MEMINJAM WAKTU

Por Octoimmee

163K 18.2K 1.9K

Ada banyak Rahasia yang disimpan oleh seorang Lima Ayudia. Rahasia yang membuat dirinya menjadi wanita yang p... Más

BAB 1 WAKTU PERTAMA
BAB 2 WAKTU KEDUA
BAB 3 WAKTU KETIGA
BAB 4 WAKTU KEEMPAT
BAB 5 WAKTU KELIMA
BAB WAKTU KETUJUH
BAB WAKTU KEDELAPAN
BAB WAKTU KESEMBILAN
BAB WAKTU KESEPULUH
BAB WAKTU KESEBELAS
BAB WAKTU KEDUABELAS
WAKTU KETIGABELAS
PENGUMUMAN
WAKTU KEEMPATBELAS
WAKTU KELIMABELAS
WAKTU KEENAMBELAS
WAKTU KETUJUHBELAS
WAKTU KEDELAPANBELAS
WAKTU KESEMBILANBELAS
WAKTU KEDUAPULUH
WAKTU KEDUAPULUH SATU
WAKTU KEDUAPULUH DUA
WAKTU KEDUAPULUH TIGA
WAKTU KEDUAPULUH EMPAT
WAKTU KEDUAPULUH LIMA
WAKTU KEDUAPULUH ENAM
WAKTU KEDUAPULUH TUJUH
WAKTU KEDUAPULUH DELAPAN
WAKTU KEDUAPULUH SEMBILAN
WAKTU KETIGAPULUH
WAKTU KETIGAPULUH SATU
WAKTU KETIGAPULUHDUA
WAKTU KETIGAPULUH TIGA
WAKTU KETIGAPULUH EMPAT
WAKTU KETIGAPULUHLIMA
WAKTU KETIGAPULUH ENAM
WAKTU KETIGAPULUH TUJUH
WAKTU KETIGAPULUH DELAPAN
WAKTU KETIGAPULUH SEMBILAN
WAKTU KEEMPAT PULUH
WAKTU EKSTRA 1,2,3,4,5
MEMINJAM WAKTU (CLOSURE)KIRAN WIRA TARUNA JERICHO&ALIN

BAB 6 WAKTU KEENAM

4.3K 494 32
Por Octoimmee

"Sang waktu melewatiku, begitu saja.
Aku juga sering mengabaikannya.
sekilas sama-sama tak peduli,
Tapi bedanya jelas,
Sang waktu tak punya penyesalan
Sedangkan aku?
Dengan bebal mengharap sang waktu berulang"








.
.
.
.
Waktu keenam

Ia merasa seperti terjatuh dari tempat yang sangat tinggi, dan  merasa sangat kedinginan.

Ia berusaha menggapai sekelilingnya,  tapi tidak bisa. Dimana dirinya sekarang?.

Dengan panik ia berusaha melihat sekitarnya, tapi
Mengapa matanya berat sekali untuk dibuka?

Berkali ia mencoba membuka mata, tapi kelopak ini bahkan terasa lebih berat dari sebuah besi baja.

Kemudian Ia mencoba menggerakkan tangannya. Mengapa terasa sangat kaku?. Bahkan lehernya juga terasa seperti balok kayu keras,  kaku tak bisa ia gerakkan. Tapi ia tidak lemah yang menyerah begitu saja.

Ia mencoba menggenggam tangannya sendiri, menggerakkan jemarinya saling merapat satu sama lain, ini lebih mudah meski ia merasakan ngilu.

Setelah kedua tangannya mengepal perlahan ia lepaskan otot otot lengannya.ia kehilangan rasa, tapi tidak sepenuhnya. Ia terus berkonsentrasi penuh agar agar otot otot lengannya bisa ia kendalikan.

Ia bisa merasakan butir keringat jatuh dari dahinya. Ia tak mau berhenti. Ia tak mau terhadap lagi ke pusaran hitam yang menyedotnya tanpa ampun, yang membuatnya melayang layang tanpa bisa berpijak atau memegang.

Ia ingin berteriak, tapi tenggorokannya terasa sakit. Ia sedikit lega ketika tangannya mulai terasa rileks dan ia mulai bisa menggerakkan walau dengan gerakan samar.

Cukup untuk hari ini, ia sudah puas. Bahkan ia bisa merasa bahwa dirinya tidak lagi terhisap dalam pusaran hitam itu.

Ia hanya melihat cahaya putih yang lebih tenang dan ia bisa merasakan dirinya berbaring diatas tempat yang sangat lembut.

Kedua Ujung Bibirnya tertarik keatas membentuk lengkung senyum samar. Lalu ia terlelap kembali,  tapi kali ini ia lebih tenang.
.
.

********
.
.

Suasana pemakaman tampak mulai sepi. Orang orang yang berpakaian hitam satu persatu meninggalkan lokasi.

Disana di pusara baru yang penuh taburan bunga, kini hanya dikelilingi beberapa orang saja, yang saling diam dan memandang ke satu arah dengan tatapan sendu dengan isi pikiran yang berbeda beda.

Hanya satu isak tangis dari seorang wanita berambut blonde, dengan topi lebar berwarna hitam, sapu tangannya kini telah cukup basah menyerap seluruh air mata yang tumpah dari awal pemakaman hingga saat ini.

Dia Adera Hardiatmaja, sibungsu dan satu satunya wanita anak dari Hardiatmaja.

Mata Adera menatap nanar nisan putih yang bertuliskan nama

Lima Ayudia Sutjipto.

Kakak perempuan  yang begitu peduli padanya. Yang selama ini selalu punya waktu untuknya. Kapanpun dan dimanapun ia butuh Lima, kakaknya itu seperti ibu peri yang langsung datang.

Disampingnya ada Wira yang sedang merangkul pundaknya. Adera tau Wira juga terpukul dengan kepergian Lima.

Meskipun mereka sudah tau sangat sulit bagi Lima untuk sembuh, tapi harapan agar Lima tetap hidup selalu ada dalam doa doa mereka.

Sementara itu Taruna berdiri kaku memandang nisan dan entah yang keberapa kali ia mengeja nama itu dalam hatinya, nama yang beberapa tahun belakangan begitu jarang ia sebutkan.

Ia lebih memilih menyebutnya dengan 'perempuan itu'. Taruna merasa mulutnya terlalu bersih untuk menyebutkan nama itu.

Tidak ada yang bisa melihat apa yang bergejolak dalam pikirannya. Mata yang menjadi jendela jiwanya tertutup oleh kacamata hitam.

Semua terasa seperti mimpi yang bergerak secara perlahan. Waktu yang ia lalui hingga saat ia tiba dirumah sakit terasa sunyi,sesunyi pikirannya yang tidak menangkap sinyal apa pun.

Taruna tak bisa berpikir apapun, ia hanya diam dan melihat semua dikerjakan oleh orang orang disekitarnya.

Ia sampai dirumah sakit dengan Lima yang terbaring dengan tenang. Seluruh alat yang terpasang pada tubuhnya telah dilepas.

Wajahnya terlihat damai, kedua tangannya ditangkupkan ditengah perutnya. Mereka menunggu Taruna datang sebelum melanjutkan prosedur yang lain.

Hanya dengan anggukan darinya, tubuh Lima didorong keluar dengan khidmat dari ruangan.

Meskipun para petugas rumah duka  telah terbiasa menangani jenazah, tapi suasana duka yang mereka rasakan dari setiap keluarga yang ditinggalkan tetap memengaruhi mereka.

Lima dimakamkan jam sepuluh, Lima minta agar ia dusemayamkan dirumah duka satu hari saja, kebaktian yang hanya dihadiri keluarga inti. Begitu  informasi dari Dewa

Disinilah ia berdiri bersama orang orang terdekat Lima, kecuali dirinya?.

Taruna tersadar ketika lengannya direngkuh seseorang dan ia melihat Adera kini bersandar di lengannya.

"Miss you mas...." Adera baru datang pagi tadi dari Singapura. Ia langsung ke pemakaman.

Taruna menepuk lembut tangan Adera yang melingkar dilengannya. Lalu mengusap kepala adiknya itu dengan rasa sayang.

"Miss you too De...."

Adera dan Taruna membiarkan diri mereka saling berpelukan beberapa lama. Menyampaikan rasa  yang masih mereka coba selaraskan.

Keduanya tak membuka percakapan tentang Lima, tentang kepergian nya,  tentang diam mereka selama ini, hanya pelukan dan beberapa patah kata saja, seolah tau bahwa keheningan ini untuk sementara cukup bagi mereka.

Ini bukan waktu yang tepat bagi mereka untuk membahas ini. Semua mereka perlu waktu agar tak saling menyakiti. Ini saat mereka menghormati Lima yang telah terbaring tenang.

Akhirnya Adera melepaskan pelukannya, mengecup pipi Taruna sekilas. Adera melangkah pergi bersama Wira yang sedari kemarin tidak mengucapkan satu patah kata pun padanya.

Lalu satu tepukan di pundaknya, yang membuat ia menoleh. Dewa mencoba tersenyum .

"Gue duluan....take your time". Bisiknya

Taruna mengangguk

"Thanks Bro...."

Kini giliran Dewa yang mengangguk. Lalu sahabatnya dari SMP itu berlalu meninggalkannya.

Taruna ingin segera pergi, tapi kakinya seperti terpaku. Ia masih mengumpulkan semua kesadarannya, menyusun semua potongan potongan informasi agar ia bisa memahami apa yang ia alami kini.

Ia sudah bebas dari Lima, mereka tidak terikat dalam pernikahan lagi, ia bisa melegalkan status nya dengan Kirana.

Tapi ini terlalu  berlebihan, ia benar benar bebas dari pernikahan, dan semua miliknya kembali, dan Lima benar benar pergi selamanya, ya menurutnya itu terlalu berlebihan. Ia tidak siap dengan hal ini.

"Jangan pernah perlihatkan lagi wajahmu dalam hidupku..ingat, itu juga janjimu..."

Lima mengangguk.

"Aku ingat..."

Taruna mengumpat dalam hatinya.

Lima benar benar menepati janjinya.

Menyesalkan dirinya sekarang?

Ia membenci Lima....

Tapi bukankah kematian terlalu berlebihan untuk sebuah hukuman yang ia harapkan?

Ia tidak siap jika selama ini ia tidak mengetahui kebenaran dibalik wasiat Papa yang menyiksanya.

Taruna meraih kelopak kelopak bunga dipusara itu. Tanpa sadar seolah ia ingin menyentuh tubuh kaku Lima yang kemarin tak sempat atau tak mau ia sentuh?.

Sepanjang malam ia hanya memandangi wajah Lima yang telah dirias dan dibaringkan dengan gaun putih sederhana, rambutnya ditata dengan serangkaian bunga lily putih disisi kanan.

Lima terlihat cantik. Sejak kecil Lima adalah seorang gadis cantik.

Tak terhitung seringkali Taruna harus menghadapi para pria yang mendekati Lima. Menyeleksi mereka yang menaruh hati pada adiknya itu. Meskipun sejauh yang ia tahu tak satupun menarik perhatian Lima.

Hingga suatu hari, dirinya lah yang menjadi suami gadis cantik itu.

Taruna mengepalkan tangannya. Entah mengapa hatinya pilu.

Ia pasti menyakiti hati Lima saat hari pernikahan itu. Lima sejak kecil menyukai cerita dongeng romantis. Kisah pangeran dan putri yang saling mencintai hingga akhir hayat. Dan Lima mendapatkan neraka disepanjang pernikahannya.

Taruna mengatupkan rahangnya, menahan emosi yang sangat besar. 
Demi Tuhan apa yang telah dilakukannya?.

Lima...

Satu tetes air mata jatuh disudut matanya.

Bayangan Lima yang terbaring tenang dirumah duka kembali membayang.

Menurut Dewa semua yang Lima pakai sudah dipersiapkan sendiri.

Jadi Lima sudah tau kalau ia tidak akan lama lagi akan menyusul kedua orang tuanya.

Wajah tenang dengan hiasan bunga lily putih itu kembali jelas dibenaknya. Taruna ingat bunga itu kesukaan Lima. Bunga yang selalu menjadi pilihannya untuk dijadikan penanda lukisannya.

Lima mahir melukis, ia memiliki bakat dan mama mencarikan guru lukis yang membuat kemampuan  melukis Lima semakin baik.

Sepanjang malam tadi kenangan demi kenangan bersama Lima silih berganti hadir.

Hatinya pilu, Lima masih terlalu muda. Usianya baru saja tigapuluh tahun. Harusnya Lima masih bisa menikmati tahun tahun yang panjang

Apakah selama ini Lima makan dengan baik?. Tubuhnya kurus sekali..

Apakah selama ini Lima benar benar bahagia? Karena Lima terlihat dingin dan kaku, itu bukan dirinya

Apakah ia masih tersenyum dengan mata berbinar?. Selama ini ia melihat mata Lima yang selalu menatapnya datar.

Apakah Lima menderita ketika tau kalau dirinya telah menikah dengan Kirana dan memiliki seorang anak?.

Apakah Lima memberikan semua miliknya karena sudah lelah dan menyerah?

Siapa yang menemaninya disaat ia Sakit?

Kilasan saat Lima yang tidak pernah mau merepotkan orang lain ketika ia sakit.

Mengapa hatinya terasa begitu sakit?

Terbayang Lima kecil yang selalu menemaninya disaat dirinya sakit. Merawatnya, memastikan dirinya meminum obat dan makan dengan benar.

Ketika Lima sakit? dimana dirinya berada? Mungkin sedang tertawa bersama Nata dan Kirana.

Tiba tiba dering dari ponselnya menyela lamunannya. Ia tau itu panggilan dari Kirana, ia mengatur nada dering khusus.

Taruna belum siap untuk menjawab jika Kirana bertanya mengapa ia semalam tidak menjawab panggilan, karena Nata pasti menunggu telepon sebelum tidur.

Tadi malam ia tidak punya tenaga untuk menjawab telepon dari Kirana. Ia tidak bisa berpikir apa pun, ia hanya bisa memandangi wajah Lima dengan selaksa tanya yang masih tersimpan.

Tapi ia tak mungkin mengabaikan panggilan ini. Kirana pasti akan sangat kuatir.

Ia meraih ponselnya.

"Halo....". Suaranya bahkan tidak keluar dengan baik, parau dan lemah.

"Halo mas..... "

"Nata mana?". Kali ini ia mencoba menormalkan nada suaranya, ia berharap Kirana tidak bertanya apa apa.

"Umm lagi main sama bi Inay...mas sakit ? Suaranya serak?".

See?, Kirana terlalu mengenal dirinya. Ia selalu kesulitan untuk menyembunyikan sesuatu dari wanita yang dicintainya itu.

"Ngga kok, mas ngga apa apa..."

"Oh...syukurlah...sudah sarapan pagi tadi?.."

Taruna tau Kirana tidak percaya,  hanya menahan dirinya untuk tidak bertanya lebih jauh. Kirana selalu memberikan waktu pada Taruna jika ia belum bisa bercerita.

"Sudah..."

"Ummm..."

Taruna kini duduk, ia tak peduli lagi jika celananya kotor. Ia lelah, suara Kirana yang selalu membuatnya tenang membuat Taruna bisa melepaskan emosi yang ia tidak bisa ungkapkan sejak kemarin.

"Kiran...." Kini suara Taruna bergetar, air mata yang ia tahan sejak kemarin kini mengalir tanpa bisa ia cegah.

"Lima......"

Kirana menahan nafasnya, setelah sekian tahun lamanya Taruna akhirnya menyebut nama wanita itu. Tiba tiba rasa tak nyaman menghampirinya.

"Ya mas?..."

"Lima meninggal...Lima meninggal...kemarin sore...dia sakit...".

Suara itu terdengar hancur. Lalu suara isak yang memilukan terdengar, lalu diikuti suara tangis yang ditahan dari seorang pria yang tak pernah Kirana lihat dan dengar menangis.

Kini pria itu menangis...

Tubuh Kirana bergetar, ia segera meraih kursi dan duduk agar tubuhnya tidak limbung.

"Ya Tuhan..." Kirana menjerit lirih.

"Kiran...aku tidak tau harus merasakan apa...semua begitu membingungkan...semua sudah diserahkan Lima...dia sudah memberikan surat perceraian,  dia mengatur semua... membuat semua urusan mas menjadi lebih mudah...mungkin dia menyesal.. mungkin dia merasa bersalah...karena itu..mungkin ia tau umurnya tidak lama lagi, mungkin ia ingin menebus rasa bersalahnya..entahlah Kiran...dia sakit parah Kiran...Mas ngga tau...mas ngga bantu dia saat sakit...sakitnya parah....Mas hanya bilang agar dia jangan menampakkan dirinya lagi, dan dia benar benar melakukannya....sejak dulu Lima selalu nurut sama mas....Lima Pergi...kata Dewa Lima harusnya istirahat..Lima...Limaa.."

Kirana mendengar Taruna meracau seperti seorang anak kecil. Kirana tau jauh didalam hatinya Taruna merasa bersalah, Taruna sebenarnya sedang menyesal.

"Mas.....tenang...jangan seperti itu, semua sudah ada yang atur..Tuhan tau apa yang terbaik..."

"Lima....dia sendiri..aku...Kiran..aku nggak tau, benar-benar ngga tau..."

Kirana hanya mendengar suara tangis pilu diseberang sana. Ingin sekali ia segera terbang dan memeluk pria yang sangat dicintainya itu.
.
.
.
*****
.
.

"Mataku menatap nanar sebuah tulisan orang bijak,
Waktu tidak akan bisa kembali. Isilah waktumu dengan memaafkan.
Seandainya saja aku memahami itu sejak dulu"





Seguir leyendo

También te gustarán

624K 27.3K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
368K 28.4K 59
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...
2.6M 39.5K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.9M 304K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...