Destiny With Bangtan (COMPLET...

By sangneul7

34.9K 3.3K 279

TULISANNYA BERPROSES! Baca aja dulu 😁 Regina, seorang gadis biasa dengan berbagai masalah pelik yang mengeli... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
45
46
47
48
49
50
51
52
53
EPILOG

44

196 20 1
By sangneul7

Gina tak pernah tau bila kalimat 'tergantung kau bersikap baik padaku atau tidak' yang didengarnya itu akan bertahan cukup lama. Cukup lama dari yang ia bayangkan. Karena hari-hari berikutnya, tak ada hari tanpa kalimat itu. Tak ada hari tanpa harus bersikap baik. Dan tak ada hari tanpa harus melayani Jungkook. Dengan kata lain, menjadi kacung pribadi pria itu.

Yeah, katakanlah begitu. Karena selama dua minggu terakhir ini, Gina harus patuh akan setiap apa yang Jungkook katakan. Bersikap baik pria itu bilang, tapi bagi Gina sendiri itu lebih bisa dibilang... Penindasan? Pemaksaan? Atau mungkin pemerasan? Apapun itu, intinya Gina merasa begitu diperbudak di sini.

Bagaimana tidak jika Jungkook selalu memintainya tuk melakukan sesuatu dan akan mengancam membocorkan rahasia Gina bila gadis itu menunjukan keengganan dengan berucap, "Ingat kan? Rahasia Noona akan aman tergantung Noona bersikap baik atau tidak."  Maka tak ada hal yang bisa Gina lakukan selain menurut.

Mulai dari meladeni panggilan iseng Jungkook di tengah malam—yang terkadang menelfon tuk menanyakan sesuatu atau pun sekeder mengucap, "oh, ah, hanya mengetes pendengaran." Lalu memutus panggilannya begitu saja .

Ada juga saat Jungkook memintanya tuk mengambilkan remot yang hanya berjarak lima jengkal di depannya. Oh, atau mengambilkan sendok yang terjatuh di dekat kakinya. Hal yang begitu simpel tapi harus Gina yang melakukan. Sungguh menguji kesabaran sekali bukan.

Lain lagi dengan beberapa permintaan konyolnya seperti, "Noona aku ingin mengecat rambutku, tapi kau tau perusahaan tidak memperbolehkan, jadi..." Maka berakhirlah rambut pendek Gina sekarang menjadi blonde. Lalu ada lagi permintaan seperti minta ditemani makan, minta Gina jangan pulang sebelum ia pulang, minta Gina jadi model lukisannya yang ujung-ujungnya dibuat mengerikan, minta dibuatkan makanan, minta dibelikan ini itu, atau bahkan tiba-tiba meminta Gina bernyanyi untuknya, yang setelahnya berakhir dengan ia yang sakit perut karena menahan tawa.

Lalu pada akhirnya,
ada hari di mana saat waktu hampir menjelang tengah malam, dan Jungkook justru meminta Gina datang ke dorm tuk sekedar menyuruhnya memasak remen untuknyanya, yang mana membuat Gina kehilangan kesabaran hingga berteriak murka.

"Anhae! Na anhae!" (Tidak mau! Aku tidak mau!)

Terserah Jungkook akan melaporkannya pada manajer Sejin atau tidak, Gina tidak peduli lagi. Sampai ketika kalimat sialan yang terus menggerayanginya selama dua minggu itu terhenti dan berganti menjadi kalimat tak terbantahkan. Yang sifatnya mutlak untuk Gina patuhi. Kupon permintaan.

Hingga tanpa bisa dielakkan, berakhirlah Gina di sini. Berjongkok sambil memegangi perutnya yang terasa teraduk-raduk hebat sampai membuatnya mual ingin muntah.

"Tidak, tidak, tidak. Aku tidak mau melakukannya lagi!" gelengnya memprotes, dengan wajah yang mengkerut kecut.

Andai saja bukan karena bayang-bayang seratus juta won yang menghantuinya, mungkin Gina tak akan pernah mau dibawa Jungkook ke taman Everland ini. Lalu diajak mencoba berbagai wahana ekstrim yang membuat dirinya serasa tak lagi menginjak bumi. Mulai dari rollercoaster, bianglala, sampai terakhir yang baru dinaikinya, yang membuat lambungnya berjingkrak-jingkrak di dalam perut, yaitu banana boat.

Sementara itu di sampingnya, Jungkook sudah terbahak hebat sampai sampai air matanya keluar karena menertawai Gina.

"Astaga, sebegitu senangnya kau melihatku seperti ini?" sengitnya, mendongak ke arah Jungkook yang juga tengah memegangi perutnya.

Jungkook menggeleng, namun tawanya seakan enggan berhenti, berbanding terbalik dengan gelengannya.

"Kenapa Noona payah sekali, eh?" tawanya meledek. Mengusap air matanya sebentar.

Gina hanya mendengus. Memalingkan muka dan berusaha menenangkan gejolak di perutnya. Membiarkan Jungkook yang masih menertawainya sesuka hati.

Hingga tak lama kemudian, suara seseorang terdengar memanggil,"Jungkook Oppa?"

Tak ayal Jungkook menoleh bersama sisa tawanya tanpa sadar.

"Itu kau kan, Jungkook Oppa?" seru gadis itu kembali. Membuat  pasang mata beberapa gadis di sekitarnya ikut menoleh dan mengarah pada sosok Jungkook.

Aduh, mampus.

Padahal Jungkook sudah berpakaian sebaik mungkin tuk menutupi identitasnya. Sudah mengenakan jacket padding, syal, topi, celana, dan sepatu serba hitam, juga memilih hari yang jauh dari bludakkan pengunjung. Karena nyatanya, memang tak banyak orang yang akan datang ke tempat itu saat  cuaca sedang dingin begini, saat putihan salju mulai menimpa pohon-pohon yang tak lagi berdaun. 

Lantas Jungkook terdiam, berubah gelagapan dengan menarik turun topinya guna menutupi wajah. 

Sebab kalau ia mengaku, maka mungkin dirinya akan menjadi pusat perhatian. Lalu orang-orang akan berdatangan meminta foto ataupun hal lain yang pastinya akan menimbulkan keributan, yang mana juga akan menggagu pengunjung lainnya. Terlebih lagi saat ini ia hanya berdua dengan Gina tanpa sedikitpun pengawasan.

Maka sebelum Jungkook bisa mengambil tindakan tentang apa yang harus ia lakukan, Gina sudah lebih dulu melakukannya.

"Dia bukan Jungkook," selanya tegas. Berdiri di depan Jungkook seolah menghalangi gadis yang hendak mendekat itu.

"Tidak mungkin. Aku sangat mengenal  suara tawanya."

"Tidak, tidak. Bukan. Kau pasti salah."

"Tapi dia berbalik saat kupanggil tadi," katanya bersikukuh, melirik-lirik Jungkook yang berusaha Gina sembunyikan di belakangnya. "Jungkook Oppa, itu kau kan?"

Entah bagaimana, Gina tak punya pikiran lain yang bisa ia pikirkan sekarang selain lari. Maka menggenggam tangan Jungkook dengan cepat, Gina pun menarik Jungkook berlari menjauh. Melarikan diri dari gadis tadi yang kini sialnya ikut berlari mengejar  bersama serombongan gadis lain yang mungkin kawanannya. Berteriak-teriak memanggil nama Jungkook dengan riuh.

Saat tiba di persimpangan, Gina  sempat menoleh sebentar sebelum ia memaki. Sebab sudah jauh ia berlari, namun para gadis fanatik itu masih tampak mengejar. Sedang ia juga sudah terlampau lelah untuk berlari lagi. Hingga mau tak mau Gina berakhir menarik Jungkook masuk ke sebuah celah antara bangunan toko yang sempit dan gelap. Bersembunyi dan menunggu sampai serombongan gadis liar tadi terdengar melewati mereka.

Keduanya saling berhadapan dengan sekat tipis di situ. Dan dalam diamnya, fokus Jungkook ternyata hanya tertuju pada Gina. Dalam keheningan Jungkook memandang wajah Gina penuh pemujaan. Tak sedetik pun melepaskan pandangan tentang bagaimana wajah gadis itu tampak tegang seraya matanya memeriksa ke arah jalanan. Memastikan semuanya aman dengan bertingkah selayaknya seorang bodyguard.

"Sepertinya mereka sudah pergi," ucap Gina menghela nafas. Merasa lega selagi ia memastikan bila mereka benar-benar sudah lepas dari kejaran para gadis fanatik tadi. Lantas ketika ia menilik Jungkook untuk memastikan kondisi pria itu, justru tatapan aneh Jungkook yang mengarah padanya yang ia temukan.

Untuk sesaat, Gina seperti tak bisa berkutik. Sorot mata Jungkook terasa seperti menusuknya begitu dalam. Tembus hingga ke jantung dan membuatnya berdebar-debar. Menyuarakan ketegangan juga kegugupannya.

Oh, tidak! Apa lagi ini? Tidakkah cukup membuat jantungnya bekerja ekstra keras dengan menaiki wahan dan berlari seperti tadi? Lalu apalagi sekarang? Apa yang terjadi?

Sekonyong-konyong Gina tersadar akan lingkaran keintiman yang dibentuknya tanpa sengaja. Pasti ini. Pasti ini penyebab tatapan aneh Jungkook kini.

Aduh bagaimana ini? Tatapan Jungkook tak kunjung lepas juga dan terus menyoroti Gina dalam diam. Membuat Gina semakin merasa canggung, namun tak sanggup tuk memecah kecanggungan itu sendiri. Lidahnya terasa keluh. Begitupun pikirannya. Tak kuat menghadapi hazel sehitam jelaga milik Jungkook yang terus menyorotnya intens itu,  Gina pun mengalihkan pandangan dengan gugup. Melirik kiri kanan sebelum kemudian ia membelalak tiba-tiba tatkala  belah kenyal Jungkook sudah menempel di bibirnya.

Yeah, Jungkook mencium Gina!

Oh, astaga! Apa Jungkook mabuk lagi?

Jawabannya tentu saja tidak.

Kali ini Jungkook melakukannya dengan kesadaran penuh. Meski sempat kalang kabut, namun bisa dipastikan tindakan Jungkook untuk satu ini berada di bawah kontrolnya. Pria itu seratus persen sadar. Bila tak percaya, dengarkan saja debaran di dadanya. Begitu keras dan tak beraturan.

Jungkook juga tau bahwa yang dilakukannya ini salah, akan tetapi perasaan yang telah mengukungnya selama ini jauh lebih besar hingga menguasai dirinya. Apapun yang terjadi nanti, Jungkook siap menanggungnya, termasuk bila seandainya Gina marah dan menamparnya. Namun yang terjadi kini hanyalah sosok Gina yang diam mematung dalam keterkejutan. Menegang dengan telapak mengepal di sisi tubuh. Bahkan kelopaknya sudah mengatup rapat sesaat lumatan lembut nan intens yang Jungkook berikan berhasil membuat seluruh darah dalam tubuhnya berdesir hebat dan bergelora.

Oh, astaga sumpah. Gina benci dengan dirinya yang sekarang. Ia tak bisa menolak juga tak bisa menerima apa yang Jungkook lakukan. Lagi-lagi ia dibuat tak berdaya. Rasanya mengesalkan tapi mendebarkan. Seketika jadi bingung. Biasanya gadis itu akan memasang wajah masam  ataupun menyalak garang bila seseorang menyentuhnya tanpa izin. Namun, apa yang terjadi sekarang? Jangankan menyalak, memberi gestur penolakan pun tidak.

Hingga setelah beberapa waktu, pangutan itu pun terhenti. Jungkook menarik diri selagi matanya mengawasi Gina. Melihat bagaimana gadis itu terengah-engah dengan kelopak yang masih memejam erat akibat ulahnya. Dan ketika Gina perlahan-lahan membuka mata, pandangan keduanya pun bersirobok.

"Noona..."

"Jungkook-ah." Gina membuka suara dengan cepat

Tidak, tidak. Gina tidak ingin mendengar apapun dari Jungkook sekarang. Ia belum siap dengan apa yang akan pria itu katakan. Bahkan kepalanya belum sanggup memproses apa yang baru saja terjadi di antara mereka.

"Aku ingin pulang," katanya setengah sadar. Menyorot kosong ke dada Jungkook sekarang, bukan lagi wajah pria itu.

Jungkook mengangguk lembut. "Yeah, kita pulang."

"Tidak. Kita berpisah di sini." Gina menggeleng sebelum ia memaksakan diri  menilik Jungkook tuk yang terakhir kali. Lalu lekas pergi meninggalkan Jungkook dari tempat itu begitu saja.

Tidak ingin memperkeruh keadaan, Jungkook pun hanya berdiri diam di tempatnya berada. Cukup mengerti akan keterkejutan dan pergolakan yang gadis itu alami. Hingga memilih memandangi bagaimana punggung kecil itu bergerak menjauh darinya, Jungkook pun berucap, "Kau memang brengsek, Jeon."

***

"Tuhan, bisakah kau kirimkan uang dari langit, aku ingin berhenti bekerja."

Agar Gina tak perlu lagi bertemu Jungkook.

Sungguh, Gina benar-benar ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai maid setelah kejadian malam itu. Rasanya tak sanggup bila ia harus bertemu Jungkook sesudah ini.

Karena selain masalah ciuman itu, di luar sana juga berbagai rumor tentang sosok Jungkook yang terlihat mengunjungi Everland bersama seorang wanita mulai beredar dan dibiarkan berkembang begitu saja. Menciptakan berbagi terkaan perihal bersama siapa Jungkook pergi. Yang di mana itu adalah Gina. Banyak yang menduga bila itu hanyalah staff yang menemani, namun juga ada yang menduga bahwa itu adalah kekasihnya. Kendati demikian, itu hanya sebuah rumor tanpa bukti konkrit, karena pada dasarnya, tak ada yang tau pasti apa itu sungguh Jungkook atau bukan.

Meski begitu, tak menampik bila Gina mengkhawatirkan kondisinya. Hingga memilih mewarnai kembali rambutnya menjadi hitam agar tak ada orang yang tau bahwa dirinyalah yang pergi bersama Jungkook malam itu. Apalagi disangkut pautkan dengan rumor yang beredar. Oh, tidak. Cukup sudah. Jangan lagi.

Jangan lagi ada masalah. Ia sudah cukup pusing memikirkan perkara Jungkook yang menciumnya. Kenapa? Kenapa Jungkook melakukan itu? Apa artinya?

Gina tidak ingin berbesar hati dengan berpikir Jungkook menyukainya. Yeah, tapi kalau bukan itu lalu apa?!  Karena rasanya tak ada hal lain yang mendasari Jungkook untuk menciumnya selain itu.

Mungkin dulu Gina cukup bisa memaklumi dikarenakan Jungkook menciumnya saat sedang mabuk, tapi sekarang? Oh, astaga! Apa yang harus Gina lakukan? Rasa-rasanya menghadapi Jungkook setelah ciuman malam itu jauh lebih sulit untuk Gina lakukan dibanding menghadapi Yoongi setelah mereka putus kemarin.

Maka satu-satunya cara yang terlintas di benak Gina untuk menghindar Jungkook ialah dengan cara mengundurkan diri dari pekerjaan paruh waktunya itu.

Namun berbanding terbalik dengan apa yang ia pikirkan, gadis itu justru sekali lagi berakhir mendapati dirinya tengah berdiri di depan pintu dorm kini.

Tidak bisa. Gina tidak bisa berhenti. Ia membutuhkan pekerjaan ini kendati ketenangan jiwa raganya yang harus menjadi taruhan. Karena ia harus melakukan segalanya dengan extra buru-buru. Menyelesaikan pekerjaannya sebelum ada satu pun member yang pulang dan melihatnya. Gina tidak ingin bertemu mereka. Terkhususnya Jungkook.

Maka setelah merasa pekerjaannya sudah selesai, Gina lantas buru-buru pulang, dan sangking buru-burunya, ia melupakan tas selempang hitam yang selalu dibawanya itu.

"Aduh! Bodoh!"

Gina menepuk jidat sesaat bus yang ditunggunya selama lima belas menit itu tiba dan ia baru menyadari kelalaiannya.

Pantas saja rasanya ada yang kurang. Ternyata ia melupaka tasnya di atas meja ruang tengah dengan segala yang berada di dalamnya.

"Oh, apa yang kau pikirkan?!" Gina merutuki diri sendiri sebelum ia berlari kembali menuju dorm.

Berharap belum ada siapapun yang menginjakkan kaki di  dorm yang ditinggalkannya itu.

Namun setibanya, berbagai pasang sepatu sudah berhamburan di depan pintu masuk.

Mereka sudah pulang.

Bangtan ada di dalam sekarang.

Sejenak Gina ragu. Apakah ia harus terus masuk atau tidak, tapi kalau dia tidak masuk, lalu bagaimana caranya ia pulang? Lantas memasang pendengaran setajam mungkin, Gina berusaha mendengarkan.

Ia hanya perlu masuk dan mengambil tasnya. Lalu pergi secepat mungkin tanpa membuat seorangpun sadar dengan kedatangannya.

Yeah, begitu.

Maka setelah memastikan keadaan cukup kondusif, dengan member Bangtan yang tampaknya sedang berada di kamar masing-masing, Gina kontan melangkah pelan. Mengendap-ngendap di depan empat kamar member Bangtan yang dilewatinya.

Dan ketika ia melewati salah satu pintu kamar bertuliskan RM di depannya, sontak gadis itu terhenti. Seketika lupa dengan tujuan awalnya tatkala rungunya menangkap jelas suara ganjil yang menggetarkan jiwa berasal dari dalam kamar itu.

"Oh astaga mungkinkah..."

Pikiran Gina sudah berkelana jauh usai mendengar suara tak lazim wanita dari dalam kamar itu. Sampai tiba-tiba ia terhenyak kembali ke permukaan tatkala Yoongi mendadak muncul di hadapannya dan langsung menyentak pintu itu hingga membuka.

"Yakh! Sudah kubilang kecilkan suaranya!'

Sepersekian detik kemudian pintu itu kembali berdebum. Menghilangkan pemandangan wajah pias Namjoon tadi yang tengah duduk terkejut di depan komputernya.

Lalu ketika Yoongi beralih menatap Gina, rasanya Gina ingin menghilang saja dari muka bumi ini.

Oh, sial! Memalukan sekali! Kenapa harus Yoongi yang memergokinya? Seharusnya Gina mengundurkan diri memang saja tadi. Karena selain Jungkook yang harus ia hindari, ia lupa bahwa masih ada Yoongi juga yang sampai saat ini hubungan mereka belum membaik pasca putus kemarin.

Lantas dengan wajah merona rikuh, Gina menunduk. Tak sanggup membalas balik tatapan Yoongi.

"Kenapa kau kembali?" Yoongi bertanya dengan suara yang begitu berbeda saat ia meneriaki Namjoon tadi.

Wait!

Apa?

Apa pria itu sedang berbicara padanya sekarang?

Gina tertegun. Untuk pertama kalinya sejak hubungan mereka berakhir, Yoongi kini berbicara juga padannya. Sontak Gina menilik Yoongi. Menemukan wajah lembut penuh kasih sayang yang sering dilihatnya dulu itu kini tengah tersemat menghiasi pandangannya.

Oh, astaga! Jangan tergoda. Jangan tergoda.

Gina mengerjap, agak kikuk, namun ia menjawab, "Tasku tertinggal."

Sekilas Yoongi mengangguk paham, tapi tak lagi menimpali hingga membuat keadaan semakin canggung untuk mereka berdua.

"Kalau begitu permisi."

Dengan gerak kikuk Gina berlalu melewati Yoongi. Melangkahkan kakinya secepat mungkin tuk mengambil tasnya di ruang tengah yang pada saat itu memang kebetulan  sedang kosong. Lalu segera berbalik kembali menuju pintu masuk ketika Yoongi yang masih berdiri di tempatnya tadi—yang baru saja dilewatinya menyahut, "Kebetulan aku ingin keluar. Aku bisa mengantarmu pulang."

Oh, tidak. Gawat!

Tanda peringatan berdengung keras dalam kepala Gina sesaat langkahnya mendadak terhenti dan mematung membelakangi Yoongi.

Tidak. Tidak. Tidak boleh.

"Tunggu sebentar, biar aku ambil kunci mobil dulu."

Sebelum Yoongi sempat beranjak, Gina bersuara, tidak lantang namun tegas.

"Joesonghande, tapi aku tidak ingin membuatmu merasa tidak bahagia dengan bersamaku. Jadi terima kasih atas tawarannya. Aku bisa pulang sendiri." (Maaf)

Mengucapkan itu tanpa sedikit pun berbalik melihat Yoongi, Gina sontak melanjutkan lagi langkahnya dan menghilang dari pandangan pria itu.

Keterlaluan! Apa maunya sih Yoongi itu?! Setelah sebulan lebih mendiamkannya layaknya mereka tak pernah saling kenal, tiba-tiba sekarang ia menawarkan tumpangan pulang? Huh! Dasar. Sungguh menyebalkan. Gina merengut. Mendumel selagi ia memasang alas kaki. Membuka pintu. Lalu berjalan keluar secepat mungkin dari sana.

"Noona."

Oh, Astaga. Apalagi ini?!!!

Langkah Gina sekali lagi terhenti. Mematung dengan debar gugup yang menderai dadanya.

Jaraknya hanya terpisah tujuh langkah dari pintu tempat ia keluar tadi ketika suara yang begitu familiar untuknya itu terdengar mengimbuh

"Bukankah kita perlu bicara?"

Ini dia... Ini dia yang berusaha Gina hindari sejak tadi, Jungkook.

"Kita perlu bicara."

Jungkook yang semula bersandar pada sisi pintu, yang memang sengaja menunggu Gina keluar tak lama setelah ia melihat gadis itu berlari masuk sepulangnya ia dari membuang sampah, kini perlahan beranjak menghampiri Gina, melewati gadis itu begitu saja sambil berujar, "Biar kuantar Noona pulang." Lalu tanpa menunggu respon Gina, ia sudah berlalu mendahului. Meninggalkan Gina tercenung di tempat dengan Gina Gina kecil yang berlari kelabakan di dalam kepalanya.

Yaampun! Apa yang harus Gina lakukan?????

***

Pada akhirnya, pembicaraan yang menyangkut kejadian kemarin itu pun memang tak dapat dihindari. Hingga menghantar keduanya pada hening panjang yang teramat menyiksa. Dengan keduanya yang saling membisu di dalam jok mobil sesampainya mereka di depan kos Gina.

Jungkook sendiri sebenarnya sudah mempersiapkan apa yang akan ia katakan ke Gina, namun bagai terkena kutukan Silentio milik Harry Potter, ia mendadak bisu seketika, seakan lupa dengan apa saja yang hendak ia katakan.

Sedang Gina memang tak tau apa yang harus ia katakan sejak awal.

Lantas, ketika hening itu mulai terasa amat memuakkan, Jungkook pun menarik nafas panjang, menghembuskannya dan memberanikan diri memecah keheningan.

"Maaf," katanya.

Well, memang harus itu kan yang Jungkook ucapkan?

Namun entah mengapa, entah bagaimana pastinya, hati Gina justru bergetar pedih mendengar kata itu. Gina sendiri tidak tau apa yang ia rasakan sekarang. Dasar jiwanya terasa teraduk-aduk. Terisi dengan berbagai macam emosi yang membingungkan dan menenggelamkan. Hingga ia hanya bisa duduk terpaku tanpa bisa memberi respon berarti.

Sementara itu, sambil memaki dalam hati tentang seberapa brengseknya dirinya, Jungkook melanjutkan, "Aku tidak meminta maaf karena menciummu, tapi justru karena aku tidak menyesalinya."

Tunggu...

Apa?!

Sontak Gina menilik Jungkook. Rautnya tercengang, namun lebih banyak kebingungan di sana.

Apa maksud pria itu?

"Aku tau, aku sudah begitu kurang ajar dengan mencium Noona seperti kemarin. Dan aku juga tau, tidak seharusnya aku melakukan itu. Tapi sekali lagi, maaf, aku tidak menyesalinya."

Oh, wow! Gina benar-benar sampai kehilangan kata-kata untuk ini.

Tapi, ada  yang lebih mengejutkan dari itu, ketika Jungkook berbalik menatap Gina dan berkata, "Aku akan berterus terang." Tatapannya mantap menyorot Gina. "Aku menyukaimu."

Detik itu juga, Gina seketika lupa caranya bernafas.

Oh, astaga! Jungkook mengatakannya!

Sesaat Gina terdiam. Tak bergeming dari menatap Jungkook. Wajahnya cengo. Sedang kalimat 'Aku menyukaimu' itu terus menggema dalam kepalanya, mengalir memenuhi pembuluh darahnya, membuat jantungnya berdebar-debar dengan sekelebat perasaan aneh yang menderai. Hingga menatap Jungkook lebih lama dengan seribu bahasa yang tercekal di mata, Gina akhirnya memalingkan wajah, menarik diri dari pandangan Jungkook yang juga menatapnya.

Selama beberapa waktu, Gina hanya membisu, menunduk lemah bak bunga layu, bimbang akan apa yang ia pikirkan juga rasakan. Entahlah, sulit untuk menjelaskannya. Jungkook itu biasnya, sosok yang memiliki tempat spesial di hati terlepas dari seberapa seringnya gadis itu berpindah hati ke member lain. Hingga ketika mendengar pengakuan Jungkook tadi, rasanya Gina tidak tau harus melakukan apa sekarang.

Lantas dengan gerak pelan, Gina menggeleng, tanpa sadar mengeluarkan suara senduh dari bibirnya.

"Jangan menyukaiku," katanya muram.

"Kenapa?" Jungkook bertanya. pandangannya tak lekang dari Gina.

"Aku tidak bisa," aku Gina. Suaranya terdengar begitu jauh bahkan bagi dirinya sendiri.

"Apa karena Yoongi hyung?"

Sesaat Jungkook bisa melihat wajah gadis itu menegang.

Hening. Gina tak menjawab.

"Aku tau." Sedikit ada senyum remeh nan ironis yang Jungkook sematkan di sana, ketika ia membuang muka menelisik jalanan kosong di depannya. Tidak lagi menatap gadis yang berada di sampingnya itu.

"Maaf, tapi Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian malam itu," ungkpanya tak menutupi.

Kini Gina terhenyak. Sesuatu yang berat semakin terasa menghimpit dadanya. Hingga ia merasa begitu sulit bahkan tuk sekedar menarik nafas.

Jadi selama ini Jungkook tau?

Sekelumit perasaan tak ayal menggerayangi Gina bak lava panas yang baru dimuntahkan. Membakarnya hingga ke dalam-dalam sampai perih dan sesak begitu nyata untuk dirasakan.

Mengetahui fakta bila Jungkook tetap mengungkapkan perasaannya terlepas dari apa yang pria itu ketahui mengenai hubungan Gina bersama Yoongi, sukses mengukung Gina dalam tangkupan rasa bersalah. Sebab, Jungkook benar. Nyatanya memang selalu ada Yoongi di antara mereka.

"Maaf," tutur Gina akhirnya.

Mengulas senyum satiris, Jungkook lantas mengganguk, paham akan maksud di balik kata maaf itu.

"Tidak apa. Aku mengerti. Setidaknya aku sudah menyatakan perasaanku. Jadi aku tidak akan menyesal suatu hari nanti seandainya aku belum menyatakannya."

***

Uhuyyyyyy

Jungkook si sat set 😁

Jadi gimana nih, tanggapan anda pemirsa?

Klu jadi Gina kalian bakal jawab apa?

Klu aku sih... yah Ayuk!!! Wkwkkwkwkw

Thank you for voment 💜

See you

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 742 14
Sebuah Misteri yang selalu datang di kehidupan ku entah kenapa sejak ibuku pergi aku mempunyai kelebihan yang sangat jauh lebih mengerikan dari ibuku...
93.7K 11.9K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...
80.8K 7.8K 27
Ada hal yang membuat banyak orang menyesal, salah satunya cinta! Iya cinta yang terabaikan Kadang kala hati selalu kalah oleh logika, bukankah mencin...
979 546 11
Terinspirasi dari kisah nyata, kisah kriminal, petualangan dan cinta dari seseorang yang mengalaminya, tetapi hanya saja saya ubah seperti sebuah kar...