1. PASSING BY

By rawrnana

8.5K 4.8K 19.2K

❝ Kamu dan segala kenangan yang tersisa ❞ ⚠️TIDAK UNTUK DIPLAGIAT⚠️ Ini Cerita keduaku, cerita yang sangat in... More

Prolog
1. the beginning of all
2. Dia yang asing
3. TODAY
4. The secret of hera
5. Mariposa
6. Temanku
7. They are bad
8. What If
9. Menetap atau pergi
10. Mago
11. Orang jahat
12. Dia?
13. Tau
14. Mulai
15. Through me
16. Putus Asa
17. Tentang dan tantang
18. Rainbow
19. Hasil
20. Makan malam dan...
21. pulang dan datang
22. A DREAM
23. Ada apa?
24. Harta Saya
25. Semua oke
26. Happin€ss
27.The next
28. To the bond
29. Aku dan rasa sakit
30. Renggang untuk menyatu
31. Usaha untuk mengutarakan
32. Hello Ra
33. On me
34. Sepeda
35. my wish
36. I know now
37. beautiful time
38. Bohong
39. Tenang
40. Keluargaku
41. gonna leave
42. Tertidur
44. Laut
45. Penebusan dan terima kasih

43. Apapun

104 67 418
By rawrnana

~•••***•••~

"Bunda, aku izin mau pergi agak lama sih." ucap Yura pada bundanya yang tengah duduk diruang tamu sembari menonton.

Jihan yang tadi fokus pada layar di televisi, tiba-tiba mengalihkan tatapannya pada Yura.

"Mau kemana? Jangan balapan lagi ya nak bunda mohon sama kamu." ujarnya membuat Yura menggeleng cepat.

"Enggak bun, enggak lagi kok. Ini Yura mau main sama Hera kok...."

Jihan menganggukkan kepalanya, "Oh kalau main sama Hera gapapa, jangan sampai kalian berantem aja sih." ucap Jihan mengingatkan.

Yura tersenyum tipis mendengar lontaran dari bundanya itu.

"Bun...." panggil Yura.

"Iya kenapa nak?" Jihan tiba-tiba kaget melihat Yura yang menangis.

"Yura kenapa?" ucapnya panik.

"Hera ... Sakit Bun, dia koma." ucapnya, sontak membuat Jihan menatap tak percaya pada Yura.

"Kamu yang benar Yura." Yura membalas ucapan Jihan dengan anggukan seraya menghapus air matanya.

"Izin ya Bun nemanin Hera, siapa tau Hera mau bangun kalau ada aku." ucapnya percaya diri.

Jihan ikut sedih mendengar hal itu, namun ia mengangguk dan memberi semangat pada Yura bahwa temannya akan baik-baik saja.

"Pergi nak gapapa, temani Hera. Bunda rasa dia butuh kamu...." ucapnya.

****

Keadaan ruang rawat Hera sepi, semua orang tengah pergi dengan urusan mendadak mereka semua, tak terkecuali seorang gadis yang setia menunggu Hera disebuah sofa ruangan itu. Mulutnya komat-kamit seolah tengah memohon pada yang kuasa agar gadis yang tengah tertidur itu bangun.

"Ra, udah tiga hari Lo kayak gini. Lo pernah bilang sama gue, kalau habis ujian kita bakal hiling sama-sama kelaut." ucap Jehan seraya mengelus tangan Hera.

"Ujian udah selesai, bentar lagi kita lulus. Lo yakin gamau bangun dan main ke laut bareng gue?"

"Hera ... Gue sebenarnya agak kurang terima waktu Lo bilang, kalau Lo belum bisa Nerima gue apa adanya."

"Tapi, rasa sayang gue ke elo jauh lebih besar, dari pada rasa gak suka Lo sama gue. Bingung gak Ra? Iyaa gue juga bingung kenapa gue bisa sejatuh cinta itu sama perempuan kayak Lo Ra." ujar Jehan diiringi tawa pelan.

"Padahal Lo jutek, dan selalu bersikap bodoh amat sama gue. Tapi kenapa gue suka karena Lo kaya gitu ke gue? Hera, gue udah putusin bahwa nanti kalau umur kita sudah 20 tahun... Gue bakal lamar Lo." ucap Jehan mutlak.

"Kalaupun kita gak jodoh nanti, tapi itu amit-amit ya. Pokoknya kita harus jodoh, nih kalau gak jodoh gue gabakal nikah sama siapapun." ujarnya, menatap Hera namun tak ada pergerakan sedikitpun dari Hera.

"Hera... Bangun Ra, gue butuh Lo." lirihnya, perlahan dadanya sesak sekali.

Jehan sadar, bahwa yang dihadapannya ini tengah tertidur dan tak memahami apa yang Jehan tengah katakan panjang lebar itu.

"Lo jangan ngebebanin Hera, dengan cara  Lo gak bakal nikah sama orang lain, kalau enggak sama dia." Jehan mengalihkan tatapannya pada Yura yang berdiri diambang pintu.

"Lo ganggu suasana aja." omel Jehan.

"Cewe ini siapa sih, gayanya kayak cowok banget."

"Firasat gue ada yang lagi ngomongin gue nih." ucap Yura menatap Jehan dengan tatapan mengintimidasi.

"Lo bisa hargain Hera gak?" ucap Jehan.

Tiba-tiba Yura tak sengaja menatap gadis yang duduk di sofa, gadis dengan rambut setengah panjang dan memakai dress putih pendek itu tengah menatap Jehan dan juga Yura.

"Dia siapa?" tanya Yura.

Jehan menatap gadis itu, "Kata Levi saudaranya gitu, temannya Hera juga." ucapnya.

Yura mengangguk-anggukkan kepalanya, dirinya beralih menatap Hera. Yura perlahan mengelus rambut hitam milik Hera, berharap temannya itu akan bangun dan kembali berceloteh dengannya.

"Hera Lo harus cepat bangun, gue butuh Lo buat masuk jurusan kedokteran, demi bunda gue." ucap Yura.

Yura berkata demikian karena Hera anak yang cerdas, siapa tau bisa mengajari Yura sedikit.

"Selain itu, gue mau sepedaan Sama Lo lagi. Gue mau beli makanan pinggiran bareng Lo lagi Ra." lirihnya seketika.

****

Arya melihat Alora yang tengah duduk seorang diri di lobi rumah sakit, tatapannya nampak kosong. Arya pun berjalan menghampiri Alora,  alih-alih untuk menemani wanita itu.

"Ku dengar, keadaan Hera perlahan membaik...." ucapnya, seketika membuat Alora mengadahkan pandangannya keatas menatap Arya yang tersenyum sembari menyodorkan minuman pada Alora.

"Iya, aku harap anak itu cepat membuka matanya." cetus Alora.

Arya duduk disamping Alora, kembali mengulurkan minuman pada wanita itu dan akhirnya diterima oleh Alora.

"Terimakasih Arya." ucapnya.

"Sama-sama." balas Arya.

Terdengar helaan nafas dari Alora, membuat Arya bertanya kenapa Alora begitu.

"Aku sudah memaafkan kesalahannya, tapi kenapa dia tidak mau memperbaiki kesalahannya hingga detik ini?" ucap Alora tiba-tiba.

Arya mengerutkan keningnya, apa yang dimaksud oleh Alora barusan adalah Yolan? Arya ragu, tapi mungkin itu faktanya.

"Maksudmu Yolan?" tanya Arya ragu.

Alora menatap Arya, lalu detiknya ia mengangguk.

"Laki-laki itu jahat, aku memaafkannya namun apa balasannya untuk maaf itu? Tidak ada, bahkan disaat anaknya tengah seperti ini, diapun acuh." ujar Alora berkata dengan menahan amarahnya.

Arya mengerti, kemudian ia pun mengusap bahu Alora untuk lebih banyak sabar dalam hal seperti ini. Lelaki yang jahat akan dapat karma pada waktunya, itu yang Arya pikirkan.

"Pemberian maaf kamu itu tulus, saya yakin orang seperti dia akan menyesal sebentar lagi." ucap Arya.

"Dia yang jahat, tapi saya yang menderita ... Itu tidak adil rasanya." ujar Alora menunduk.

"Andai jalan yang kamu pilih dulu bukan Yolan, saya rasa kata-kata itu tidak akan pernah keluar dari mulutmu."

Arya memperhatikan Alora yang menundukkan kepalanya, berat rasanya. Alora sudah banyak sekali menanggung beban selama ini wajar jika dirinya berkata demikian.

****

Jehan menyenderkan kepalanya dikursi bersama Levi dan juga Yura, hingga terlelap sampai malam hari menjaga Hera. Sedangkan Alora duduk di sofa dengan mata yang terpejam, lain hal dengan gadis yang matanya masih terjaga hingga selarut ini, alih-alih berharap bahwa Hera akan membuka mata dan berkata 'Aku kembali' dirinya akan senang sekali.

Dirinya menatap sebuah monitor yang ada disamping ranjang Hera, sudah normal dilihat. Namun dia terkejut saat merasa ada yang menggenggam tangannya. Saat dilihatnya tentu saja itu tangan Hera, dan mata Hera menatapnya.

"Aku enggak lagi mimpi kan ini?"

"Hera...."

"Kamu??"

Gadis itu bangun dari duduknya dan menghampiri Levi, menepuk-nepuk lengan Levi agar cowok itu bangun.

"Ehh apaan nih!!!" teriak Levi seketika.

"Hera bangun!"

"Ini Lo mimpi?" ucap Levi menatap gadis itu.

"Aku serius Levi, liat Hera bangun dia genggam tanganku tadi."

Setengah percaya dan tidak, tapi Levi memutuskan untuk melihat sendiri. Dan benar saja Hera membuka matanya, walaupun masih sayu-sayu mungkin karena terlalu lama menutup mata.

"Hera... Lo udah bangun?" tanya Levi memastikan.

Hera mengedipkan matanya, untuk menjawab pertanyaan Levi. Membuat cowok itu tersenyum lebar.

"Kak!! Jehan, Yura bangun!!" teriak Levi seketika.

Yang diteriaki pun lantas bangun dan kaget mendengar teriakan Levi.

"Apaan sih orang lagi tidur juga!" omel Yura pada Levi.

"Levi, ini rumah sakit jangan teriak apalagi malam begini." ucap Alora dengan ketus.

"Marahnya nanti, Lo pada harus tau kalau Hera udah sadar." ucap Levi seketika membuat ketiga orang yang tadi ia teriaki melotot.

"Lo serius?" tanya Jehan memastikan dan mendekati Hera.

"Hera bangun...." ucap Alora mengahampiri Hera, dan benar anak gadisnya telah bangun.

"Maa...." lirih Hera pelan.

"Iyaa mamah disini, ada yang sakit nak?" tanya Alora.

Hera menggeleng pelan, "Engga."

"Levi panggil dokter untuk memastikan." ucap Alora, membuat Levi segera bergegas keluar diikuti gadis itu.

"Kamu kuat kan? Jangan kayak begini lagi ya...." ujar Alora pada Hera.

Setelah beberapa saat setelah Hera sadar, dan telah diperiksa oleh dokter Samuel. Alora pergi untuk membicarakan tentang Hera dengan dokternya.

Jehan menatap Hera yang tengah menyenderkan punggungnya dibankar itu. Hera tersenyum tipis saat melihat Jehan yang juga tersenyum padanya.

"Kangen banget." ujar Jehan mengatakan itu pada Hera.

"Gue udah lama disini?" tanya Hera, membuat Jehan mengangguk.

"Lumayan, jangan kayak gini lagi Ra... Gue gabisa kalo gaada Lo."

"Jehan...."

"Iya apa Hera?"

"Waktu gue tidur, gue selalu denger suara Lo. Dan gue rasa, gue jatuh cinta sama suara itu." ucap Hera diiringi senyumnya.

"Hera? Lo?"

"Iya satu-satu gapapa kan Jehan?" Jehan pun mengangguk seketika.


To be continued

NEXT

Continue Reading

You'll Also Like

STRANGER By yanjah

General Fiction

631K 71.3K 51
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
DEWASA III [21+] By Didi

General Fiction

70.3K 160 39
[follow untuk bisa membaca part 21+] KUMPULAN NOVEL-NOVEL DENGAN TEMA DEWASA. BANYAK ADEGAN TAK LAYAK UNTUK USIA DI BAWAH 18 TAHUN. 🔞🔞🔞🔞🔞
Family By xwayyyy

General Fiction

116K 5.5K 22
hanya fiksi.
Amora (END) By Mia

General Fiction

4M 193K 72
Amora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang beru...