Cinta Penawar Kutukan

By chinggu313

1.4K 1.1K 390

Genre fantasi namun mengandung unsur romansa. Inilah kisah tiga anak remaja dengan kutukan masing-masing. Men... More

♧Prolog♧
♧Chapter1♧
♧Chapter2♧
♧Chapter3♧
♧Chapter4♧
♧Chapter5♧
♧Chapter6♧
♧Chapter7♧
♧Chapter8♧
♧Chapter9♧
♧Chapter11♧
♧Chapter12♧
♧Chapter13♧
♧Chapter14♧
♧Chapter15♧
♧Chapter16♧
♧Chapter17♧
♧Chapter18♧
♧Chapter19♧
♧Chapter20♧
♧Chapter21♧
♧Chapter22♧
♧Chapter23♧
♧Chapter24♧
♧Chapter25♧
♧Chapter26♧
♧Chapter27♧
♧Chapter28♧
♧Chapter29♧
♧Chapter30♧
♧Chapter31♧
♧Chapter32♧
♧Chapter33♧

♧Chapter10♧

42 40 3
By chinggu313

Pagi hari sudah datang. Saatnya matahari muncul untuk melakukan tugasnya menggantikan sang bulan. Sang malam telah berganti menjadi pagi hari. Begitupun rutinitas para manusia yang hidup di planet bumi ini.

Saatnya bangun dan beraktifitas. Jalanan kota Seoul pada pagi hari ini lumayan padat oleh pejalan kaki. Halte bus juga sudah penuh dengan orang-orang berpakaian kantoran dan juga seragam sekolahan. Salah satu yang berada di sana tak lain dan tak bukan adalah si gadis gembul Giselle. Badannya terhimpit oleh orang-orang dewasa berpakaian jas di masing-masing samping kiri dan kananya. Pengap rasanya namun dia takut untuk bergerak dan protes. Tatapan serius mereka seakan-akan membuat Giselle mati kutu dan tak mampu bergerak. Perutnya kembang kempis bernafas dengan irama dua kali lebih cepat.

Tak lama kemudian bus yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Tak membuang kesempatan, gadis itu segera berlari dan masuk ke dalam bus. Tidak peduli dengan tatapan protes orang-orang yang sempat tersenggol dan hampir terjatuh akibat bertabrakan dengan badannya. Kini Giselle sudah bisa bernafas lega sambil tersenyum lebar ke arah luar jendela bus yang dia naiki. Dirinya memang bukan anak unggulan dan sangat rajin namun mood untuk berangkat sekolah harus selalu full agar menambah semangat dalam belajar nanti. Ya meskipun pekerjaan rumah yang diberikan oleh Pak Kai minggu lalu belum dia kerjakan, padahal nanti di jam pertama, Pak Kai akan menagihnya.

"Nyontek punya Sunoo aja deh entar."

Bus pun berjalan membelah jalanan kota Seoul. Mengantar orang-orang yang ditumpanginya menuju tujuan masing-masing.

.

.

.

"Selamat pagi, good morning babuku!!!" teriakan menggelegar milik Winter membuat beberapa murid yang masih berada di kawasan depan gerbang seketika terarah ke arah gadis itu.

Giselle yang mendengar teriakan Winter hanya bisa tersenyum paksa dan menunggu Winter datang menghampirinya. Rangkulan menjadi hal pertama yang dilakukan oleh gadis bersuara melengking itu terhadap salah satu sahabatnyaㅡ Giselle.

"Babu... Babu. Gak sekalian lu manggil gue babi?"

"Eiiii jadi lo mau gue panggil babi?"

Langkah kaki mereka bersamaan menuju ke gedung sekolah mereka. Berjalan bersama dengan murid-murid lainnya. Suasana sekolah sudah mulai ramai oleh murid-murid. Namun belum terlihat satupun guru yang muncul. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 6.45 AM.

"Terserah Ter. Lu mau manggil gue apapun itu terserah lu. Lu mau cungkir balik juga gue bodo amat. Gue mau nunggu contekan PR dari Sunoo. Lu pasti belum ngerjain kan?"

Cengiran yang ditampilkan Winter membuat Giselle tersenyum sabar. Hmmm dia harus banyak-banyak bersabar mempunyai sahabat seperti Winter, namun dia juga sangat bersyukur. Terlepas dari sikap gadis itu yang jail dan agak random, dirinya juga merasakan energi positif yang dikeluarkan oleh Winter.

"Tapi kan Sunoo gak masuk."

Dengan gerakan cepat, kepala Giselle yang tadinya sudah menyembul dari balik pintu untuk mengecek keadaan kelas langsung berbalik dan melotot kaget ke arah Winter.

"Buset, tuh mata biasa ajah dong melototnya. Kayak liat setan ajah lu."

"Dapet info gak jelas dari mana lo? Kok lo bisa tau Sunoo gak masuk hari ini?"

Winter mengerjap beberapa kali akibat goncangan Giselle dan juga ucapan Giselle yang sudah seperti rapper tadi. Jujur, Winter gak nangkap satu katapun ucapan Giselle saking cepatnya gadis itu berbicara.

Plakk!!

"Heh! Kok lu nampar gue sih? Wah, harus gue laporin nih ke pihak keamanan siswa. Kekerasan dalam persahabatan," ucap Winter dengan sedramatis mungkin.

Giselle yang mendengar celotehan tidak bermutu sahabatnya hanya bisa memutar bola matanya malas. "Nampar kata lu? Di toyor dikit doang lu jangan lebay deh."

"Mana ada toyor sampai bunyi plakk gitu?"

"Ada. Nanti gue yang bikin sejarahnya."

Seketika topic utama mereka teralihkan. Giselle sudah melupakan pertanyaannya tadi. Melihat teman-teman sekelas mereka tengah berdiri di belakang mereka sambil menatap dengan tatapan datar, baik Giselle maupun Winter segera menyingkir dan mempersilahkan mereka masuk terlebih dahulu.

Tepat tujuh menit setelah Giselle dan Winter duduk di bangkunya, masuklah Pak Kai ke dalam kelas dengan langkah kaki beribawa. Lengkap dengan penggaris kayu yang panjangnya hampir setengah meter di tangan kirinya.

"Pagi anak-anak!"

"Pagi Pak~~"

Di tengah-tengah sorakan kompak teman-temannya, lain halnya dengan dua gadis gemuk yang duduk di barisan paling depan memilih untuk tidak menjawab dan malah memperlihatkan masing-masing raut wajah tegang dan gelisah.

Giselle sudah menggerutu pelan karena mengharapkan contekan PR dari Sunoo tapi laki-laki itu malah tidak datang ke sekolah.

"Ck. Tau gini, gue ngerjain ajah semalam. Jawabannya juga pasti ada di google."

Clap... Clap... Clap

Suara tepukan tangan membuat suasana kelas hening seketika. Namun hanya berlaku selama beberapa menit saja. "PR kalian apa kabar?"

Giselle dan Winter saling pandang lalu memasang raut wajah memelasnya. Beomgyu yang dari belakang kebetulan melihat wajah lesu kedua gadis itu lantas langsung terkekeh pelan.

"Oh jelas sudah selesai dong Pak!" jawaban penuh percaya diri dari sang ketua kelas mengundang senyum lebar di wajah Pak Kai. Dirinya mengajukan jari jempol ke arah Guanlin sambil berucap kata, "bagus."

"Yang lain?"

Bunyi kaki bangku yang berdebat dengan lantai terdengar mengalihkan atensi semua orang ke arah Beomgyu yang baru saja berdiri dari bangkunya.

Tatapan tengilnya menjuru ke seluruh penjuru kelas sampai tatapanya terpaku kepada gadis yang berada di barisan paling depan dekat pintu kelas.

"Kami sudah menyelesaikan tugas kami kok Pak, kecuali dua orang gadis yang duduk di dekat pintu itu Pak. Sedari tadi saya melihat wajah mereka gusar dan tidak berani menatap Bapak. Coba Pak Kai tanya mereka?"

"Beomgyu laknat!!"

Mau tak mau, Winter beserta Giselle harus mengangkat wajah mereka. Penglihatan Pak Kai sudah mengarah ke arah mereka berdua. Oh jangan lupa tatapan dari mata masing-masing teman-temannya sekelasnya. Ekor mata Winter melirik Beomgyu yang sudah menampilkan wajah meledek nya dengan mata yang dia buat melotot dan lidah yang menjulur ke depan. Sangat menyebalkan sampai rasanya Winter ingin melempar laki-laki itu dengan sepatu yang dia kenakan. Kebetulan hari ini dia sedang memakai sepatu longgarnya. Namun niatnya tidak dapat dia kabulkan dikarenakan tatapan menyelidik dari Pak Kai sudah seperti ingin membunuhnya.

Terlihat Giselle sudah menyengir lebar ke arah Pak Kai dengan tangan yang dia mainkan di bawah kolom mejanya. Gadis itu tau kalau sahabatnya itu tidak kalah takutnya dengan dirinya. Pak Kai mungkin memang tidak sekejam guru-guru lainnya. Namun perjanjian yang dibuat oleh guru wali kelasnya itu kepada Giselle membuat Winter jadi ikutan khawatir.

Minggu lalu, Giselle ketahuan bolos ke UKS dengan alasan sakit perut. Tentu saja alasan itu hanya gadis itu buat tanpa adanya kejujuran. Meskipun Winter tidak ikut bolos bersama Giselle, namun Winter jadi ikut kena sial juga. Pasalnya Pak Kai bilang Giselle dan Winter itu satu paket. Seperti spidol 12 warna. Tidak lupa dengan Sunoo si laki-laki gembul yang nyasar nangkring bersama kedua gadis gemuk itu. Jadi kalau yang satu kena hukuman sudah pasti dua yang lainnya tidak jauh-jauh dari salah satu yang dikenakan hukuman.

Tuduhan Pak Kai mengenai Winter dan Sunoo yang bekerja sama dengan Giselle tentu saja membuat Winter dan Sunoo protes tidak terima. Namun dengan alasan rasa setia kawannya tak mungkin mereka lupa perihal salah satu kata keluar dari mulut Giselle membuat Winter dan Sunoo jadi ikutan terlibat.

"Siapa tuh yang janji-janji saya minggu kemarin? Katanya tugas yang saya kasih akan selesai dan akan menjadi orang paling pertama yang mengumpulkan tugasnya di atas meja guru. Kalau kayak gini, beda lagi dong ceritanya. Sama saja kalau kalian gak menepati janji dan lebih parahnya lagi kalian bohongin saya."

Ucapan tegas yang ditujukan kepada dua gadis itu lebih seperti di tujukan oleh semua murid yang berada di dalam kelas. Murid yang lain termasuk Beomgyu terdiam dan tidak berani untuk bersuara. Raut wajah Pak Kai yang terlihat datar namun suaranya yang tegas membuat Beomgyu jadi menyesal. Niatnya hanya ingin melihat Winter maupun Giselle protes atau marah namun yang terlihat marah malah Pak Kai.

"Beomgyu pas pembagian filter ucapan datang telat kayaknya. Dapetnya cuma sebiji kacang doang," batin Guanlin yang memerhatikan Beogmyu dari tempat duduknya.

"Kalau kayak gini situasinya, gue rasa bakal terjadi sesuatu deh." Yedam menoleh ke arah Jisung lalu menaruh jari telunjuknya di depan bibir isyarat untuk diam dan tidak ribut.

Jisung juga menoleh ke arah Yedam lalu mengangguk mengiyakan. Tumben nurut.

"Kok diam? Kalian kemarin koar-koar gak jelas di Koridor kelas tapi kenapa pas saya tanya kalian seakan-akan jadi bisu?"

Kepala Winter dan Giselle mendongak cepat dengan ekspresi wajah kaget yang dibuat-buat. "Astagfirullah Pak Kai, kalau ada malaikat yang lewat terus ngaminin ucapan Bapak, gimana?"

"Saya bantu aminin."

Niat untuk mengubah topic pembicaraan seketika sirna. Belum apa-apa udah kena mental. Winter melipat bibirnya ke dalam lalu kembali melirik sahabatnya. Tumben Giselle gak koar-koar?

"Kalian kayak gini mau jadi apa? Sudah kelas tiga juga."

"Saya mau jadi dokter Pak!"

"Mau jadi istrinya Irene Red Velvet Pak!"

Di bangku barisan belakang, Jisung dan Beomgyu menyaut sambil mengangkat tangan tanpa ada rasa takut sedikitpun. Pak Kai memijat pelipisnya merasa pusing. Masih pagi hari sudah disambut dengan perilaku anak walinya yang luar biasa kalem.

"Biar adil, saya akan hukum kalian berdua berdiri di luar dengan badan yang tidak boleh menyentuh dinding!"

Gadis yang duduk di bangku pojok itu mengerjap pelan sambil memproses perintah Pak Kai. Sedangkan Giselle sudah berdiri lalu menarik tangan Winter dan mengajak Winter keluar sebelum teriakan Pak Kai kembali terdengar. Tak tau saja, Pak Kai di belakang sudah ingin mengamuk rasanya, kenapa tidak ada raut penyesalan di wajah kedua muridnya itu? Heran juga, mereka berdua adalah perempuan namun bandelnya bahkan hampir menyamai Jisung. Jangan lupakan Beomgyu yang sepertinya ikut bergabung dengan Jisung.

"Anjir lu Sel. Lu bawa HP?" teriakan Winter tertahan ketika Giselle malah buru-buru membekap mulutnya. Melihat gadis itu mengeluarkan benda persegi itu dari dalam saku roknya membuat Winter shock setengah mati. Masih sempat-sempatnya ngeluarin HP pas lagi dihukum seperti saat ini.

Tak lama kemudian, terdengar bunyi suara sepatu milik Pak Kai yang mendekat ke arah mereka. Giselle terburu-buru memasukkan handphone tadi ke dalam saku roknya kembali lalu menatap Pak Kai yang sudah berdiri tepat di ambang pintu sambil memerhatikan mereka.

"Kalian saya hukum tujuannya supaya kalian jera. Tolong turuti perintah saya dan jangan melanggar aturan yang sudah saya berikan," seru Pak Kai sambil bersandar di dinding dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Winter dan Giselle mengangguk patuh lalu berdiri tegak dengan jarak sekitar setengah meter dari dinding di belakang mereka. "Tapi kita boleh jongkok kan Pak? Kan katanya cuman gak boleh sandar di dinding, berarti boleh jongkok?"

"Yang suruh kamu jongkok siapa?" Winter yang tadinya sudah bersiap untuk merendahkan badannya langsung berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan.

"Kalian harusnya bersyukur. Saya beri keringanan kepada kalian dan hanya menyuruh kalian berdiri saja. Emang kalian mau berdiri sambil angkat kaki pegang kuping?"

Keduanya menolak keras dengan tanda gelengan kepala secara bersamaan. "Gak mau lah Pak. Mending kayak gini."

"Yaudah makanya nurut sama saya. Jangan bikin ulah lagi atau kalian saya tambah hukuman paket lengkap bersihin seluruh WC lantai dua serta lari keliling lapangan sebanyak dua kali."

Usai mendapat anggukan lemah dari kedua gadis itu, Pak Kai kembali masuk ke dalam kelas untuk melanjutkan proses mengajarnya yang sempat tertunda akibat menghukum kedua gadis itu.

Giselle menyenggol pelan pundak Winter yang terlihat lesuh membuat atensi gadis itu mengarah kepadanya. "Udah gak apa-apa. Dihukum sekali gak bakal bikin lo tinggal kelas."

Sekali lagi anggukan lemah menjadi respon Winter terhadap perkataan Giselle. Gadis itu melirik sahabatnya kembali lalu merogoh saku rok yang dia kenakan. Benda persegi panjang sudah berada di tangan kirinya. Entah kenapa, dia jadi merasa bersalah kepada Winter. Akibat kecerobohannya, gadis itu jadi ikutan menjadi orang yang diawasi oleh wali kelasnya itu. Melakukan kesalahan sedikit saja bisa membuat surat peringatan sampai di tangan orang tua mereka.

Ting!!

Giselle melotot kaget ke arah handphone-nya yang barusan bunyi. Lupa nyalain mode silent. Untung Pak Kai fokus menerangkan sebuah materi di papan tulis sehingga nada notifikasi milik handphone Giselle tidak sampai terdengar di telinga beliau. Kalau sampai terdengar, bisa-bisa hukuman paket lengkap yang dimaksud Pak Kai tadi bisa benar-benar mereka berdua rasakan.

Trio gembul🤡                                           08.40
SunooHandsome: Gue lagi sakit loh....... 1




Tbc.....

Continue Reading

You'll Also Like

81.7K 5.7K 32
Bagaimana jadinya jika seorang putri pembangkang harus menikah dengan seorang Duke yang terkenal mengerikan di kerajaannya? Mampukah Putri Aleesya m...
2.7M 146K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Peringkat Mengesankan: #1 in mafia [18 Agustus 2024] #1 in fantasi [21 Agustus...
85.7K 5.2K 19
Aileen Zovanka harus mati sia-sia karena terlampau kesal dengan ending novel yang ia baca, ending yang begitu buruk dan menyebalkan tentunya. namun m...
127K 4.1K 56
Bagaimana rasanya menikah dengan iblis? Kenyataan itu benar benar gila DEVIL Denial Villen adalah nama siluman yang menjadi pengantar dongeng anak-an...