Hii Kembali lagi🦋
~•••***•••~
"Jehan ujian udah selesai?" tanya Hera pada Jehan yang duduk disebelah ranjangnya.
Jehan mengangguk, "Sudah Ra, kita libur sekarang." ujarnya.
Seketika Jehan teringat, "Kalau Lo udah baikan, kita pergi ke laut yuk Ra?" ucapnya membuat Hera nampak berpikir.
"Iya kalau gue udah baikan."
"Pasti Ra, Lo pasti sembuh bentar lagi."
"Lihat mama kayak gini, gue jadi ngerasa bersalah banget...." ujar Hera seraya menatap Alora yang tertidur di sofa.
Jehan pun menatap Alora, memang benar Alora baru saja bisa tertidur pulas setelah mendengar kabar bahwa Hera telah bangun. Beberapa hari ini Alora selalu bolak-balik kantor dan rumah sakit hanya untuk menghandle pekerjaannya dan juga Hera.
"Mama Lo wanita hebat, sama kayak elo Hera." ucap Jehan.
"Gue gaada apa-apanya dibanding mama, beliau jauh lebih hebat." ucap Hera menatap Alora.
"Gue tuh ngeliat beberapa hari ini ada laki-laki yang keliatan dewasa mungkin seumuran sama mama Lo Ra, btw dia siapa?" tanya Jehan pada Hera.
Hera nampak berpikir, siapa? Apa itu Arya atau mungkin Yolan pikirnya. Tapi jika Yolan, bukankah harusnya Jehan tau, mungkin yang dimaksudnya adalah Arya.
"Itu Arya namanya, kakaknya Levi. Teman mama, kita udah kayak keluarga." jawab Hera membuat Jehan mengangguk.
"Oh keluarga yaa."
"Lo gausah mikir aneh-aneh loh ya." ucap Hera, tau isi pikiran Jehan saat ini.
"Gue cuma takut entar tiba-tiba Lo ada hubungan lagi sama Levi, kan gak lucu!" tutur Jehan.
"Sinting."
"Astaga baru juga bangun, mulutnya udah pedas aja Ra."
"Iyaa."
****
Arya dan Yolan bertemu disuatu tempat, tapi masih di area rumah sakit dimana Hera dirawat.
"Hera sudah bangun." ucap Arya ketika tiba didepan Yolan.
"Keadaannya?" tanya Yolan.
"Semuanya baik, kenapa tidak cek secara langsung?" ucap Arya pada Yolan.
"Ibuku sedang dalam keadaan tidak baik, tidak mudah untuk meninggalkannya." ujar Yolan.
Arya menarik nafasnya, "Alora dan Hera baru saja memaafkanmu, dan kurasa kau sebaiknya ada disisi mereka juga saat ini walaupun sebentar." tutur Arya menjelaskan.
"Aku tau itu...."
"Yolan, kondisi Hera dan ibumu sama. Lantas jika salah satu dari mereka terluka kemana kau akan pergi?" tanya Arya, membuat Yolan menatap Arya cepat dan terdiam.
"Situasi ini tidak mudah bagiku, setidaknya Hera bisa bertahan. Alora punya segalanya, dan mempertahankan Hera ... Lantas ibuku? Hanya Tuhan yang tau kapan dia akan pulih lagi." ucap Yolan tertegun.
Arya menggelengkan kepalanya, apa Yolan berpikir bahwa harta bisa menghalangi takdir yang telah tuhan tentukan?.
"Saya harap kamu temui Hera, Yolan. Setidaknya sebelum terlambat." ujar Arya, dan berlalu pergi.
"Maafkan saya Hera... Maafkan ayahmu ini nak." lirih Yolan tertunduk dengan air mata yang menetes.
Arya masuk keruangan Hera, disana ada Alora dan juga yang lainnya yang senantiasa berada didekat Hera. Namun melihat Hera telah berganti pakaian, membuatnya bingung.
"Mau kemana?" tanya Arya mendekati mereka.
"Arya harus ikut, kita ke laut sama-sama untuk pekan kali ini." ucap Hera, lantas membuat Arya menatap Alora.
Alora mengangguk, "Hera maksa, tadi dokter Samuel juga udah kasih izin asal jangan terlalu capek dan langsung balik kerumah sakit kalau ada apa-apa." tutur Alora menjelaskan.
"Anak bandel kamu ini." ucap Arya menggelengkan kepalanya pada Hera seraya tersenyum.
***
Menempuh perjalanan hampir dua jam lamanya membuat yang lain tertidur karena merasa lelah. Tak terkecuali Hera yang duduk disebelah jendela.
Usai perjalanan jauh tersebut, mereka tiba di laut yang tidak terlalu ramai orang, dengan pemandangan indah dihadapan mereka. Lautnya yang begitu bersih juga menjadi daya tarik mereka.
"Hera, selama beberapa tahun kita gapunya foto berdua lagi ... Gue mau foto sama Lo sekarang mumpung pemandangannya indah." ucap Yura pada Hera ditengah langkah keduanya.
"Ayo." jawab Hera seketika.
"Singkat jelas, tapi gapapa ayo Ra." ujar Yura tersenyum.
"Jehan! Fotoin gue sama Hera dong." minta Yura pada Jehan yang berjalan kearah mereka.
"Mana sini kameranya? Siap yaa." ucap Jehan.
"Banyak-banyak fotonya, karena moment ini gabakal keulang untuk yang kedua kalinya." ucap Yura.
"Sejujurnya gue udah capek, tapi makasih karena kalian gue jadi kuat." bisik Hera pelan namun mampu terdengar jelas oleh Yura.
"Gapapa capek itu wajar, asal jangan nyerah! SEMANGAT HERA!!" teriak Yura membuat Hera tersenyum lebar.
Ckrekkk!
Tak hanya berfoto berdua, namun mereka semua berfoto bersama. Dari Alora, Arya, Jehan, Levi, Yura dan gadis yang beberapa hari ini ikut mereka.
"Capek juga foto-foto." ucap Levi.
"Pada haus ga?" tanyanya kemudian.
"Beli minum ayo." ajak Yura.
"Ayolah." ujar Levi mengajak Yura, dan tak lupa mengajak gadis itu bersama mereka.
"Jehan... Gue mau kesana berdua sama Lo." ajak Hera pada Jehan.
Jehan lantas tersenyum, "Ayo Ra, kemana aja Lo ajak gue, pokoknya mah ayo." ujarnya.
"Lebay Lo."
"Mama, Arya ... Aku sama Jehan kesana gapapa?" ucap Hera meminta izin pada Alora.
"Hati-hati ya Hera, tolong jagain dia." ucap Alora pada Jehan membuatnya mengangguk.
Jehan dan Hera perlahan mengayunkan kaki mereka kearah sebuah pohon yang telah tumbang didekat laut. Keduanya duduk bersebelahan, Hera menatapi laut didepannya begitupun Jehan.
"Keinginan gue terwujud...." ujar Hera, lantas membuat Jehan menaikkan satu alisnya.
"Keinginan apa Ra?" tanyanya.
"Gue selalu pengen pergi kelaut, sama orang-orang yang baik sama gue."
"Keinginan Lo sederhana banget Ra, tapi punya makna yang begitu banyak ... Rasanya gue makin jatuh cinta sama Lo," ucap Jehan tersenyum hingga menampilkan deretan giginya.
"Sampai sekarang gue masih bingung, kenapa Lo mau pacaran sama gue?" tanya Hera bingung.
"Ya karena yang gue suka elo Ra, dan Lo juga kenapa bisa Nerima gue? Padahal kan, Lo gasuka gue waktu itu." ujarnya Jehan.
Hera nampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan Jehan.
"Gue menghargai perasaan Lo, dan gue sebenarnya nyaman kalau didekat Lo." jawabnya.
"Apa sekarang perasaan Lo sama gue udah bertambah Ra?" Hera mengangguk.
"Sedikit demi sedikit iya, gue mau ucapin terimakasih sama Lo Jehan." Jehan tentu saja bingung kenapa Hera harus berterimakasih padanya.
"Untuk apa Hera?"
"Makasih udah mau sama gue, Lo tau sendiri kalau gue banyak kurangnya dan gue orang seharusnya ga pantes sama Lo karena suatu hal...." Jehan dengan cepat memegang pundak Hera.
Jehan menggeleng seraya menatap Hera, "Hera, kenapa Lo bilang kayak gitu? Lo gaada kurangnya bagi gue, dan Lo pantes sama gue. Gue yang harusnya ucapin terimakasih ke Lo, makasih udah bisa Nerima diri gue didalam hidup Lo Ra, tetap bertahan gue sayang Lo Hera."
"Gue mau peluk elo boleh Hera?" ucap Jehan meminta izin pada Hera.
Perlahan Hera mengangguk, membuat Jehan lantas mendekap Hera. Hati Jehan berdesir, dan merasa sangat bahagia sekali hari ini, suara ombak air laut begitu indah didengarnya.
"Apa gue akan jadi cewe yabg beruntung karena pacar gue Jehan?" ucap Hera masih dalam dekapan Jehan.
"Iya Lo akan beruntung banget, gue janji sama Lo Ra... Gue bakal treat Lo dengan baik."
"Hal paling beruntung dalam hidup gue salah satunya adalah Lo, setelah mama dan Yebin. Gue beruntung banget bisa sama Lo Ra, janji untuk tetap sama gue ya Ra."
"Iya gue janji Jehan." ucap Hera pelan.
"Kayaknya gue gaakan pernah bisa lupain hal ini deh, terimakasih Tuhan." ucap Jehan bergumam.
"Jehan, dipeluk sama Lo nyaman banget dan angin disini juga sejuk, apa boleh gue tidur didekapan Lo bentar?" tanya Hera seraya mendongakkan kepalanya untuk menatap Jehan.
Jehan mengangguk seraya tersenyum, "Boleh, nanti kalau udah mau pulang gue bangunin Lo. Tidur yang nyenyak, lagipun cuacanya bagus Ra." ujar Jehan.
Hera tersenyum, senyumnya begitu lebar saat ini membuat Jehan mengelus kepala Hera.
"Terimakasih Jehan...."
Hera perlahan mengeratkan pelukannya pada Jehan, serta menyenderkan kepalanya di dada bidang Jehan. Rasanya nyaman, dan perlahan Hera menutup matanya untuk tidur sebentar.
Jehan pun mendekap tubuh Hera, dengan menikmati indahnya pemandangan laut. Batinnya terus saja berucap 'terimakasih Tuhan untuk hari ini' Jehan merasa sangat bahagia.
Sudah beberapa menit berlalu sejak Hera terlelap, Levi memanggil Jehan dan Hera untuk bergerak pulang karena sudah mulai sore. Jehan hendak membangunkan Hera, namun melihat Hera terlihat tenang dalam tidurnya membuat Jehan mengulas senyum.
"Bahkan saat tidur aja, wajah Lo bisa setenang itu Hera." gumamnya.
Jehan menyingkirkan rambut Hera yang menutupi wajahnya, namun saat merasa ada yang aneh saat dirinya merasa tak ada pergerakan sedikitpun dari Hera.
"Hera... Ayo bangun, udah sore waktunya pulang...."
•
•
•
To be continued
This is last part(?)
Haruskah happy ending atau sebaliknya?
Kira-kira Hera tidur atau tidur yaa :)