He's My Enemy

By Lin_Woovin03

95.4K 9.8K 697

Dua berandalan sekolah Waiji yang bernotabe musuh bebuyutan, terpaksa menerima perjodohan atas ancaman dari k... More

1.......
2.......
3.......
4.......
5.......
6.......
7.......
8.......
9.......
10.......
11.......
13.......
14.......
15.......
16.......
17.......
18.......
19.......

12.......

3.9K 443 22
By Lin_Woovin03

Gue tuh lagi ngusahain up sampe ch terakhir, soalnya mau lanjut ke season dua. Tapi lagi ada job lain, yang dimana project tersebut kgak bisa gue bagi ke kalian pada tentu karena ada beberapa kendala serta satu dan lain hal.



🐺🦋

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~











Penilaian Haruto terhadap teman temannya selama ini ternyata salah besar, ia jadi merasa salah karena sudah menganggap ketiga temannya itu hanya memanfaatkan dirinya dengan berkedok dibalik pertemanan, karena sama sama suka membully untuk melepas penat sejenak.

Acara kemarin malam berlanjut hingga selesai. Setelah Haruto berdamai dengan Junghwan, Jeongwoo sebagai Panglima Tempur sekaligus Ketua Gang Ralf meneguk satu gelas cocktail, sebagai tanda perayaan annive komunitas mereka yang ke-14 tahun. Siapa sangka, akan bertahan selama itu?

Memang diwajibkan setiap sekali dalam setahun, dari generasi pertama sampai generasi ke lima yang saat ini dipimpin Jeongwoo untuk melangsungkan tiga kali perayaan dengan ketua yang sama hingga berganti periode datang.

Intinya, saat kemarin malam semua anggota sedang berhura hura seketika digemparkan dengan kondisi Haruto yang secara tiba tiba mimisan dan setelahnya pingsan. Mau tak mau acara tetap berlanjut tanpa Sang Ketua, atas permintaan tulus Jeongwoo karena merasa tidak enak hati telah mengacau walaupun bukan atas kehendaknya sendiri.

Jeongwoo kira keadaan Haruto semakin memburuk tapi sebaliknya, justru Haruto hanya merasa kelelahan saja hingga berakhir tumbang. Bahkan, seperti keajaiban Dokter Taemin berkata bahwa, sepertinya ada harapan untuk Haruto supaya sembuh, apalagi jika Haruto rutin dan tepat waktu meminum obat. Sehingga, ketika saat nanti kemoterapi dilakukan, mungkin akan semakin memperjelas bagaimana kondisi penyakitnya.

"Ru maapin gue ya, mungkin kalo semalem gak gue ajak keluar pasti lo gak akan sampai pingsan gitu" Ucap Jeongwoo yang tidak akan mendapatkan jawaban, karena yang ditanya masih tidur nyenyak di sampingnya.

Jeongwoo mengeratkan tangannya yang memeluk pinggang ramping Haruto, lalu ia sedikit mengendus leher Haruto dengan maksud agar si empu terusik dalam tidurnya.

Dan benar saja, tetapi Haruto hanya memolet tanpa terbangun persis seperti bayi saja. Membuat Jeongwoo agak horney hanya karena Haruto yang masih dalam keadaan tidak sadar mengerucutkan bibirnya. Padahal, mungkin karena pikiran  Jeongwoo saja yang kotor, ia tidak bisa menepis pikirannya yang mengira bibir Haruto meminta untuk dilumat!

Otak Jeongwoo malah semakin liar ber-traveling, nyatanya benda yang mengembung diantara selangkangannya cukup membuktikan bahwa si junior tegang. Karena tidak ingin menuntaskan hasratnya hanya sendirian, segera ia mengukung Haruto yang matanya masih terpejam.

Menatap lamat bibir ranum itu hingga susah meneguk saliva, dengan sengaja ia menggesekan kejantanannya yang sudah sangat keras dan tegang itu ke selangkangan Haruto yang terdapat benda sama seperti dirinya juga, tapi tidak menegang.

Haruto semakin terusik saat ketika tangan nakal Jeongwoo memainkan bibirnya, membuat kesadarannya terenggut dengan manik yang membulat.

"Ru" Bisik Jeongwoo dengan suara yang berat serta serak, kemudian dengan lancang menggigit kuping Haruto setelah meniupnya.

Haruto bergidik geli, lantas segera mendorong Jeongwoo sembari melemparkan tatapan memohon "Jeongwoo gak mau..." Ia paham apa yang ingin Jeongwoo lakukan padanya.

Mendapatkan reaksi dengan tatapan seperti itu, anehnya membuat libido Jeongwoo semakin berhasrat dan itu sangat menyiksa.

Jeongwoo pun menatap balik Haruto dengan memelas "Ru, shh nyiksa banget ini" Keluhnya, ia menutup mata sembari mengerang kala yang tegang di daerah selatannya mengenai milik Haruto kembali.

"Gak mau hiks" Bagaimana Haruto tidak terkena mental, ketika ia baru saja terbangun langsung diuji seperti ini.

Jeongwoo tengah berusaha menahan nafsunya yang entah kenapa, semakin bergejolak meminta untuk dipuaskan "Okey Ru jangan nangis, gue gak mau ngerusak lo, tenang aja" Putusnya dengan tatapan pasrah, lalu ia segera melenggang ke kamar mandi.

Bukannya terangsang apalagi merasakan kenikmatan saat tadi Jeongwoo menggesek miliknya di bawah sana, melainkan Haruto malah merasa takut akan sentuhan yang ia terima dari Jeongwoo.

🐺🦋

Demi meluruskan kesalahpahaman serta memperbaiki hubungan pertemanan bersama teman temannya, Haruto memaksakan diri untuk sekolah. Melupakan rasa lelahnya, ia begitu antusias.

"Dobby! Dam! Ada yang mau tuh anak sampein" Junghwan dengan peka memberikan ruang untuk Haruto yang tengah mendekati mereka, tapi ia beujar dengan memakai urat serta ototnya.

"Kalem njir, gak usah ngegas!" Balas Yedam dengan nada yang sama saja seperti Junghwan yang hanya bisa tersenyum psycho menanggapinya.

"Kenapa, Ruto?" Sahut Doyoung saat ketika Haruto duduk menghadap dirinya, mereka berada di salah satu meja yang terdapat di kelas terbengkalai waktu lalu.

Haruto melemparkan semyuman tulus yang begitu lebar, membuat Doyoung dan Yedam memangdang creepy padanya, karena tidak biasanya ketuanya ini bersikap layaknya seperti seorang happy virus.

"Dih, napa lo nyeremin gitu?" Yedam bergidig ngeri atas perubahan sikap Haruto. Sedangkan Junghwan hanya diam, malas menimbrung lagipula ia sudah tau permasalahnnya.

"Gue mau jujur sama kalian" Ia mulai membuka suara tanpa ada sedikit pun keraguan dalam benaknya, pikiran dangkalnya sudah terbuka tentu disadarkan oleh Junghwan.

Setelahnya, Haruto menceritakan semuanya tanpa terlewat mengenai kisah kehidupannya yang selama ini ia jalani. Tidak hanya memberi tau tentang perjodohannya saja tapi juga, bagaimana ia diperlakukan keluarganya semasa hidupnya serta alasan mengapa dirinya menutup diri dan menjadi pribadi yang arogan.

Ketiganya menyimak dengan seksama tanpa mengintrupsi perkataan Haruto. Pikiran mereka tertuju pada, perihal semua orang yang bertindak pasti terdapat alasan dan sebab dibalik setiap peristiwa. Dan sebagai teman yang menyayangi satu sama lain, tentu mereka mewajari hal tersebut.

"Terus, tentang perjodohan lo sama si Park Tan itu gimana?" Tanya Doyoung antusias, ya itulah yang sedari tadi bersarang dipikirannya.

Seketika Haruto menghela napas dengan begitu jelas "Mau gak mau gue jalanin aja karena gimanapun juga kalian tau sendiri, gue udah gak dianggap sama keluarga gue" Ucapnya begitu sendu.

Junghwan kemudian merangkul bahu sempit milik Haruto "Udah, gak usah sedih gak usah dipikirin juga, lo kan punya kita" Ia menghidupkan suasana dengan menghibur temannya.

Doyoung dan Yedam menanggapinya dengan anggukan.

"Hooh bener, dan lagi rumah kita pasti bakalan selalu nyambut lo jadi jangan ngerasa lo sendiri" Yedam menimpali, ia berucap tulus tanpa pamrih sedikit pun.

"Thanks ya dan maaf juga gue udah salah nilai kalian sebagai temen" Ucap Haruto penuh sesal.

"Udah, lah anjir lupain lagian itu cuman masa lalu yang gak pantes dikenang"

"Owahhh" Yedam bereaksi terlalu berlebihan sampai menutup mulutnya dengan tangan "Dobby ternyata selain buaya, bisa bijak juga ya?"

Dengan gemas tertahan, Doyoung menguyel pipi Yedam "Lucu banget sih, lo"

"Ish, Dobby sakit...." Rengek Yedam yang mudah berekspresi pada Doyoung.

"Ekhem! " Junghwan berdeham, sehingga aktifitas keduanya terhenti dan menatapnya heran.

"Juju kenapa, sakit tenggorokan?" Pertanyaan polos nan lugu dari Haruto yang memiringkan kepala membuat Junghwan menggigit pipi dalamnya, menahan serangan kegemasan.

"Oh? Gue gak papa kok cuman negur tuh anak dua karena asik sama dunia mereka dan ngelupain kehadiran kita berdua" Jawabnya mendramatis yang malah mendapat geplakan sayang dari Doyoung.

"Yeu! Dasar Jelmaan sapi" Protesnya meledek.

Junghwan mendengus, ketiganya menyahut dengan tertawa. Walaupun Junghwan posisinya sebagai dominan, tapi kadang saat ketika menunjukan sisi aslinya yang manja melebihi pihak bawah diluaran sana, membuat mereka berseru lantang untuk meledeknya.

Haruto yang sedari kemarin sempat merasakan fase hidup segan mati tak mau, akhirnya bisa tertawa lagi dan teman temannya menjadi alasannya.

"Thanks ya, mulai sekarang gue bakal berusaha buat terbuka sama kalian" Memang terbuka itu bukan suatu hal yang mudah, terlebih pribadi yang tertutup seperti Haruto sendiri. Walau mungkin ia agak kesulitan, mencoba merubah diri sendiri apa salahnya?

Akhiran ini, kedekatan antara Haruto dengan Jeongwoo menjadi perbincangan panas di sekolah. Seantero sekolah seakan mendapat kabar yang paling menggemparkan dunia, karena dua kubu yang merebutkan kekuasaan kini malah terlihat semakin dekat serta akrab satu sama lain.

Tidak terkira banyaknya pekikan yang Haruto dengar dari para murid saat melihat dirinya, hanya karena seluruh umat naungan Sekolah Waiji ini berpikir bahwa, ia yang sesempurna itu bisa menaklukan hati si Ice Park yang sangat kokoh jika diibaratkan dengan dinding yang menjulang tinggi.

Wanita penggoda saja yang beberapa kali menarik atensi seorang Park Jeongwoo tidak pernah mendapatkan tolehan sama sekali, apalagi direspon. Sangat MUSTAHIL!

Bagai keajaiban, Haruto yang bernotabe sebagai musuhnya malah mendapatkan hatinya. Sungguh tidak adil bagi secret admirrer remaja Park itu, ah terlebih fans fanatiknya yang bahkan dengan beraninya melabrak Haruto seperti saat sekarang ini.

Padahal derajat Haruto sama tingginya dengan Jeongwoo di sekolah Waiji ini, ternyata masih ada oknum yang berani menghadapinya?

"To the point aja nih, gue minta sama lo jauhin Jeongwoo gue!"

"Hah, lo nyuruh gue?" Tanya Haruto tenang, auranya kini lebih mendominasi dari pada wanita yang mengakusisi Jeongwoo miliknya.

"Well, gue tau lo bakal gak nurut" Dengus Jihan, cewek pentolan yang melabrak Haruto untuk ke tiga kalinya.

Kejadian seperti ini bukan untuk pertama kalinya Haruto mendapatkan teguran tidak berarti, sungguh membuang waktu saja.

"So?" Haruto menaikkan alis dengan sikap angkuhnya yang biasa ia tampilkan pada lingkungan sekitarnya, hanya cover saja.

Jihan menjentikan jarinya "Maka, hukuman yang lo terima" Balasnya sembari tersenyum ceria.

"Cewek lemah kayak lo, bisa apa?" Haruto tertawa mengejek, membuat Jihan agak naik pitam sehingga dengan tidak segan menggapai surai Haruto untuk dijambak.

Belum sempat melakukan itu, Haruto menyekram lalu menepis kasar lengan Jihan "Gue udah berapa kali bilang jangan maen tangan, gue cowok yang gak bakal pandang bulu buat jotos orang" Sudah kesekian kalinya peringat ini ditujukan pada Jihan tapi, sepertinya cewek pembangkang seperti dia musti dikasih pelajaran terlebih dahulu.

Bukannya marah Jihan justru tertawa, lalu tatapannya menajam "Haruto, gimana kalau kita bermain sebentar?" Jeda Jihan seraya menjauh, menjaga jarak dari Haruto "Lo tau, ucapan cewek lemah kayak gue ini gak pernah main main, loh? Gimana, kalau gue buat lo jadi jalang yang dibeli om pedofil kenalan gue?"

Haruto menggeram, beraninya wanita rendahan ini menyuruh dirinya untuk menjadi orang hina. Mengabaikan amarahnya, ia berusaha setenang mungkin agar tidak terpancing oleh godaan dengan siasat yang tidak berarti.

"Oh?! Atau, kalo lo gak mau gimana kalo Yoshi, Kakak lo tersayang itu gue jadiin umpan buat gue biar gampang bunuh lo?" Tawarnya enteng seperti selayaknya melakukan jual beli, padahal tawaran tersebut termasuk tingkat another level.

Menyangkut keluarganya, tentu Haruto tidak akan berdiam seperti pengecut "Berani lo sentuh keluarga gue, lo yang pertama kali ngucapin selamat tinggal sama dunia sebelum gue!" Sepertinya, selama ini Haruto menganggap wanita rendahan ini terlalu remeh, sampai tidak menyangka akan mengambil tindakan nekat begitu. Tapi, ia tidak takut ataupun percaya pada ancaman seperti itu. Ia tidak akan terbuai untuk memasuki lubang yang salah, atau justru membuat dirinya rugi.

Jihan tertawa renyah "See? Gak ada pilihan buat lo selain jauhin JEONGWOONYA GUE!" Sengaja Jihan menekankan kata terakhir, agar Haruto menyadari posisinya yang bukan siapa siapa dalam hidup Jeongwoo. Lantas tanpa kata, Jihan pergi dari hadapan Haruto.

"Sialan!" Umpatnya, ia mulai overt. Ia tidak mengerti pada takdir yang terus menerus menimbulkan masalah pada hidupnya yang penuh penderitaan.

"Gue harus gimana? Argh! Bangsat! " Haruto mengacak surainya frustasi.

"Gimana, apanya?" Seketika sahutan seseorang  membuat Haruto agak tersentak, tumben saja karena taman belakang ini jarang dihuni murid murid sekolah.

Haruto gelagapan, apalagi saat Jeongwoo yang seperti jelangkung menatapnya begitu tajam "Ah i-itu g-gak ada kok" Seketika ia sangat gugup, merasa terintimidasi.

Jeongwoo mengenyitkan keningnya "Bukan jawaban dari pertanyaan gue?"

Mulai menggunakan otaknya Haruto berpikir, apa harus Haruto jujur pada Jeongwoo tentang ancaman Jihan si love fanatic Jeongwoo? Seandainya, jika ia bilang pasti Jeongwoo akan ambil tindakan di luar nalar terlebih dulu sebelum di dahului itu nenek lampir. Haruto tau betul, segimana gilanya seorang Park Jeongwoo ketika marah.

Yang Haruto takuti,  bagaimana jika jadi boomerang pada Jeongwoo sendiri? Atau parahnya, berimbas ke Haruto dan keluarganya.

"Heh! " Lamunan Haruto terbuyarkan "Ditanya, malah bengong" Tegurnya.

Haruto menatap tepat pada manik tajam bak serigala itu, terdiam kembali sesaat dan memilih keputusan untuk mengurus urusannya sendiri. Lebih baik bukan, dari pada harus melibatkan Jeongwoo yang tidak bersalah.

"Woo, boleh gue minta tolong?"

Jeongwoo langsung mengira bahwa Haruto akan meminta tolong pada dirinya perihal, ancaman yang didapat dari Jihan. Ingat, Jeongwoo itu seorang mengamat makanya tidak heran ia sudah mengetahui hal tersebut tanpa disadari Haruto.

"Apa tuh?" Ia tersenyum puas.

"Anter gue ke apart Kak Yoshi, boleh?" Walau sedikit ragu, tapi ia berhasil meminta dengan suara pelan.

Dan senyuman Jeongwoo pun diganti dengan wajah flat yang menjadi ciri khasnya selama ini, berharap apa ia dari Haruto sampai ingin jadi orang pertama yang bisa diandalkan Haruto.

"Gak boleh" Jawab Jeongwoo tegas.

"Tapi Woo, ini penting gue harus kete-"

"Gak boleh Haruto! Lo gak inget kalo lo gak bisa ketemu mereka lagi?" Jeongwoo mengingatkan saat terakhir kali mereka mengunjungi kediaman Watanabe kala itu, yang membuat Haruto berakhir di rumah sakit lagi.

Sejenak Haruto menghela napas "Bisa kok, kita bisa ketemu Kak Yoshi kalo ke apartnya" Balasnya tanpa berpikir matang.

"Ru, dari pada mentingin keselamatan orang yang gak sayang sama lo, mending jaga diri lo sendiri"

"Maksudnya?"

Bukan menjawab tapi Jeongwoo malah melenggang pergi setelah mengedikan bahunya, toh pasti Haruto akan terus meminta tolong padanya untuk ketemu Yoshi jika mereka berdua terus saja bersama.

"Apa Jeongwoo tau tentang Jihan ya?" Monolog Haruto pada diri sendiri seraya berjalan, meninggalkan tempat itu juga.

Sungguh, pikirannya berkecamuk akan spekulasi spekulasi yang ia takutkan akan terjadi. Di masa mendatang. Haruto yakin ia bisa menjaga diri sendiri tapi bagaimana dengan keluarganya, jika saja ternyata Kakaknya yang pertama sampai terluka apalagi alasannya karena dirinya. Haruto tidak ingin hal itu sampai terjadi, bukan mendoakan tapi seandainya yang menjadi umpan adalah Kak Asahi, Haruto tidak akan peduli.

Walau tidak tau nanti saat terjadi secara nyata Haruto akan abai atau merasa bersalah, setidaknya jika ia merasa khawatir pada Kakak keduanya itu

Yang penting sekarang Haruto harus jaga jaga dan main pintar untuk menghadapi apapun masalah yang akan menimpa kembali pada hidupnya. Haruto janji akan menjadi orang yang kuat, tentu buat diri sendiri serta Kak Yoshi.

Lamanya ia memikirkan Kak Yoshi, Haruto jadi merasakan rindu yang sangat tertahan pada Kakak kesayangannya itu, apalagi atas perlakuannya yang selama ini selalu memanjakan dan menjaga Haruto layaknya Adik berharga.

Haruto rindu Kak Yoshi.










°•••••°

220123

Ikutin akun ane ngapa yang belum.

Continue Reading

You'll Also Like

15K 2.1K 29
AKU TAHU AKHIRNYA AKAN BEGINI...... AKU HANYA TIDAK TAHU CARANYA BERHENTI... Start : 04/01/2020 End : 20/07/2020
541K 8.4K 85
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
210K 21.4K 49
A story which discovers the lives of two individuals, Manik Malhotra and Nandini Murthy. Poles apart from each other, where one is fire and the other...
64.7K 782 22
in which isabelle cameron falls for the romantic harry styles. isabelle cameron is an working on getting her music career started with the help of so...