He's My Enemy

By Lin_Woovin03

97.9K 10K 698

Dua berandalan sekolah Waiji yang bernotabe musuh bebuyutan, terpaksa menerima perjodohan atas ancaman dari k... More

1.......
2.......
3.......
4.......
5.......
6.......
7.......
8.......
9.......
10.......
11.......
12.......
13.......
14.......
15.......
17.......
18.......
19.......

16.......

3.7K 431 24
By Lin_Woovin03

Woy lah, mata gue tuh butuh diobati hiks🤧 tiga hari kek nya gue ngilang ya, samsek kgak up dh.

🐺🦋

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~











Ketika bangun Haruto sudah ada di apart Jeongwoo, seketika pikirannya mengulang kejadian malam kemarin hingga sebelum dirinya terlelap dipangkuan Jeongwoo. Mengingat itu entah kenapa hatinya sakit tidak terima, kenapa harus berakhir di sini lagi?

"Argh! " Ia berteriak frustasi.

Dari ruang depan Jeongwoo berlarian menghampiri kamarnya "Ru, kenapa?"

Tatapan tajam Haruto layangkan pada Jeongwoo, tersirat amarah yang tertahan "Kenapa harus di sini?"

"Loh, kan emang tinggal di sini, emang mau dimana lagi?" Jawab Jeongwoo dengan kerutan di dahinya.

Sebelum jarak diantara mereka menipis, segera Haruto mendorong dada Jeongwoo "Gue gak mau tinggal seatap sama bajingan kayak lo!" Ia berujar dengan penuh penekanan.

"Gue bakal jelasin, asal lo mau dengerin penjelasan gue ya?"

"Gak mau!" Bukan tanpa alasan Haruto langsung menolak, tentu saja ia tidak mau menambah luka pada hatinya. Karena, apa yang Jeongwoo lakukan tetaplah sakah dinilai dari sudut pandang manapun.

"Tapi lo salah paham, Ru"

"Enggak! Gue bakal minggat dari sini, lo jangan halangin gue" Tanpa berpikir dingin untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, Haruto langsung memasukkan semua pakaian dari dalam lemari ke dalam kopernya.

Jeongwoo tidak bisa menebak pikiran Haruto. Padahal, kemarin Haruto menangis kejer hanya karena tidak ingin jika Jeongwoo diambil Jihan. Tapi sekarang, saat dirinya ingin meluruskan kesalahpahaman tersebut tidak diberi kesempatan.

"Jangan bertindak ceroboh, Ru!" Peringat Jeongwoo begitu tegas dengan suara yang mendominasi, hingga Haruto merinding dibuatnya.

Haruto tidak peduli jika pun ia mendapatkan siksaan kembali dari Jeongwoo, toh ia juga laki laki yang bisa melawan ketika dalam keadaan berbahaya untuk pembelaan diri.

Melihat Haruto melangkah keluar kamar sembari menggeret kopernya membuat Jeongwoo tanpa keraguan segera menahan Haruto, dengan memeluknya dari belakang.

Tentu saja mendapat back hug dari Jeongwoo merupakan suatu hal yang tidak pernah Haruto sangka, ia pikir Jeongwoo akan melakukan tindakan kekerasan seperti biasanya. Namun, ia salah menduga, nyatanya Jeongwoo tidak seburuk itu.

"Di sini aja, jangan pergi nanti gue kesepian kayak dulu" Mohon Jeongwoo dengan begitu lirih.

Haruto tetap dengan pendiriannya, ia menepis kasar tangan Jeongwoo lalu melanjutkan langkahnya. Ia abai, berkali kali menepis Jeongwoo yang menahannya hingga terhenti saat ketika ia ditarik begitu kasar.

"Lo jangan keluar, lo gak bakalan aman Haruto" Banyak spekulasi yang ingin Jeongwoo utarakan pada Haruto tentang si Bajingan yang akan merebut Haruto darinya. Jika Haruto berkeliaran di liar sana, maka si Bajingan itu pasti akan dengan gencar mendapatkan Haruto terlebih saat mereka berdua ribut seperti ini.

Mempertahankan hubungan yang akan resmi, tidak salahkan?

Tetapi Haruto menganggap peringatan Jeongwoo itu ancaman, berpikir bahwa Jeongwoo tidak akan membiarkan hidupnya tenang jika ia keluar dari sangkar ini "Lepas!"

"Lo ngapain sih, Ru kayak gini?"

Haruto mengernyitkan keningnya "Lo yang apa apaan Woo?!"

"Jangan buat gue harus bertindak kasar supaya lo gak keluar dari sini"

Di situasi seperti ini pun Jeongwoo malah memberikan Haruto ancaman.

"See? Lo yang ngapain and l don't care!" Haruto sedikit meringis ketika cengkraman Jeongwoo pada lengannya menguat.

"Give me a chance" Jeongwoo memohon dengan begitu datar, lebih menjurung bahwa yang ia pinta harus dituruti Haruto.

"Persetan dengan kesempatan, jangan sakiti gue lebih dari ini ataupun melebihi siapapun, Woo!"

Mendengar balasan Haruto membuat Jeongwoo tertawa miris "Salah ya, gue mempertahankan lo?"

"Pertahanin gue, setelah kebejatan yang udah lo lakuin itu?" Tanya Haruto dengan sindiran keras.

"Iya, salah ya?"

Haruto juga menyempatkan diri untuk tertawa miris, ia tidak habis pikir dengan kelakuan bajingan seorang Park Jeongwoo "Pertahanin apanya, Woo?"

"Menurut lo?" Tanya balik Jeongwoo.

"GAK GITU CARANYA BANGSAT! " Teriakan Haruto begitu menggema hingga ke relung hati Jeongwoo "Lo ngotak, Woo!" Bahkan jari telunjuknya menujuk tepat pada kening Jeongwoo "Tanpa lo terima tantangan yang buat gue jadi taruhannya, lo udah punya gue! Tanpa perlu susah payah kayak yang si Ben sialan itu buat dapetin gue, lo.udah.milikin.gue.Park.Jeongwoo! " Ucap Haruto menggebu gebu, amarahnya tersulut dengan hati yang terasa sakit.

"Ru, itu-"

"Lo mau ngelak? Udah salah bangsat! Sialan sakit dada gue" Tangan Haruto menepuk nepuk dadanya sendiri, berusaha mengeluarkan sesak yang terasa dengan mata yang mulai berembun.

Jeongwoo segera menahan tangan Haruto, ia pun merasa sesak melihat Haruto menyakiti dirinya sendiri "Ru jangan gini"

"Lo yang buat gue gini sialan sakit hati gue gak terima lo giniin!" Haruto menekan dadanya yang terasa semakin sesak.

"Maaf Ru, gue kepalang emosi gak bisa diam aja pas si Bajingan itu mau ngambil lo dari gue" Jeongwoo berucap dengan penuh penyesalan, ia sadar dan merasa bersalah.

"Dan lo sama bajingannya kayak dia!" Bentak Haruto "Gila lo! calon istri sendiri dijadiin bahan taruhan hahahaaaa" Seketika Haruto tertawa dengan begitu menggelegar, tapi matanya yang basah menyiratkan kekecewaan serta kesakitan yang mendalam.

"Ru, gue salah, gue nyesel jangan pergi lagi cukup kemaren dan gak untuk kedepannya" Merasa panik, takut Ditinggalkan Jeongwoo memeluk Haruto begitu erat.

Tentu, Haruto berontak sembari menangis "It's hurting me, Woo hiks l'm crazy and l don't deserve for you"

"No, jangan ngomong gitu, Ru. Lo mungkin sadar seberapa effort gue buat jagain lo setelah tau penyakit lo itu, because l loved you" Jeongwoo menyadari, bahwa saat ini Haruto tidak terlalu terpaku pada kesalahan yang Jeongwoo perbuat, tapi Haruto terganggu dan fokus pada bisikan yang terdengar jelas seperti kemarin.

"I'm crazy, l know stop it!"

Sepertinya, ucapan Jeongwoo dianggap angin lalu karena Haruto malah kembali berteriak.

"Ru, sadar. This is me, Park Jeongwoo" Tangan Jeongwoo menepuk pelan pipi Haruto yang kejiwaannya mungkin telah dikendalikan oleh bawah sadarnya.

"Stop it hiks berisik aku paham jangan diperjelas lagi hiks" Tangisan Haruto begitu pilu, ia menatap Jeongwoo sendu menandakan bahwa ia membutuhkan pertolongan.

Lantas, Jeongwoo menangkup pipi Haruto "Look at me, Ru. Dengerin apa yang gue katakan, okey Sayang?" Tepatnya, ia memberikan perintah.

"I'm afraid, help me" Balasnya meracau.

"Ru jangan beralih dari tatapan gue"

Dengan mata yang tidak menentu arah Haruto berusaha untuk fokus di satu titik pada netra Jeongwoo. Kata demi kata yang terucap mulai merangkai dari mulut Jeongwoo, begitu halus mengalun pada indera pendengaran Haruto hingga merasakan ketenangan.

Tapi, hanya bertahan beberapa menit saja "Jihan bakal ngambil Jewu" Ia mulai meremat kepalanya, berharap bisikan yang memenuhi telinganya itu hilang.

Suranya yang sudah serak karena terus menangis tidak berhenti meracau dengan gumaman hanya untuk mengatakan, bahwa dirinya sadar tidak pantas untuk Jeongwoo dengan demikian Jihan boleh mengambil Jeongwoo.

Namun, lain dihati.

"Help me hiks help me god please" Ia terisak sembari terus memohon.

"Ru, bisikannya jangan di denger lagi ya? Enggak guna" Takut Haruto semakin menjadi, tiada nada ketegasan dari ucapan Jeongwoo.

"Je-jewuuu hiks Jewuuu Jewuuu hiks Jewuuu" Dengan tangisan yang tersengut sengut, tanpa henti Haruto terus memanggil nama panggilan khusus–kesayangan–untuk Jeongwoo.

Teriris hati Jeongwoo melihat Haruto sampai meraung raung hanya untuk memanggil namanya, separah apa kondisi psikis Haruto? Tentu saja ia iba, begitu pula merasakan sakit seperti yang Haruto rasakan. Namun, tidak bisa ia mengelak dirinya marah pada satu oknum.

Jihan, orang yang Haruto sebut sedari kemarin sangat membuat Jeongwoo merasa muak, ingin sekali rasanya ia melenyapkan si empunya nama.

Jeongwoo tidak tau harus melakukan apa lagi, karena sebanyak apapun mengeluarkan kata penenang tidak mempan bagi Haruto.

Sekarang, bahkan Haruto kembali mengamuk seperti kemarin dengan melempar semua benda yang ada di sekitarnya sembari berteriak 'Pergi' saat ketika Jeongwoo mendekatinya. Luka yang tertera jelas ditangan Haruto yang belum kering pun, kembali mengeluarkan cairan merah.

Dengan panik Jeongwoo segera menelpon Junghwan, meminta pertolongan untuk menenangkan Haruto.

🐺🦋


Senyuman yang beberapa hari lalu terukir dipipi Haruto kini kandas kembali, jangankan untuk tersenyum bahkan hanya sekedar mengambil napas saja sesak menyerang dada Haruto. Bukan kembali menjadi pribadi dingin tak tersentuh seperti dulu, melainkan layaknya seorang anak kecil yang terusik sedikit saja tidak bisa menahan tangisnya.

Tidak terlalu sesering itu, hanya saja jika berada dihadapan Jeongwoo pasti menangis dan lebih parahnya terus menerus meraung raung kesakitan karena bisikan yang menghantui kepalanya itu. Terakhir kali merasakannya beberapa hari yang lalu saja membuatnya tersiksa, tentu menguras tenaga karena terus menangis dan berteriak begitu keras.

Saat ini, setelah pulang sekolah harusnya Haruto bisa bersantai dan merebahkan diri di ranjang, tapi harapannya pupus begitu Jihan menunggu dirinya di taman belakang sekolah yang tidak berpenghuni itu. Karena masih memikirkan harga diri tentu saja Haruto datang sendiri.

Tanpa temannya, tanpa Jeongwoo. Toh yang menyita waktunya itu adalah cewek lemah, jadi mengapa ia harus takut. Dengan keberanian yang tidak secuil Haruto nekat mendatangi Jihan seorang diri. Namun ada sedikit keraguan, kala pirasatnya mengatakan bahwa hal yang tidak baik akan terjadi pada dirinya jika menemui cewek itu.

"Ouh? Nyali lo perlu diapresiasikan" Jihan berseru begitu senang, setelah melihat kedatangan Haruto.

"Iya, silahkan lo ambil Jeongwoo, gue cape mau pulang" Ujar Haruto segera beranjak dari tempat itu, karena ia tau alasan Jihan ingin bertemu dengannya. Apa lagi jika bukan permasalah Jihan yang ingin menghak-patenkan Jeongwoo?

"Yakin lo? Cepet banget nyerahnya" Dengan sigap Jihan menahan langkap Haruto, kemudia berdiri dihadapan pemuda berparas cantik itu.

"Minggir, gue cape" Titah Haruto dingin tapi tidak gentar membuat Jihan ketakutan, tapi malah senyum puas yang tidak berarti menurutnya.

"Segampang itu, lo nyerahin Jeongwoo?" Senyum Jihan semakin mengembang.

Bukannya terpesona akan kecantikan wajah Jihan, Haruto bergidik ngeri melihat senyuman psycho cewek pentolan itu.

"Serah, lo mu bawa Jeongwoo ataupun nikahin dia juga, l don't care" Haruto beneran tidak perduli, lagi pula ia males membahasnya.

Jihan menampakan raut kecewa "Yah, padahal pengen maen dulu bentaran, gak bisa ya?"

Disuguhkan wajah yang begitu memelas, bukannya prihatin tapi Haruto merasa ingin menonjok Jihan "Maksudnya?"

"Gini ya Sayang, karna lo nyerahin Jeongwoo dengan baik hati gue kasih balasannya, terima ya?" Jihan mendekati Haruto, lantas berbisik "Ayo maen dulu sebentar, jalang"

Amarah Haruto tidak bisa tertahan lagi, tapi belum sempat ia memberi bogeman mentah pada wajah mak lampir itu seketika mulutnya dibekap dari belakang. Tentu saja ia meronta, tetapi bau yang ia hirup dari kain yang menutupi hidupnya membuatnya pening yang teramat.

Sempat, sebelum kesadarannya hilang Haruto melihat seringaian Jihan. Okey, Haruto tandai itu cewek berani bermain main rupanya dengan seorang Watanabe.


Ben_hayn

||📷/Picture/

|| Manis banget bikin gue gak tahan

Sharelock sialan||


||Lo udh ada Jihan ngapain masih cari Harutonya
||gue?

Gue peringati! Sentuh dia abis lo ditangan gue||


||Sebelum lo temuin nih anak, pasti udah gak
||perjaka lagi.
||Kalo lo berhasil nemuin kita jangan bawa polisi. ||Kasian nanti mereka yang mati duluan.

Tanpa membalas lagi Jeongwoo langsung membeberkan permintaan tolong pada seluruh anggota Rafl. Semua anggota dengan sigap membantu, bahkan memberi saran untuk mengerahkan polisi dalam diam. Gimanapun mereka tidak boleh ceroboh hanya karena ancaman semata.

Renjun salah satu anggota yang bisa melacak posisi segera bertindak, walaupun tidak mudah karena harus menghacker dulu akun si nomer pengguna. Hanya nomor Bajingan itu satu satunya yang Jeongwoo punya sebagai akses untuk menemukannya, ia sudah mencari akun sosmednya seperti Instagram, facebook, twitter tapi tidak ada satupun yang muncul atas nama si Bajingan itu.

Jeongwoo mencari tau setiap tempat yang didatangi atau yang biasa Bajingan itu tempati. Namun nihil, tidak ada informasi apapun mengenai Bajingan itu, semua teman bahkan keluarga si Bajingan itu sudah Jeongwoo tanyai tentang keberadaannya tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau memberi tau.

Bukan tidak mau memberikan informasi, hanya saja mereka semua memang tidak tahu menahu tentang keadaan ataupun keberadaan si Bajingan itu. Bahkan sudah Jeongwoo ancam keluarga serta teman si Bajingan itu, tapi mereka malah memohon mohon pada Jeongwoo agar tidak membunuhnya.

Apa Jeongwoo bodoh? Tentu saja tidak, ia bahkan mengirim anggota gengnya satu persatu untuk memantau semuanya. Tidak hanya keluarga dan teman, bahkan yang pernah berurusan dengan si Bajingan itupun Jeongwoo awasi. Dari mana Jeongwoo tau tentang semua hal itu? Tentu, karena bantuan teman temannya.

Bahkan lebih dari Jeongwoo, teman temannya yang termasuk anggota Rafl itu berkerja lebih keras dibandingkan Jeongwoo sendiri.

Beberapa hari yang lalu, padahal Jeongwoo meminta pada Haruto untuk tidak pergi dan meninggalkan Jeongwoo lagi. Tapi, jika takdir sudah memainkan perannya, lantas apakah bisa ia mencegahnya supaya hal yang tidak diinginkan tidak terjadi? Untuk sekedar menolak saja Jeongwoo pikir ia tidak berhak.

Harutonya pergi, walau bukan keinginan Haruto sendiri tapi sungguh mengapa skenarionya harus seperti ini? Ia sekarang tidak yakin Harutonya baik baik saja, tubuhnya itu rentan sangat lemah mengingat ada satu penyakit bahaya yang diidapnya.

Mungkin dimata orang orang Haruto itu sangat tegar, tapi nyatanya tidak karena dimata Jeongwoo berbeda malah menganggap sebaliknya. Jeongwoo tau Haruto itu begitu tegar karena sanggup bertahan walau angin badai menerpa nasib hidupnya, Jeongwoo juga tau Haruto itu kuat terbukti dengan Haruto yang bisa bangkit sendiri tanpa support system dari siapapun.

Mahkluk yang Jeongwoo sayangi itu nyatanya begitu rapuh, tidak hanya dalamnya saja bahkan tubuh ringkihnya pun membuktikan bahwa Harutonya itu mudah sekali terjatuh saking rapuhnya.

Dan itu hanya dimata Jeongwoo seorang hingga yang pada awalnya ia yang tidak menyetujui dijodohkan dengannya, menjadi sangat ingin melindunginya, menjadi pilar yang berdiri kokoh di sisi manapun agar bisa melindungi serta menjaga Harutonya dengan totalitas.

Maka tidak heran sikap Jeongwoo pada Haruto berubah dengan seiringnya waktu berjalan, walau kadang sempat ia tidak bisa mengontrol emosinya ketika saat membuncah tapi dibalik itu semua, seringkali Jeongwoo treat Haruto begitu handal tanpa disadari.

Bahkan, darah yang berdesir serta sengatan seperti listrik pada tubuhnya saat Haruto berada di dekatnya menyadarkan dirinya, bahwa ia telah jatuh pada pesona seorang Watanabe Haruto yang sebentar lagi akan berganti dan menyandang marga menjadi Park Haruto.

Bisakah itu terjadi? Jeongwoo sangat berharap dan memohon pada tuhannya, bahwa ia ingin diberi kesempatan untuk memiliki Haruto. Tidak hanya sah saja dimata agama dan hukum tapi selamanya, hingga takdir pun mendukung perjalanan lika liku yang akan mereka rintangi.











°•••••°

270123

Continue Reading

You'll Also Like

278K 13K 90
Riven Dixon, the youngest of the Dixon brothers, the half brother of Merle and Daryl dixon was a troubled young teen with lots of anger in his body...
355K 31K 89
Sequel to my MHA fanfiction: •.°NORMAL°.• (So go read that one first)
52.4K 4.8K 28
"Pernikahan???" "Sama siapa?? Jaehwan??" "Aku?? dengan Minhyun hyung?? Mau menikahi aku atau membunuhku?? Nggak mau!!" ...
25.6K 2.4K 32
"gue ga butuh orang kaya Lo , karna gue bisa dapetin semua yang gue mau hanya dengan uang, dan Lo juga bisa gue beli, berapa sih harga diri Lo? murah...