💃💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜


Continue Reading

You'll Also Like

625K 27.4K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.4M 72.2K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
569K 21.9K 47
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...