RAILA

By Ilamila39

1.9K 294 13

SQUEL KEDUA (My Sweet Boyfriend (Bara, Mila, Kenath, Maya)) cantik dan pintar. dua kata yang mampu mendeskri... More

R A I L A _0.0_
R A I L A _0.1_
R A I L A_0.2_
R A I L A_0.3_
CAST
R A I L A_0.4_
R A I L A_0.5_
R A I L A_0.7_
R A I L A_0.8_
R A I L A_0.9_
XII MIPA KHUSUS
R A I L A_1.0_
R A I L A_1.1_
R A I L A_1.2_

R A I L A_0.6_

116 20 1
By Ilamila39

Happy Reading

Ai Psikopat

Dalam rumah besar  bertingkat dua. Diisi banyak orang dan empat orang yang sedang memanggang daging.

"Destai!! Apinya jangan besar goblok nanti hangus!!". Gerry berteriak heboh melihat Cara memanggang Desta.

"Heh Gerry salut! Gak usah bacot! Gue bisa manggang nya, kerjain kerjaan lo!" teriak Desta Balik. Gerry mendelik tajam dan kembali memotong daging dengan tipis.

"Gegara lo nih kita di hukum!" umpat Gerry dengan kesal. Desta mendelik tak suka.

"Karena lo juga. Dadakan banget bilang Raila di tangkap, kan gue panik bege!".

Raila sedang mencuci sayur seledri dan Aron yang menyusun setiap Daging dan seledri dalam piring. Terkejut karena Raila yang menceritakan tentang dirinya yang terbebas karena Diego.

"Yang jadi jaminan lo?" tanya Aron dengan wajah tak percaya.

"Hm. Diego, cowok culun yang gue pacarin waktu itu". Jelas Raila datar. Aron mengangguk paham.

"Gimana lo bisa jumpa dia?". Tanya Aron lagi.

"Di sekolah, dia ngobatin gue, gue minta nomornya dan dia jadi jaminan gue". Jelas Raila. Aron mengangguk kecil.

"Alhamdulillah selesai!!" Gerry berteriak heboh, Desta melemparkan penjepit hingga mengenai Gerry.

"Apasih anjing!" makinya tak Terima.

"Lo berisik anjir!".

Raila dan Aron saling tatap lalu saling mengangkat bahu acuh.

"Bawa ke ruang makan". Titah Raila dan di angguki semuanya.

****

Selesai sudah masa hukuman dadakan Raila. Malas dirumah karena keluarga besarnya sedang berkumpul. Kini dirinya berada di taman dengan pandangan kosong kedepan.

"Awas kesurupan".

Raila terperanjat kaget ketika seorang duduk di dekatnya tanpa Raila tau. Raila menoleh, menatap tajam pria dengan rambut berantakan dan menatap iris mata Cokelat itu. Raila kembali menghadap kedepan tak peduli dengan Dirga yang kini tersenyum kecil kepadanya.

"Lo ngapain disini?". Tanya Dirga dengan suara datarnya.

"Bukan urusan lo". Jawab Raila dingin. Dirga tersenyum dalam diam. Raila kini tak seperti Raila bersama Diego tadi siang.

"Luka lo udah di obatin?" tanya Dirga membuat Raila menoleh.

"Bukan urusan lo!" desisnya tajam.

"Gue mau urusan lo jadi urusan gue". Jelas Dirga. Raila tersenyum miring kepo sekali Dirga ini.

"Emang lo siapa? Keluarga? Saudara? Pacar?". Tanya Raila  beruntun dengan wajah dinginnya.

"Kalo jadi pacar lo boleh ikut campur urusan lo?" tanya Dirga lagi. Raila terdiam. Pacar? Seketika ingatannya berputar kepada Diego tadi siang. Raila menggeleng kecil menepis pikirannya tentang Diego.

"Gak!". Jawab Raila.

"Lo punya pacar?" tanya Dirga akhirnya. Raila terdiam. Diego itu termasuk pacarnya atau tidak?.

"Ada". Jawabnya dan seketika membola. Apa barusan dia mengatakan bahwa Diego adalah pacarnya?. Dan Dirga tersenyum lebar. Ternyata Raila mengakuinya.

"Gue mau balik!" kaya Raila cepat dan berdiri. Menuju motornya dan melaju tanpa berucap apapun lagi pada Dirga yang tersenyum manis.

*****

Raila sampai di rumahnya dengan selamat. Seluruh keluarga besarnya masih berkumpul dan berbincang di ruang santai. Ada kembaran dan sepupunya disana. Raila ikut bergabung dengan santai dan duduk di sebelah Kanaya.

Kanaya menatap Raila dengan senyum lebarnya dan Raila hanya menatap dengan wajah dinginnya.

Ponsel Raila berdering, tertera Nama Afay disana. Dengan cepat Raila mengangkat telepon dari Afay.

"Raila!! Bisa jemput Afay? Disini pengap banget. Afay gak bisa nafas".

Raila menegak ludah kasar mendengar nada lirih Afay. Pasti terjadi sesuatu lagi.

"Lo dimana?". Tanya Raila berdiri dan mengambil kunci mobil Raka.

"Di neraka Rai". Jawabnya lirih. Raila terdiam. Tanganya terkepal kuat mengingat neraka yang di maksud Afay.

"Lo diem. Jangan kemana mana. Gue kesana!" tegas Raila berlari kencang keluar rumah.

"Raila!! Kunci mobil gue!!". Raka berteriak dengan kesal. Dan Raila acuh akan itu. Sekarang yang terpenting adalah Afay.

Raila melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata. Melaju meninggalkan komplek perumahannya.

Raila mengerem mendadak saat sampai di depan rumah besar berkesan klasik itu. Sangat indah tak seperti yang dirasakan penghuninya.

Raila turun dan melangkah menuju pintu utama. Membuka dengan kasar dan menatap tajam seorang wanita yang umurnya hanya berbeda lima tahun dari mereka dia Mama tiri Afay yang kini menarik rambut Afay yang terisak kesakitan. Tangan Raila terkepal kuat. Dan menghampiri wanita itu. Raila menarik kasar tangan wanita itu hingga menghadapanya.

PLAK!

Satu tamparan kencang mendarat mulus di pipinya yang dilakukan oleh Raila.

"Lo apa-apaan!" bentaknya memegang pipinya yang memerah. Raila tersenyum miring.

"Bitch!. Gak guna lo jadi orang!" Maki Raila dingin. Wanita itu ingin menampar Raila balik namun buka  Raila namanya jika tidak bisa menangkis segala serangan. Raila menahan tangan itu di udara lalu menghempasnya kuat.

"Orang kaya lo gak pantes jadi seorang ibu!" desis Raila tajam. Wanita itu memegang tanganya.

"Terserah gue! Bokapnya suami gue! Lo jangan ikut campur!". Desisnya. Raila terkekeh sinis.

"Gimana kalo Om Afran tau kalo istri ketiganya itu iblis. Seru kali ya?" tanya Raila tersenyum miring. Wanita itu menampilkan wajah tentang nya.

"Lo fikir dia bakalan ngebela anaknya? Tentu enggak!".

Raila mengepalkan tanganya kuat. Giginya bergemelatuk kesal.

"Wajar! Yang hasut setan dari neraka kaya lo!" saraks Raila dan mendorong wanita itu hingga tersungkur. Raila menarik Afay yang duduk di soda dengan wajah berantakan nya. Wajah memerah dan rambut acakan.

"Kita ke rumah sakit". Kata Raila dingin dan menuntun Afay memasuki mobil Raka. Afay hanya diam dan mengikuti.
Mobil melaju meninggalkan kediaman Afay.

"Kenapa tadi?". Tanya Raila menoleh. Afay menahan air matanya dan tersenyum getir.

"Afay di kunciin. Terus waktu Afay telpon Raila ketauan dan dia marah". Jelasnya dengan wajah sembab. Raila mengangguk kecil. Wajahnya sangat datar namun terdapat kekhawatiran dan kekesalan di sana.

Keduanya sampai di rumah sakit. Raila turun dan membantu Afay. Para perawat datang dengan brankar dan Afay di bawa ke ruang rawat gawat darurat. Tidak parah hanya mengobati luka memar di wajahnya.

Dan setelah berganti baju dengan baju pasien Afay di bawa menuju ruang rawat inap berdampingan dengan Alga yang terkejut dengan kedatangan Afay. Hanya ada Desta yang menemani Alga karena Gerry dan Aron yang harus ke markas.

"Afay gak pa-pa?" tanya Alga menangkup pipi Afay. Afay menggeleng pelan.

"Alga kok bisa disini?" tanya Afay menatap dalam manik mata Alga yang menampilkan wajah khawatir.

"Alga sakit nih tanganya. Jadi masuk rumah sakit". Jawabnya dengan  nada manja. Raila dan Desta menatap jijik interaksi kedua orang yang saling cinta namun terpendam itu.

"Kapan sih mereka pacaran. Kasian banget Alga harus mendem perasaan". Kata Desta di sebelah Raila yang menoleh. Raila menampilkan wajah dinginnya dan mengangkat bahu acuh.

"Biar cinta mendewasakan mereka". Celetuk Raila membuat Desta membola.

"Wah! Lo udah jadi pakar cinta sekarang? Kok bisa? Pacaran aja baru kemarin".

Raila menoleh sinis. Memang Desta tidak berakhlak sekali.

"Diem lo. Jangan sampe gue buat lo bersanding di antara mereka berdua". Desis Raila tajam. Desta bergidik ngeri dan menggeleng cepat.

"Ogah! Lagian gue minta maaf kali. Kan gue panik, jadinya gue lupa kalo ada bokap nyokap lo". Jelas Desta membela diri. Raila mengangguk tak peduli.

"Gue balik. Lo jaga mereka". Jelas Raila dengan datar. Desta cengo.

"Gue? Jaga mereka? Sendiri? Apa gak the real nyamuk gue". Bantahnya dengan wajah sedih. Raila mengangkat bahu acuh.
"Mau jadi naga sekalipun bodoamat!". Sarkas Raila dan berlalu pergi begitu saja. Desta melongo dengan wajah sedih.

Desta beralih melihat kearah brankar, Alga dan Afay tengah menatapnya. Afay yang menatap polos dan Alga yang tersenyum jahil. Brankar keduanya menyatu atas permintaan gila Alga.

"Desta disini?" tanya Afay polos. Desta menatap kesal.

"Yoi. Jaga lo, nanti lo dimakan Alga kalo gue tinggal". Jelas Desta dan duduk di sofa kembali. Afay menatap Alga polos.

"Emang Alga suka makan orang?" tanya nya. Alga menggeleng.

"Jangan percaya sama Desta. Otaknya se -ons". Dan Afay hanya mengangguk tak paham. Desta mendelik kesal apalagi saat Alga memeluk Afay dan menjulurkan lidah kearah Desta yang mengusap dada sabar.

*****

Raila tak pulang melainkan ke markas, dengan wajah datar dan dinginnya, serta tatapan tajamnya menyorot satu persatu anggotanya yang menunduk takut dengan tangan gemetar. Raila duduk di kursi kebesarannya dengan angkuh mengetuk jarinya di penyanggah kursi. Aron dan Gerry berdiri di sebelah kanan dan kirinya.

"Lo tau gue benci penghianat". Raila membuka suara dan seketika Atmosfer berubah rasanya.

"Lo anggota Phoenix atau Erlangga?" tanya Raila dingin. Kedua orang itu menunduk tak membuka suara.

"Jawab". Kata Raila dengan suara rendah.

"Ma-maaf bos".

Raila memutar bola matanya malas. Lalu berdiri di hadapan keduanya.

"Gue nanya. Bukan suruh lo minta maaf". Desisnya tajam. Menatap dingin keduanya yang menunduk ketakutan. Bagaimana pun Raila memiliki jiwa psikopat yang tiada siapapun bisa menghentikannya.

Raila menoleh menghadap Gerry dan Aron. Mengkode keduanya dengan satu lirikan. Keduanya mengangguk paham dan mulai membawa keduanya menuju ruang bawah tanah.

Raila berganti baju dengan jaket kulit miliknya, memakai topi dan kaos tangan hitam. Lalu turun menuju ruang bawah tanah. Beginilah sosok asli Raila. Raila menuruni tangga dengan pencahayaan minim dari lampu orange dan membuka pintu kayu yang berada di ujung tangga. Bau amis menyeruak memasuki indra penciuman. Siapa saja akan muntah karena bau yang sangat tidak sedap itu. Dan kini kedua anggota yang berkhianat itu duduk dengan tangan kaki terikat. Duduk ber-sampingan dengan wajah ketakutan, melupakan bau amis tidak sedap itu. Nyawa lebih penting untuk sekarang.

Raila mengambil pisau kecil runcing dengan huruf abjad B.A.D milik ayahnya (Bara Alendra Diviante).

Raila tersenyum smirk dengan wajah menyeramkan miliknya. Gerry menegak ludah kasar dan Aron hanya menampilkan wajah dinginnya. Bukan pertama kali melakukan hal keji seperti ini membuat Aron sudah terbiasa, brebeda dengan Gerry Desta dan Alga yang sudah berkali kali masih akan tetap muntah setelahnya.

Raila berjalan pelan mendekati keduanya dan menarik paksa lakban yang menutupi mulut pria di sebelah kanan. Pria itu meringis merasakan ngilu.

"Raila kita minta maaf. Gue janji gak akan berkhianat lagi". Mohonya dengan wajah ketakutan. Raila terkekeh dengan wajah seram.

"Kesempatan hanya ada satu kali. Gue gak butuh omong kosong lo". Desis Raila tajam. Raila mengarahkan pisaunya ke pipi pria itu. Menusuk dari tulang pipi dan menarik pisau nya ke bawah dengan pelan.

"Argh!!!" pria itu berteriak kencang. Gerry meringis pelan melihat darah segar bercucuran dan menetes ke lantai. Dan pria disebelahnya

Raila tersenyum miring. Kini hanya ada tatapan membunuh di matanya. Tidak ada rasa kemanusiaan.

Raila menghunuskan pisau itu di area dada pria yang kini melotot kesakitan. Dengan gaya elegan Raila menusuk menarik dan menusuk di daerah dada itu dengan wajah berbinar. Pria itu terus berteriak kesakitan. Melihat wajah iblis Raila yang dengan semangat empat lima menusuk nusuk hingga banyak darah berceceran. Wajahnya bahkan kecipratan darah segar dan Raila memejamkan matanya merasakan sensasi darah itu masuk kedalam indra penciumanya.

Pria itu dengan nafas terputus tersenggal senggal dengan wajah memohon. Berkata terbata.

"Bu-nuh gue se-kali. Ja-ngan nyi-ksa gu-e plis"

Raila mengangguk singkat. "Gue bosen juga". Jawabnya. Raila berdiri dan mengambil keris panjang runcing, terdapat abjad Nama juga disana. K.A.A kepunyaan Uncle nya ayah dari sepupunya.

Raila berdiri dan dengan sekali tebas kepala itu terbang ber-gelindingan dan berhenti di bawah kaki Gerry yang seketika mual. Perutnya bergemuruh hebat dan.

Huekkkk

Seluruh isi perut Gerry seperti keluar rasanya. Melihat kepala dengan mata yang melotot dan sudah terlepas dari badannya. Wajah Gerry pucat pasi. Dan Aron dengan santai menendang kepala itu hingga menjauh dari Gerry yang Seketika menunduk lemas.

Dan pria satunya lagi sudah menahan nafas dari tadi ketika melihat temanya sudah tidak bernyawa lagi, mulutnya masih terdapat lakban hingga teriakan terkejutnya tertahan. Raila tersenyum manis namun menyeramkan kearahanya. Wajah Raila penuh darah dan tambah menakutkan. Raila melirik Gerry dan Aron.

"Gerry. Bunuh dia".

Gerry spontan melotot dan menggeleng dengan wajah pucat pasi nya. Raila gila, benar benar gila.

"Jangan Gerry". Jawab Aron membantu Gerry yang tak bisa berkata kata. Aron maju mendekati Raila. Dan Raila menatap Aron dengan wajah polos tanpa dosa.

"Biar dia gak takut gitu". Raila menunjuk Gerry yang terduduk dengan wajah pucat.

Aron menggeleng pelan dan mengusap wajah Raila yang terdapat bercak darah.

"Jangan Ai. Nanti Raila marah". Jelas Aron dengan perlahan mengambil keris panjang di tangan Raila. ini adalah alter ego Raila yang akan datang saat Raila merasa marah dan terkhianati.

"Ck! Enggak! Raila gak marah. Sekali doang Ai dateng juga!" kesal gadis itu bersidekap dada.

"Jangan Ai. Keatas ya?" pinta Aron berusaha meluluhkan hati gadis paikopat di depannya ini. Raila menggeleng lagi.

"Satu lagi deh ya? Gue benci banget sama penghianat!" bujuk gadis itu mengeluarkan puppy eyyes nya. Aron menghela nafas lelah. Sejujurnya Raila lebih imut jika Alter Ego nya datang. Namun akan menyeramkan jika dalam keadaan membunuh seperti ini, rasa kemanusiaanya akan lenyap.

Dengan gesit Raila mengambil pisau di sebelah nya dan menghunus-kan pisau itu tepat mengenai jantung pria itu. Pria itu melotot, berteriak dalam bekapan lakban. Dan darah bercucuran dengan cepat, Raila tersenyum senang, dan dalam hitungan menit pria itu merenggang nyawa. Aron memejamkan matanya pelan. Ai memang lebih agresif dari Raila.

Gadis itu pingsan dan dengan cepat Aron menahan tubuh itu yang hampir terjatuh. Menggendongnya dan melirk Gerry yang baru selesai menormalkan diri.

"Beresin". Titah Aron santai membuat Gerry melotot tak Terima.

"Gilak! Gak berani gue!" bantah nya dan segera berlari mengikuti Aron dan Raila.

Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 45.9K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
1.8M 133K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
4.2M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
573K 63.6K 25
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santriwatinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah...