One Way Street

By goleransi

690 67 17

She let out a deep breath, then titling her head. "Milan, i hate you." "Alexa, i-" "But i hate myself even mo... More

• P R O L O G U E •
002 - Social Butterfly
003 - Late
004 - After Meeting
005 - He's in trouble
006 - She's the problem

001 - After Class

109 11 3
By goleransi

ONE WAY STREET
____________________________

Usai menyelesaikan kalimat terakhirnya, lelaki paruh baya dengan kacamata yang selalu bertengger di pangkal hidungnya itu berjalan meninggalkan kelas. Beberapa detik setelahnya, barulah para mahasiswa berangsur-angsur mengikuti. Ruang kelas yang semula berisi sekitar 40 orang itu sekarang mulai terasa sepi. Kini hanya tersisa beberapa orang saja yang memang sengaja tetap tinggal karena masih ingin menikmati fasilitas yang ada.

Selesai memasukkan semua barangnya yang tergeletak di atas meja ke dalam tas, Alexa beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Bella yang masih setia duduk di bangku pojok sambil berkutat dengan ponsel.

Ketika sudah berdiri di sisi Bella, Alexa hanya bisa menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Lagi-lagi yang dilakukan sahabatnya itu adalah menggigit jari dengan gemas sambil beberapa kali menghentakkan kakinya ke lantai.

"Hadeh," suara Alexa berhasil mengalihkan fokus Bella dari layar ponsel.

"Hampir gila gue. Ini cowok kalo beneran ada di real life, serius bakal gue culik dari keluarganya." sahut Bella sedikit frustasi. Rambut yang sudah ditata sedemikian rupa selama dua jam itu kini terlihat berantakan karena ulahnya sendiri.

"Ingat, lo udah punya Karel."

Bella spontan merotasikan bola matanya, "Dude, ya kali sih gue lupa cowok sendiri,"Alexa hanya menanggapinya dengan anggukan.

"Udah selesai belum bacanya?"

"Not yet, ini bahkan belum ada setengah jalan. Tapi gue lanjutin di Apart aja deh, biar lebih dapet feel-nya." setelah itu Bella menyimpan ponselnya ke dalam tas, kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Keduanya berjalan keluar kelas dengan Bella yang masih senyum-senyum sendiri sembari merapikan tatanan rambutnya.

"Mau ke kantin dulu apa langsung balik?"

"Kayaknya ke kantin dul—"

"Hoy!" keduanya serentak menoleh.

Rupanya suara itu berasal dari seorang laki-laki yang kini tengah berjalan menuju ke arah mereka dengan kondisi rambut seperti habis terkena badai.

"Mau ke mana?" raut wajah kurang ramah itu seketika menghilang, berganti dengan senyuman menawan yang membuat Alexa tanpa sadar ikut menyunggingkan senyumnya.

"Dah ya, dari pada jadi third wheel, mending gue balik aja, bye." baik Alexa maupun Milan hanya terkekeh menyaksikan Bella yang kini berjalan pergi.

"Bohong kata gue mah, mau nyamperin Karel pasti." celetuk Milan yang langsung mendapat anggukan dari Alexa.

Melihat kondisi koridor yang sudah tidak terlalu ramai, Alexa buru-buru menarik tangan Milan untuk pergi.

Ya Milan sih sebetulnya senang digandeng Alexa, tapi kali ini ia merasa ada yang janggal.

"Kenapa sih buru-buru banget?" tanya Milan, belum mengerti mengapa pacarnya ini sangat tergesa membawanya pergi.

Tidak ada jawaban dari Alexa hingga keduanya sampai di parkiran yang cukup ramai.

"Gak apa-apa, ayo nanti keburu hujan." ujar Alexa setelah mereka sampai di depan mobil Milan.

Mendengar hal itu Milan langsung mendongak. Langit siang ini terlihat sangat cerah, tidak ada segumpal awan mendung pun di atas kepalanya.

Sepersekian detik kemudian ia memicingkan mata curiga, sebelum akhirnya sebuah seringaian terbit di bibirnya. Sepertinya ia tahu mengapa kekasihnya itu buru-buru membawanya ke tempat ramai.

"Segitu takutnya gue cium di area kampus?"

Bak tersambar petir, ucapan Milan barusan benar-benar tepat sasaran. Sial, Alexa sampai lupa, Milan yang sekarang sudah jauh lebih peka dan tengil dibanding Milan di tahun sebelumnya.

"Apa sih, ngaco mulu!" jawab Alexa sewot. Kemudian perempuan itu memilih masuk ke dalam mobil, meninggalkan Milan yang tak kuasa menahan tawanya.

"Dikira gue gak berani apa ya cium dia di tempat rame,"

Begitu hendak menyusul Alexa masuk ke dalam mobil, Milan merasa bahunya ditepuk dari belakang oleh seseorang.

"I just wanna warn you, jangan sampai telat lagi kayak rapat perdana kemaren atau lo gue depak dari kepengurusan."

"Ya elah, gue telat berapa menit sih kemaren?" jawab Milan sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Setengah jam, anjing. Mau lo cuma terlambat semenit pun, yang namanya telat ya tetap TELAT. Gue gak mau punya rekan kerja yang gak bisa menghargai waktu."

"Okay-okay, chill out. Gue gak akan telat dah hari ini," Milan menarik kedua sudut bibirnya seraya menyatukan kedua telapak tangan di depan dada bak seorang teller bank.

"I take your word. By the way, Alexa beneran gak mau ikut panit?"

"Enggak. Udah gue rayu sambil gue peluk cium tetep kekeuh gak mau,"

Detik itu juga Milan langsung mendapat tatapan jengah dari lawan bicaranya.

"What was the reason?"

"Gak mau aja, gitu katanya," kenyataannya memang seperti itu jawaban Alexa ketika ditanya apa alasannya tidak mau ikut kepanitiaan.

Merasa kebosanan menunggu di dalam sendirian, akhirnya Alexa turun dan mobil dan ikut bergabung bersama dua pemuda yang sedang berbincang itu.

"Hai," sapa Alexa begitu ia berdiri di sebelah Milan.

"Hai, Alexa. Ini gue sama Milan udah kelar kok ngobrolnya,"

"Tuh, diajak gabung panit," kata Milan sambil mundur beberapa langkah supaya bisa bersandar di bumper mobilnya.

Alexa yang semula tersenyum langsung menggigit bibir bawahnya, merasa tidak enak.

"Makasih ya udah ajak gue, tapi gue minta maaf banget belum bisa ikut lagi kali ini,"

"Nah, that's okay. Jujur gue tuh suka banget sama kinerja divisi lo tahun lalu pas lo yang jadi kadiv-nya, sat-set banget gue liat-liat. Tiap eval pasti kena sembur dikit doang makanya gue kepikiran mau ajak lo ikut lagi. Semoga event selanjutnya bisa gabung lagi ya."

"Wah, makasih ya apresiasinya. Iya, semoga next event gue bisa gabung lagi."

"Kinerja gue bagus gak tahun lalu?" tanya Milan pada ketua himpunannya.

"Ya udah gue duluan ya, Alexa."

"Sialan!" umpat Milan melihat ketua himpunannya langsung berlalu tanpa menjawab pertanyaannya.

Sesampainya di Apartment, Milan langsung merebahkan tubuhnya di sofa panjang—tempat biasa ia mengistirahatkan tubuhnya. Alexa lah yang memaksa laki-laki itu untuk beristirahat sejenak, sebelum kembali ke kampus untuk mengikuti rapat.

Sejak SMA hingga masuk ke perguruan tinggi, Milan memang masih tertarik untuk bergabung di organisasi. Lelaki itu bahkan berhasil menarik Karel yang awalnya menolak mati-matian untuk ikut bersamanya. Entah karena sudah lelah mendengar ajakan Milan, atau memang Milan menjanjikan sesuatu jika Karel masuk nanti, Alexa tidak tahu pasti. Yang ia tahu, Milan memang cukup kompeten dalam menghasut seseorang.

Dari arah dapur, Alexa datang membawa segelas air dingin, karena ia tahu Milan kalau sudah merebahkan tubuhnya pasti malas untuk beranjak lagi.

"Minum dulu sini," kata Alexa yang langsung dituruti Milan. Lelaki itu mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk.

Setelah ditenggak habis, Alexa mengambil alih gelas kosong di tangan Milan, dan lelaki itu pun kembali merebahkan tubuhnya.

"Gue bikinin bekal ya? gak lama kok."

Milan menyatukan kedua alisnya, sebelum akhirnya membuka suara. "Gak capek emang? baru sampe juga,"

"Capek kenapa deh, orang gue gak nyetir. Udah lo istirahat aja, nanti gue bangunin. Jam empat, kan?" Milan mengangguk, kemudian gestur tangannya meminta Alexa untuk mendekat.

"Sini gue kasih energi, biar masaknya semangat,"

Alexa menurut. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Milan yang masih rebahan.

Sebuah kecupan baru saja mendarat di pipi Alexa, membuat gadis itu tak kuasa menahan senyumnya.

"Sorry ya kalau bekal lo nanti jadi enak banget," Milan hanya terkekeh, kemudian membiarkan sang kekasih beranjak menuju ke dapur.

Tak lama berselang, Milan memejamkan matanya. Tidak tahu kalau setelah matanya tertutup, Alexa berkali-kali melirik ke arahnya dengan senyum yang masih bertahan di bibir gadis itu.



____________
To be continued

Gimana part awalnya?

Please be wise readers ya<3
feedback really matters💗

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.1M 242K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
352K 4.1K 19
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
5.5M 365K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
985K 48.3K 64
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...