STAR

By DwiMartiningsih0813

6.1K 292 60

Cerita Ini mengisahkan tentang seorang gadis culun, polos/lugu, kepintaran di atas rata-rata, namun super dup... More

Prolog
STAR_01
STAR_02
STAR_03
STAR_04
STAR_05
STAR_06
STAR_07
STAR_08
STAR_ 09
STAR_10
STAR_11
STAR_12
STAR_13
STAR_14
STAR_15
STAR_16
STAR_17
STAR_18
STAR_19
STAR_20
STAR_22
STAR_23
STAR_24
STAR_25
STAR_26
STAR_27
STAR_28
STAR_29
STAR_30
STAR_32
STAR _33
STAR_34
STAR_35
STAR_36
STAR_37
STAR_38
STAR_39
STAR_40
STAR_41
STAR_42
STAR_43
STAR_44
STAR_45
STAR_46
STAR_47
STAR_48
STAR_49
STAR_50
STAR_51

STAR_21

117 5 0
By DwiMartiningsih0813

Di sebuah rumah besar itu terlihat seorang pria yang bertekad mengakui perasaannya terhadap si gadis pujaan hatinya. Pria tampan yang berkharisma itu telah jatuh cinta kepada seorang gadis cantik yang akhir-akhir ini telah muncul di dalam pikirannya.

Pria itu bernama Vino Addison. Vino Addison seorang pria yang tampan, cerdas yang jadi incaran wanita-wanita luaran sana ini telah mengakui perasaannya dan hari ini ia bertekad ingin menyatakan perasaannya kepada si gadis pujaan nya.

Tempat di gedung sekolah Vino sudah menyiapkan strategi bagaimana cara menyatakan cintanya. Gugup? Itulah yang dirasakan pria tampan itu sekarang, dari atap gedungs sekolah ini dapat ia lihat sosok wanita yang membuat jantungnya gugup sejak pagi.

" Gw pria jantan dan gw harus mengakuinya. Walaupun gw nggak tau akan sakit atau bahagia," Gumam Vino sembari menatap layar ponselnya

Vino mengirimi pesan lewat Via WhatsApp dan di balas oleh sang empu. Mendapat balasan Vino merasa gugup karna gadis itu mau menemuinya di atap sekolah.
Huh memang pria tidak romantis.

Beberapa menit telah berlalu namun kini gadis itu tak kunjung datang.

" Kamu mau nggak jadi pacar aku?"

" Ahh enggak itu terlalu lebay,"

Gumam Vino berlatih bicara.

" Vin kamu lagi ngapain disini?"

Suara yang familiar di telinganya yang akhir-akhir membuat jantungnya berdegup kencang itu kini berada di belakangnya. Namun, Vino pria terpopuler kedua di sekolah dan ia akan sedikit biasa saja.

" Lo udah dateng,"

" Kenapa? Kok gugup gitu?"

Vino tersentak mendengar ucapannya yang mengatakan dirinya gugup. Apa wajahku terlihat gugup? Itulah yang ada di pikirannya sekarang.

Gadis itu berjalan mendekati Vino dan berdiri di dekat pembatas.

" Oh iya mau ngomong apa?" Tanyanya

" Eum itu gw,"

" Apa? Kenapa sih kok kaya gugup gitu?"

" Gw mau ngomong serius sama lo,"

Ok sekarang Vino serius.

" Ok ngomong aja. Apa?" Kini gadis itu menatap mata elang itu

" Gw nggak tau kapan dan dimana perasaan ini datang. Tapi, yang gw rasakan sekarang yaitu gw bahagia liat lo,"

Sang gadis yang awalnya menatap Vino biasa aja kini sedikit mengubah posisi.

" Maksud kamu apa?"

Vino memejamkan matanya dan menarik nafas dalam-dalam. " Gw suka sama lo!"

Gw suka sama lo! Seakan-akan menggenggam di telingga gadis itu. Terkejut? Ya itulah yang di rasakan Adel saat ini, bagaimana tidak orang yang sudah ia anggap abangnya sendiri sekarang sedang mengaku menyukainya.

" Hahah kamu jangan bercanda deh. Sekarang masih pagi hallo kamu udah sarapan kan?" Ucap Adel seakan semua ucapan Vino tadi hanyalah bercanda

" Gw serius!" Tekan Vino dengan wajahnya serius

Adel hanya diam dan memalingkan wajah ke arah lain.

" Percaya atau tidak ini kejujuran gw. Gw suka sama lo,"

Adel hanya diam tak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang. " Del? Kenapa lo diem aja?"

" Kenapa kamu bisa suka sama aku?"

" Ya gw nggak tau. Emangnya kalau gw suka gw harus ngelarang buat nggak suka sama lo, nggak Del gw nggak bisa!"

" Maaf tapi aku udah anggap kamu seperti kakak aku sendiri,"

Dari ucapan Adel sudah Vino yakini jika sekarang perasaannya di tolak pelan-pelan. " Aku nggak nyangka kamu bisa suka sama aku."

" Maaf tapi aku nggak bisa, lagi pula sekarang aku udah punya pacar,"

Terlihat dari wajah Marvin yang sedikit terkejut. " Pacar? Siapa?" Tanyanya penasaran

" Orang yang selama ini aku kejar, yang selama ini aku pikir nggak bisa aku gapai sekarang aku bisa menggapai nya,"

" Jangan bilang pacar lo Marvin?" Ucap Vino sedikit di tekan

" Tidak ada lagi orang yang aku kejar selain dia,"

Sakit hati? Itulah yang saat ini ia rasakan. Orang yang ia suka dan sayangi berpacaran dengan teman dekatnya sendiri, tuhan memang adil tidak bisa ku dapatkan tapi temanku bisa mendapatkan nya.

" Oh kalau begitu selamat," Ucapan selamat dari Vino kepada Adel.

Adel membalas uluran tangan Vino. " Maaf gw ganggu waktu belajar lo. Lo bisa kembali ke kelas lagipula bel masuk sebentar lagi."

Perasaan tak enak di dalam hati Adel terus menghantuinya. Adel benar-benar  tidak menyangka jika kedekatan nya dan Vino mendatangkan perasaan, ini bukan sepenuhnya kesalahan Vino karna ini adalah hak dia untuk mencintai siapa yang dia suka.

" Aku ke kelas duluan yah kak,"

" Iya nggak papa," Vino berusaha tersenyum walaupun hatinya melarang tersenyum

" Tapi kakak nggak marah kan sama Adel?"

" Nggak lah masa marah. Katanya mau ke kelas,"

" Aku duluan Assalamualaikum,"

" Waalaikumsalam,"

Adel pergi dengan kecanggungan dan tak enak. Di sepanjang jalan dan belajar Adel tidak bisa fokus.
Gw suka sama lo! Terus menghantuinya hingga jam terakhir pun masih menganggu.

Bel pulang berbunyi ntah ada angin apa Irene mengajak Adel ke rumah sakit untuk jenguk Marvin. Adel awalnya penasaran karna tidak biasanya Irene mengajak nya jenguk Marvin.

" Irene lo punya ati nggak sih. Udah tau Adel suka banget sama tu ice, lo malah bersikap seakan-akan lo yang suka sama tu ice," Ucapan Kiara berhasil menyadarkan Adel

" Kiara ada benarnya juga. Apa Irene suka sama kak Marvin? Tapi kalau ia kenapa nggak bilang? Dan kenapa dia malah ngedukung aku," batin Adel

" Lo jangan berpikir buruk dulu dong. Lo jangan ngerusak persahabatan gw sama Adel, gw cuman mau jengguk Marvin aja lagi pula gw kan ajak Adel juga gw tau kalau dia juga mau jengguk Marvin. Yakan Del?" Tanya Irene menatap Adel

Adel hanya tersenyum dan mengangguk pelan. " Terserah lo aja deh. Gw cape debat sama orang yang nggak mau ngalah kaya lo." Ucap Kiara ketus

" Udah_ udah kenapa malah debat disini sih? Mau jengguk kan? Yaudah ayok,"

Irene menarik Adel dan bergegas pergi yang di susul Kiara. Dari belakang tiba-tiba ada klakson mobil, kaca mobil itu terbuka menampilkan Justin dan Vino disana.

Melihat Vino membuat Adel teringat lagi kejadian tadi pagi dimana Vino menyatakan perasaannya.

" Woy mau kemana?" Tanya Justin dengan mulutnya yang asik mengunyah permen karet

" Kepo lu bapak gw juga bukan!" Sahut Kiara dengan nada tinggi

" Diem lo anak jelangkung. Gw nggak nanya lo,"

" Wah kurang ajar. Bukan berarti lo kakak kelas gw, lo bisa seenaknya sama gw!"

" Dasar culun palsu," Gumam Justin yang masih terdengar jelas di telinga Kiara

" Apa lo_"

" Shuttt udah diem," Sergah Irene sembari menempelkan telunjuknya di bibir Kiara yang terbuka lebar

Kiara menepis tangan Irene dari mulutnya. " Apaan si lo mana bau asem lagi." Gumam Kiara kesal

" Kita mau ke rumah sakit," jawab Irene

" Oh sama gw juga mau ke rumah sakit, mau jengguk Marvin kan?" Tebaknya

" Iya,"

" Yaudah bareng aja biar sekalian,"

" Serius lo? Tumben baik?"

" Lah baru tau neng? Kemarin kemana aja,"

Irene menarik Adel dan Kiara masuk ke dalam mobil. Ada rasa canggung saat di dalam mobil, tapi Adel tidak ingin bersikap seperti itu. Ia mencoba mengajak bicara Vino agar nantinya tidak terlalu canggung dan untungnya Vino merespon baik.

Sesampainya di rumah sakit mereka langsung masuk ke dalam ruang rawat VVIP Marvin. Terlihat Marvin yang sibuk main games disana, melihat kehadiran sahabat dan pacarnya Marvin langsung menyimpan ponselnya di nakas.

" Hallo Bro..." teriak Justin

" Ekhem Assalamualaikum," teriak Kiara tak kalah keras Justin yang awalnya semangat setelah mendapat suara yang bisa mengazabnya langsung terdiam dan malu

Vino menghampiri Justin dan merangkulnya. " Tumben kesini ngapain?" Tanya Marvin polos

" Ye ilah bukannya bersyukur di jengguk oleh orang terpandang di seluruh komplek,"

" Lo nggak habis-habisnya ngelawak. Nggak cape apa?" Gubris Kiara

" Mulut-mulut gw kenapa jadi lo yang berisik," Timpal Justin tak kalah

" Udah-udah jangan debat mulu," Sergah Adel karna pusing ngadepin dua sejoli itu

" Vin gimana keadaan lo?" Tanya Vino selaku sahabat baiknya

" Keliatannya?"

Tak mendapat jawaban akhirnya Vino memegang bagian tubuh yang sakit. " Aahhh gila lo yah!" Teriaknya

" Oh berarti lo lagi sakit," Ucap Vino polos

" Vin gimana keadaan kamu?" Tanya Irene yang tak sadar kalau ada Adel disana

" Lo pake nanya. Kan tadi Vino udah nanya sayang,"

" Apaan sih lo najis tau nggak," sahut Irene ketus

" Bwahahha mantap nggak tuh," Gelak tawa puas Kiara menertawai Justin

" Lo lama-lama bikin gw emosi," Justin berjalan ke arah Kiara dan membawanya keluar ruangan paksa.

" Del tolongin gw jauhin si tua bangke ini dari wajah gw," teriak Kiara di luar sana

Belum sempat Adel berbalik. " Ekhem."

Deheman Marvin yang berhasil menghentikan langkahnya.

" Vin gw denger orang yang nabrak lo itu di sengaja,"

" Mungkin,"

" Gw seneng lo nggak papa,"

Satu kalimat berhasil mengalihkan perhatian Adel yang awalnya menunduk kini mata drak itu menatap Irene.

" Maksud Irene apa sih? Apa dia nggak sadar dengan apa yang dia katakan?"

" Oh iya gw punya kue buat lo," Irene menyodorkan sebuah kotak berisi kue.

Adel hanya bisa diam dengan tatapan satu titik, sedangkan Marvin menatap Adel disana. " Gw udah makan!"

" Ini tahan lama kok. Nanti kalau lo udah  laper lagi lo bisa makan kue ini," Ujar Irene

Vino yang tau tentang hubungan keduanya mencoba mencari cara agar Irene berhenti mencari kesempatan lagi. Vino meminta agar Irene mengantarnya ke suatu tempat dan itu hanya untuk memberi kesempatan Adel dan Marvin berbicara.

Setelah kepergian mereka diruangan hanya ada mereka berdua dan Adel masih diam di tempat.

" Sayang," panggil Marvin yang masih belum menyadarkan Marvin

" Nggak aku nggak bisa kaya gini. Kenapa seperti ini sih," Gumam Adel dalam hati

" Adel hey?"

" Eh iya apa?"

" Kamu kenapa? Dari tadi aku panggil nggak nyaut-nyaut," tanya Marvin yang hanya mendapat gelengan dari Adel

" Sini coba," ucapnya sembari menepuk-nepuk kasur

Adel berjalan mendekati Marvin. " Kenapa hm?"

" Ada apa? Coba cerita sama aku," ucapnya sembari mengelus kepala Adel

" Aku nggak papa,"

" Bohong,"

" Bener,"

" Mau buat promise nggak sama aku?" Tanya Marvin

" Apa?"

" Mau atau nggak dulu,"

" Promise itu janji kan?"

" Hm,"

" Iya apa?"

" Ok sekarang kita buat Promise. ∆ Kalau sampai kapan pun kita akan selalu bersama.
∆ Nggak akan pernah saling meninggalkan
∆ Nggak akan saling menjatuhkan satu sama lain
∆ Nggak akan menyembunyikan apapun itu, kita harus  saling jujur satu sama lain.

Dan sekarang kamu harus menepati janji yang terakhir,"

Emang trik Marvin yang bisa membuat seseorang patuh. Marvin tau kalau Adel sulit untuk berbagi ceritanya karna itu Marvin memiliki ide membuat sebuah Promise di sana.

" Aku nggak papa, aku cuman ngerasa aneh aja gitu. Aku ngerasa kalau Irene suka sama kamu,"

" Jadi kamu cemburu tadi?"

" Nggak bukannya gitu cuman,"

" Eumm ngeless... udah ngaku aja kamu cemburu kan? Lagian aku aku seneng kok kalau kamu cemburu," goda Marvin

" Ihk nggak kalau aku cemburu ya pasti. Dari dulu juga aku cemburu kalau cewek-cewek sekolah pada kegatelan sama kamu," kejujuran Adel

" Ya terus sekarang apa?"

" Kamu tau kan kalau Irene temen aku. Dan kamu juga pasti tau orang yang pertama kali tau aku suka sama kamu itu Irene. Tapi, kenapa aku ngerasa kalau dia suka sama kamu, kalau iya kenapa dia nggak bilang sama aku. Kenapa caranya seperti ini?"

Marvin hanya diam membiarkan pacarnya berbicara mengeluarkan semua keganjalan hatinya. Sebenarnya Marvin tau itu, sejak dulu Irene mengejarnya tapi Marvin tidak pernah memberikan harapan apa-apa.

" Udah jangan di pikirin yah. Mungkin itu cuman firasat kamu aja, kamu juga tau Irene baik sama kamu, ngedukung kamu terus berpikir aja kalau Irene nggak mungkin ngehianati kamu,"

Marvin sengaja tidak mengatakan nya karna tidak ingin pacarnya sedih dan pertemanan mereka hancur karna dirinya.

" Gitu yah?"

" Eum udah jangan sedih-sedih lagi. Jadi tambah cantik kan kalau nangis,"

" Kamu mah ngehina aku," semakin sedih

" Dih siapa yang ngehina sih? Aku serius aku jujur kalau kamu nangis itu malah makin cantik dan imut. Sumpah nggak bohong," Ucapnya sembari mengangkat tangannya dengan huruf V

" Udah ahh jangan gombal lagi aku cape,"

" Cape habis ngapain? Dari tadi diem nggak ngapa-ngapain," goda Marvin lagi berhasil membuat Adel memilih antar menangis atau bahagia dan Adel memilih berteriak kecil

Marvin hanya terkekeh dan meraih tubuh kecil itu ke dalam dengkapannya.

" Apapun yang akan kamu tau suatu saat nanti semoga tidak akan merubah hubungan kita. Aku sayang kamu," batin Marvin memeluk tubuh itu erat

" Ternyata kalian benar pacaran," Gumam Vino

Di sisilain di depan pintu Vino melihat pelukan mesra mereka. Sakit ya itulah yang sedang ia rasakan sekarang, mengikhlaskan seseorang yang kita cintai itu sulit. Namun, ketika kita melihat dia lebih bahagia dengan orang itu rasa mengikhlas  itu perlahan terbuka.

" Vin?"

" Astaghfirullah. Justin gila lo berani ngagetin gw , sejak kapan lo disana?"


" Gua dari tadi disini. Lo yang ngapain berdiri di sana, lagi liat yang pacaran yah?"

" Gw mau masuk mau pamitan pulang,"

" Massa? Kalau mau masuk kenapa nggak langsung masuk? Kenapa harus ada drama dulu.
" Ternyata benar kalian pacaran?"
Hayoh mau ngomong apa lo? Kepergok kan sama gw,"

Vino menahan kekesalan nya bahkan tangannya pun udah mengepal sempurna siap untuk di layangkan.

" Kalau bukan temen gua. Udah gua gipeng lo!" Tandas nya sesaat sebelum pergi

" Ehh mau kemana?" Tak ingin menganggu yang ada di dalam lebih baik Justin mengikuti Vino yang tak tau arah.

......

" Gimana dok keadaan putra saya?" Tanya Alvin

" Keadaan putra bapak udah membaik. Hanya perlu istirahat aja agar kondisinya nggak ngedrop lagi," jawab dokter itu

" Dok boleh pulang kan?" Tanya Marvin antusias

" Baru aja bilang baik udah mau pulang aja. 1 bulan lagi kamu disini," Tandas Alvin terhadap putranya

" Marvin tanya dokter bukan papah!"

Alvin tersentak mendengar putranya yang berani melawannya bicara.

" Anak ini semakin besar bukannya bahagiain orang tua, ini malah bikin stres orang tua,"

" Melihat dari segi perkembangan kamu bisa di rawat di rumah dengan  full time istirahat. Tapi, kalau ada gejala apa-apa langsung hubungi kami,"

" Jadi putra saya bisa pulang dok?"

" Bisa pak,"

" Yaudah tunggu apa lagi,"

" Sebentar dulu Marvin!" Ucap Alvin tegas

Alvin dan dokter itu keluar ruangan ntah apa yang mereka bicarakan. Marvin yang udah nggak kuat berlama-lama di rumah sakit, langsung bersiap-siap dan pergi.
Sehingga saat Alvin kembali ke ruang rawat putranya emosi setengah mati karna kelakuan anaknya yang tidak sabaran.

" Punya anak satu gini amat!" Gumam Alvin sembari mengusap wajah tampannya

......

Di kediaman Damar seperti biasa Adel mengerjakan tugas sekolah setelah itu tugas rumah. Di rumah hanya ada dirinya sendiri kedua orang tuanya pergi ntah kemana, mereka bilang dia pergi ke suatu tempat ntah apa itu.

Satu notif masuk dari Marvin dengan cepat Adel membukanya dan membalasnya.

Via WhatsApp

• Hii
  Lagi ngapain?

Lagi ngerjain tugas •

• Tebak sekarang
Aku lagi dimana?

Di rumah Sakit kan? •

• Salah❌

Lah kalau nggak di  
Rumah sakit terus kamu •  Dimana? 

• Aku otw pulang sekarang

Serius kamu? •

Itu kamu nyetir sendiri? •

• Iya

Dreet_dreett

Panggilan masuk dari Chagia❤

Kamu baru keluar
Udah nyetir!

• Iya nggak papa sayang
Jarak rumah aku sama
Rumah sakit kan deket

Ya tapi kan
Kamu belum fit banget

• Iya bentar lagi nyampe kok

Itu kamu pake mobil siapa?

• Pake mobil papah

Satu panggilan masuk dari Papah

• Sebentar sayang
Papah nelpon

......

• Ya pah?

Kamu bawa mobil
Papah kemana?

• Ya kerumah lah pah

Terus papah pulang
Naik apa huh?

• Kan ada Alex
Suruh aja Alex jemput papah
( Kalem)

Kamu ini kaya nggak
Punya dosa banget.
Udah bikin papah emosi
Sekarang bawa mobil
Papah nggak bilang-bilang.

• Sekarang papah nggak akan
Nyampe rumah kalau cuman
Marah-marah aja.

Kam_ •

Tutt_tutt_tutt

" Astaghfirullah sabar Alvin ngadepin anak lo itu," Gumam Alvin menahan kesabaran lagi

.......

" Lah kok mati?" Gumam Marvin saat panggilan telpon nya dan Adel terputus

Marvin coba nelpon balik namun tidak ada di angkat. " Kok nggak di angkat?"

.......

See You Next Time

Jangan lupa tinggalkan jejak yah

Continue Reading

You'll Also Like

625K 27.4K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.6M 39.7K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
400K 22.5K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
1.1M 49.1K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...