He's My Enemy

By Lin_Woovin03

95.2K 9.8K 697

Dua berandalan sekolah Waiji yang bernotabe musuh bebuyutan, terpaksa menerima perjodohan atas ancaman dari k... More

1.......
2.......
3.......
4.......
5.......
6.......
7.......
8.......
9.......
10.......
11.......
12.......
13.......
14.......
15.......
16.......
17.......
19.......

18.......

3.5K 402 2
By Lin_Woovin03

🐺🦋

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~












Mereka sudah semakin mendekati titik dimana Yoonbin berada, maka dari jarak agak jauh memilih untuk jalan supaya suara bising yang timbul dari knalpot motor mereka tidak membuat Yoonbin sadar akan kedatangan mereka.

Ternyata dipertengahan jalan sebelum benar benar sampai ke ujung seperti yang tadi sore Jeongwoo lalui, ada jalur masuk menuju ke dalam hutan yang mungkin hanya muat dimasuki satu mobil saja karena ukuran jalannya tidak begitu luas.

Dari situ mereka jalan masuk ke dalam hutan tersebut, ditempuh dengan berjalan kaki rupanya lumayan jauh dari titik keberadaan si Bajingan itu. Lama mereka berjalan seperti sedang menjelajahi alam, akhirnya dibalik pohon yang rindang mereka bersembunyi tepat di depan sana ada sebuah rumah seperti villa pada umumnya, begitu sepi dan hanya terdapat satu saja.

Tidak ada satupun cctv yang mereka tangkap di setiap sudutnya, seperti tidak berpenghuni dan tidak ada pula tanda kehidupan di dalamnya. Tapi walau begitu, lampu nyala dengan terang dari dalam menimbul keluar lewat jendela yang tidak tertutup tirai.

"Anjir! ada ya manusia yang betah tinggal di hutan begini?" Ujar Renjun tidak percaya, bahwa keberadaan Yoonbin benar benar sesuai saat dilihat dari gps seperti rute maps itu.

"Berisik" Tegur Jeongwoo "Sekarang gue bakal masuk lewat belakang, Jaehyuk sama Asa gue minta kalian jaga di sini dan Abang Jii sama Renjun kalian masuk lewat depan aja" Komandonya dengan berbisik.

Belum sempat protes, Jeongwoo kembali berucap membuat Jihoon dan Renjun bungkam "Kalo pas masuk ada penjaga, sebisa mungkin kalian ulur waktu sampai yang lain datang" Kemudian mereka mengangguk paham, memulai aksi sembari menunggu intruksi lagi dari Jeongwoo.

"Dan buat lo Kak Ajun gue minta lo di sini, yang lain datang gue minta lo handle mereka" Jeongwoo percaya pada Junkyu karena pernah lihat seberapa bagus, kuat dan lihainya dalam bertarung. Otaknyapun bisa Jeongwoo andalkan, karena lumayan cerdas ketika saat berada dalam situasi genting seperti sekarang ini.

Tanpa berinteraksi lagi, mereka segera mengambil posisi masing masing sedangkan Jeongwoo langsung trobos masuk pintu belakang yang beruntungnya tidak terkunci dan tidak ada tanda tanda keberadaan manusia sama sekali.

Namun sialnya, mungkin karena ruang belakang jadi tidak ada pencahayaan. Gelap gulita, hingga Jeongwoo harus mengendap ngendap pelan seperti layaknya maling untuk sampai ke ruangan yang terdapat lampu di dalam sana.

Sepertinya di depan sudah terjadi pertarungan karena samar samar terdengar perkelahian, padahal jarak dari pintu depan sampai ke belakang lumayan agak jauh hanya karena rumah ini ternyata cukup luas.

Puk

Hampir saja Jeongwoo berteriak jika tidak membekap mulutnya dengan tangan sendiri saking kagetnya, ketika ia berbalik netranya menemukan Jaehyuk yang barusan menepuk pundaknya "Lo? Asahi gimana?"

"Percaya, dia bisa ngatasin sendiri" Jawab Jaehyuk begitu santai, lalu mendahului Jeongwoo tanpa merasakan ketakutan.

Sepanjang detik Jeongwoo merapalkan doa, supaya ia segera bertemu serta membawa Harutonya pulang.

Begitu sampai di ruang depan yang luas Jeongwoo segera menaiki undakan tangga, berbeda arah dengan Jaehyuk yang melimpir ke kiri untuk kemudian menemukan lorong yang tidak terlalu besar. Di ruangan tersebut terdapat lampu kecil yang begitu redup, pikir mereka berdua sepertinya Yoonbin belum menyadari kedatangan mereka, padahal suara tarung dari luar sana terdengar begitu berisik.

Setelah sampai di undakan akhir pada tangga atas, terdapat beberapa ruangan tertutup yang Jeongwoo yakini bahwa Haruto ada di salah satu kamar tersebut. Berjajar seperti asrama, terhitung ada enam kamar, di ujung koridor sana tidak ada jalan lain selain belok ke kiri dan kanan.

Sebagai persiapan dalam menjaga diri Jeongwoo dengan sigap sudah memegang senjata andalannya, perlahan ia membuka pintu kamar pertama yang hanya terdapat buku buku yang berjajar rapi pada rak di dalamnya, seperti perpustakaan mini.

Selanjutnya ia kembali membuka pintu kamar kedua yang berhadapan dengan pintu kamar pertama, ia menemukan sedikit kejanggalan karena mencium bau amis saat ketika membuka pintu tersebut. Dan, tidak Jeongwoo sangka di dalamnya terdapat dua brankar dengan gundukan manusia yang sudah tidak bernyawa, ternyata barunya berasal dari mayat tersebut bukan bau amis dari darah segar hewan.

Pada pintu kamar ketiga sampai keenam Jeongwoo tidak menemukan apapun yang aneh selain kamar pada umumnya, yang terdapat ranjang dan meja serta furnitur lainnya. Semuanya nampak aman, tidak ada kecurigaan walaupun diteliti.

Kini, Jeongwoo harus memutuskan pilihan untuk melanjutkan langkahnya berbelok ke kiri atau kanan yang tepat di ujung sana terdapat masing masing satu pintu yang berlawanan arah dari jarak jauh. Ia terus mengawasi setiap sisi, dikhawatirkan tiba tiba ada seseorang yang menyergapnya dari belakang.

Pikirnya, pantes saja Yoonbin tidak menyadari kedatangannya, karena ia yang pendengarannya sensitif pun tidak dapat mendengar kerusuhan pertarungan yang sedang terjadi di bawah.

Ia dilanda kebimbangan untuk memilih salah satu di antara kedua kamar tersebut, karena pasti salah satunya itu adalah ruangan khusus yang tidak akan bisa dibuka kecuali oleh sang pemilik, sekali Jeongwoo memutar knop pasti langsung ketahuan.

"Ru, tolong kasih petunjuk" Pinta Jeongwoo dalam hati, walau ia sadar mustahil bagi Haruto mendengarnya.

Tapi kemudian, ia seperti mendapatkan mukjizat karena setelah berucap dalam hati seketika terdengar lirihan walau begitu samar tetapi tertangkap jelas oleh indera pendengarannya.

"Jewu help me" Suaranya begitu serak dan parau, persis khas suara Haruto setelah menangis.

Karena suaranya tidak tentu dari arah mana, maka Jeongwoo kembali memohon.

"Jewu, Haru takut"

Seketika, gendang telinganya menangkap lagi suara yang berpusat dari arah kanan. Tanpa perlu pikir lebih lama, dengan langkah pasti setelah memantapkan diri Jeongwoo berjalan perlahan untuk sampai ke depan pintu kamar bagian kanan itu.

"Jewu jemput Haru"

Dan Jeongwoo semakin yakin setelah mendengar gumaman ketiga kalinya itu dari balik pintu, jika Haruto memang berada di dalam kamar ini. Maka dari itu tanpa perlahan, dengan perasaan khawatir yang kali ini sangat mendominasi Jeongwoo membuka pintu kamar tersebut dengan kasar hingga berbunyi.

Tetapi, Haruto yang dapat tertangkap jelas pada netranya terjengkit kaget di atas ranjang, tidak mau melihat Jeongwoo yang masih terpaku di ambang pintu setelah melihat keadaan Haruto.

Terdapat banyak luka di sekitar wajah, tangan dan sepertinya memang di sekujur tubuh mulusnya itu dihiasi luka yang ditorehkan si Bajingan itu pada Harutonya.

"Haru?" Panggil Jeongwoo kemudian, setelah sadar dari tercengangnya ia mulai mendekati Haruto.

Haruto yang merasa tidak asing dengan suara itu, lantas segera membuka matanya dan menemukan presensi Jeongwoo dengan wajah cemasnya.

"Jewu?! Ha-haru gak halusinasikan? Be-neran Je-jewu kan? Hiks jangan mimpi Haru! " Di awal ia begitu antusias, berpikir dunia masih baik padanya tetapi ia merasa disadarkan kembali ketika mengingat Jeongwoo tidak mungkin menemukannya, bahkan hanya untuk sekedar mengkhawatirkan dirinya saja.

"Iya sayang, ini Jewunya Ruru" Jawab Jeongwoo dengan sangat lembut, lantas menarik Haruto terduduk dari tidurnya kemudian membawanya ke dalam dekapan.

"Jewu? Jewuuu hiks Haru takut Jewu kenapa lama jemput Harunya hiks" Tangisan Haruto pecah, tangannya tidak bisa membalas pelukan Jeongwoo walau ingin.

"Maaf sayang, maafin Jewu ya?" Merasakan sakit atas apa yang menimpa Haruto sekaligus dilingkupi rasa bersalah, membuat Jeongwoo sampai menitikan air mata setelah melerai pelukan dan melihat kondisi tubuh Haruto dari dekat.

Haruto ngangguk "Tapi Jewu telat hiks Ha-haru t-ttakut banget hiks ha-haru ss-sakit di sini orangnya jahat jahat hiks" Adunya pada Jeongwoo mengenai apa yang dirasakannya selama disekap di tempat ini.

Sebelah tangan Jeongwoo mengelus pipi Haruto dengan sangat hati hati, luka memar dan goresan tercetak jelas diwajah cantik itu. Sedangkan tangan yang lainnya Jeongwoo gunakan untuk memegang rahang Haruto serta rantai yang membelit di leher putihnya, persis seperti anak anjing yang diikat oleh tuannya.

Jeongwoo menggeram pelan, matanya menajam seiring langkah seseorang yang mendekati mereka  tergesa gesa begitu terdengar menggema.

"Woo jangan gerak Yoonbin di belakang lo" Peringat Jihoon saat ketika Yoonbin, yang entah sejak kapan berada di belakang Adiknya sembari menodongkan pistol tepat di belakang kepala Jeongwoo.

"Jewuuu hiks tt-takut" Lirih Haruto dengan tubuhnya yang mulai bergemetar.

Jeongwoo tersenyum tipis lantas mengusap air mata Haruto "Percaya sama Jewu, ya?" Tanpa terbaca, gerakannya dalam sekejap mata berbalik dan langsung menendang pistol yang Yoonbin todongkan pada dirinya.

Tentu Yoonbin tanpa kesiapan lebih dulu akan segera mengambil pistol yang sudah jatuh tadi, tapi sebelum itu terjadi Jeongwoo dengan cepat ambil alih pistol tersebut lalu dilempar ke Jihoon yang mempunyai refleks bagus sehingga menerimanya dengan tepat.

Untuk pertama saat ketika Yoonbin lengah Jeongwoo tendang perutnya hingga tersungkur, ia tidak memberikan kesempatan untuk Yoonbin melawan dan segera membogeman secara brutal hingga yang lain hanya melihat ngeri ke arahnya.

"Jewuuu!" Panggil Haruto berteriak hingga akhirnya Jeongwoo menyadarkan diri untuk menghentikan aksinya, lalu menoleh pada Haruto yang seketika terkapar saat kejang menyerang tubuh rapuh itu.

Dengan panik Jeongwoo segera menghampiri Haruto yang terlihat kesulitan bernapas "Haruto! Ru sadar Ru sadar jangan sampai pingsan, lo kenapa?" Tanyanya sembari berusaha membuka ikatan rantai yang melilit leher, kedua tangan serta kedua kaki Haruto.

Entah sihir dari mana, dengan mudah Jeongwoo memutuskan untaian rantainya hingga Yoonbin yang masih terduduk lemah di lantai pun terkejut. Karena rantai tersebut hanya bisa dibuka oleh gembok yang menguncinya, mustahil bukan jika melepaskannya tanpa alat tajam, terbuat dari apa tangan Jeongwoo itu?

Saat ketika Jeongwoo mengangkat bridal tubuh Haruto yang mengalami kejang serta bergemetar hebat, polisi sudah ada di depan kamar dan dengan segera memborgol Yoonbin yang bahkan belum sempat melawan Jeongwoo.

"Cepet, yang bawa mobil mana gue butuh lo?!" Teriak Jeongwoo berlari melewati kerumunan polisi dan teman temannya saat setelah di bawah.

Mark, yang memang membawa mobil langsung segera berlari menyusul Jeongwoo untuk menuju ke mobilnya yang terparkir di depan jalan masuk hutan. Mungkin karena Jeongwoo berlari sembari membawa Haruto, langkahnya lebih lambat dari pada Mark yang sudah sediakala membukakan pintu mobil untuk mereka berdua.

Segera Mark lajukan mobilnya ke rumah sakit atas permintaan Jeongwoo yang entah sadar tak sadar perutnya telah tertancap belati kecil. Kalut akan cemas serta panik hingga melupakan rasa sakitnya, Mark akui Jeongwoo memang pantes menjadi ketua Rafl.

🐺🦋


Tubuh Haruto sudah terbaring lemah di brankar rumah sakit, Dokter mengatakan mereka beruntung bahwa Haruto langsung dilarikan ke rumah sakit. Karena jika telat beberapa menit saja bisa berimbas fatal, nyawa Haruto mungkin tidak akan tertolong.

Dokter menyampaikan juga, bahwa Haruto sebelumnya disuntik oleh cairan entah apa itu Dokter pun tidak bisa memprediksinya, sulit sekali mengetahui cairan yang telah tersebar di beberapa sarafnya. Namun, setidaknya Dokter sudah berhasil membuang racun tersebut, sehingga Haruto tersematkan.

Selain itu, Perawat yang membersihkan tubuh Haruto memberi tau pada Jeongwoo bahwa di sekujur tubuh Haruto terdapat banyak sekali memar. Leher Haruto pun sampai di gips, karena dikhawatirkan akan patah tulangnya jika tidak segera diberikan tindakan. Sedangkan luka yang terdapat di leher, pergelangan tangan serta kakinya merupakan sayatan yang disebabkan oleh rantai besi yang mengiris kulitnya.

Untuk saat ini, ruangan rawat yang Haruto tempati diberi sedikit intruksi intensif. Jadi, hanya beberapa orang saja yang boleh melongoknya, tapi jika Haruto telah sadar maka jam besuk menjadi bebas dikunjungi oleh lebih dari satu orang setelah pemeriksaan lebih lanjut.

Dua hari terlewat Haruto masih belum sadarkan diri, tapi dibalik itu Jeongwoo setidaknya merasa tenang, karena akhirnya ia berhasil menemukan Haruto walau kondisinya terbilang cukup buruk.

Jikapun Haruto memaafkan Jeongwoo yang telat menjemputnya, tapi Jeongwoo pribadi tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Andai ia bertindak lebih cepat, pasti Harutonya tidak akan mengalami kejadian ini. Ia merasa sangat teramat gagal sehingga terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.

Bahkan setiap ketika jari jari Jeongwoo mengelus pipi tirus Haruto pun Jeongwoo merasa tidak pantas untuk diberi maaf, terlebih perasaan bersalah semakin bersarang pada dirinya. Padahal, ia harusnya bersyukur karena sudah diberikan kesempatan oleh Tuhan, doanya itu terkabul. Namun, keadaan membuatnya merasa tidak punya hak untuk mendapatkan hal tersebut, walau begitu Jeongwoo akan tetap menerimanya dengan hati yang mengharuskannya mengikhlaskan insiden ini.

Tapi tetap saja, tidak seharusnya ia menyalahkan dirinya sendiri. Semua yang telah terjadi sudah tertulis pada garis takdir, ingin ia lawan sekeras apapun jika takdir sudah ikut andil di dalamnya maka tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Terkecuali, jika Tuhan yang mengaturnya bisa menghentikan atau bahkan mengubah jalan takdir setiap mahkluk ciptaannya.

Namun, sebelum takdir berubah Jeongwoo harus bermain mulus sesuai dengan perannya, seperti yang ia ucapan saat ketika menghantar doa pada Sang Pencipta untuk menjaga serta melindungi Haruto. Walau tidak bisa berjanji sepenuhnya, tapi Jeongwoo akan memenuhi ucapannya dengan membuktikan, bahwa dirinya mampu dan sanggup untuk melaksanakan tugasnya.

Karena takdir tidak akan peduli antara ketidaksiapan Jeongwoo.

Jeongwoo bukanlah seseorang yang dikenal penakut hingga tidak menuntaskan tindakannya dan berhenti di tengah jalan, tidak, Jeongwoo tidak pernah dan tidak akan pernah sekalipun seperti itu. 

Bahkan, karena sikap beraninya yang tidak kenal takut akan kekalahan ia dipercayai menjadi Panglima Tempur sekaligus menjadi Ketua Geng, jabatannya yang menurutnya cukup membuktikan bahwa ia merupakan seseorang yang harus disanjung sebagai salah satu bentuk apresiasi dari keberaniannya.

Namun, seberani dan sekuat apapun dirinya, ia tetaplah manusia seperti yang lainnya mempunyai setidaknya satu titik kelemahan dari seribu kelebihan yang ia miliki di hidupnya.

Satu yang Jeongwoo takuti yaitu, ketika menghadapi takdir yang kejam dan sekarang Haruto menjadi kelemahannya. Bukan maksud dengan menyematkan nama Haruto ia jadi lemah, tapi setelah menyadari memang sebegitu besarlah pengaruh Haruto dihidupnya.

Tidak ada yang tau mungkin, selain diri Jeongwoo sendiri dan Tuhan tentang perasaannya selama ini. Contohnya saja, perasaan khawatir yang mendobrak hatinya membuat dirinya kacau seperti kemarin, tidak ada yang mengerti seberapa frustasinya Jeongwoo menghadapi itu semua.

Kenyataannya ia tidak akan sanggup, ia tidak akan sanggup lagi menjalani kehidupan jika sampai kehilangan Haruto untuk kesekian kalinya. Cukup dengan kejadian kemarin ataupun sebelumnya, ia tidak ingin lagi kehilangan arah sehingga merasakan kehampaan selain diserang rasa gelisah yang teramat menyiksa dirinya ketika cemas terhadap Haruto.

Ia menjadi begitu lemah akan kehadiran Watanabe Haruto yang kini sangat berharga bagi hidupnya.












°•••••°

300123

Tinggal satu ch lagi gaes, finally ya ngerevisi satu book doang hampir sebulan lamanya ternyata...

Continue Reading

You'll Also Like

64.3K 760 22
in which isabelle cameron falls for the romantic harry styles. isabelle cameron is an working on getting her music career started with the help of so...
1M 61.9K 119
Kira Kokoa was a completely normal girl... At least that's what she wants you to believe. A brilliant mind-reader that's been masquerading as quirkle...
1M 35.6K 62
𝐒𝐓𝐀𝐑𝐆𝐈𝐑𝐋 ──── ❝i just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!❞ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 jude bellingham finally manages to shoot...
82.8K 1.9K 15
𝐀 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐨𝐟 𝐓𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧𝐠'𝐬 𝐥𝐢𝐟𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐡𝐢𝐬 𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭 𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠𝐞𝐫 𝐛𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐮𝐧𝐠𝐤𝐨𝐨𝐤. 𝐇𝐞𝐫𝐞 𝐨𝐮𝐫 𝐓𝐚𝐞𝐭...