RICARDO : DANGEROUS HUSBANDS

Por MentariJingga_

1.3M 38.7K 6.5K

Lelaki tantrum itu akan bertemu dengan gadis yang memiliki sifat keras kepala. Ricardo Ace Austin dengan Aru... Más

00 - Prologe
01 - AceAustin High School
02 - Together
03 - Incident in the canteen
05 - Power Ricardo
06 - Basket date
07 - Annoyed
08 - Trending
09 - Baper
10 - The others side
11 - A fact
Special Part Bulan Puasa
12 - Weds day
13 - Kehidupan
14 - New beginning
15 - Rival
16 - One on one
17 - Clubbing
18 - Permintaan maaf
19 - Will
20 - Camp
21 - Crazy Ghost
22 - Sick
23 - Hair Braid

04 - Permintaan tuan muda

42.3K 1.8K 105
Por MentariJingga_

commentnya dipinggiran kalimat jangan lupa🫀💗 share cerita mentari ke teman-teman kalian atau sosial media kalian juga kalau boleh, heheh

⛓️⛓️⛓️

"Maafkan anak saya sekali lagi ya Bu Mila,"

Bu Mila selaku Guru BK sekaligus Guru yang telah memergoki Ricardo dan Naeva ditaman tadi hanya mengangguk. "Maaf juga sudah mengganggu waktu Bu Vira,"

"Ah, tak apa. Kalau gitu kami pamit keluar dulu," ucap Vira dengan menjawil paha putranya untuk diajaknya keluar dari ruang BK.

"Ricardo, Naeva, jangan diulangin lagi."

Ricardo hanya berdeham singkat dan Naeva yang mengangguk patuh seraya berucap tak akan pernah mengulanginya lagi lalu keduanya berlalu keluar.

Vira menghembuskan nafasnya begitu ketiganya telah keluar. Orang tua Naeva memang tidak dapat hadir saat dipanggil, awalanya Bu Mila protes, orang tua dari Naeva harus ada yang hadir. Namun saat Vira bilang yang akan menjelaskannya pada orang tua Naeva maka mau tak mau Guru BK itu menurut, patuh dengan istri Majma yang merupakan pemilik sekolah ini.

Alasan memanggil wali murid? Sudah tentu karena kejadian yang merurut Naeva sangatlah memalukan tadi di taman belakang. Namun sepertinya tak bagi Ricardo, lelaki itu tetap terlihat santai walaupun kepergok untuk kedua kalinya.

"Kalau mau berbuat aneh-aneh lihat kondisi dulu Bang, jangan di tempat umum," ucap Vira lelah melihat kelakuan putranya.

"Kamar boleh?" wajah tampan itu terlihat santai saat bertanya pada Ibundanya.

"Nikah dulu!" Vira memukul bahu Ricardo kesal, enteng banget ngomongnya. Ini nih akibat dari gen Majma yang kebanyakan ya begini jadinya.

Ricardo berdecak. "Makannya nikahin. Kemaren disuruh nikah, sekarang malah ga nikah-nikah." kesalnya mengingat ucapan warga saat ia kepergok di gang dengan Naeva yang katanya disuruh untuk menikah namun sampai sekarang mereka belum juga menikah.

Vira memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing mendengar keluhan dari putranya. "Bunda belum bilang Ayah, ngomong dulu sama Ayah kamu."

"Ya, Ayah suruh pulang, bilang, Abang minta dinikahin." keluh Ricardo lagi.

Sementara Naeva hanya diam dengan rasa kesalnya mendengar Ricardo yang meminta nikah seperti meminta jajan. Lagipula apa Ricardo yakin Naeva mau menikah dengannya? Seenaknya saja meminta dinikah. Setan.

"Ya, nanti Bunda sampaikan ke Ayah," ucap Vira. "Sudah, Bunda mau pulang, capek Bunda lihat kelakuan kamu." lanjutnya berlalu pergi setelah berpamitan dengan Naeva juga tentunya.

Setelah kepergian Vira, Naeva juga akan pergi, namun sayang ada yang mencekal tangannya dari belakang, siapa lagi kalau bukan tuan muda Ricardo itu.

Naeva menetap Ricardo malas dan melepas cekalan tangganya. "Kenapa lagi!?"

"Kemana?" tanyanya dengan wajah datar.

"Kemana aja yang penting ga ada kamu." ucapnya berlalu pergi, hal itu sontak membuat Ricardo mengumpatinya.

"Tiga taun gue cuma liatin lo, sekarang gue akan bikin lo jadi milik gue, Naeva." senyum smirk terlihat bak iblis yang menemui mangsa barunya.

°°°

"AYAH! YAH!"

Ricardo menghentikan teriakannya begitu menemui asistennya yang menuruni tangga. "Bokap mana," tanyanya pada Pe Hans. Lelaki bermata elang itu mendapat kabar dari asistennya kalau Majma baru pulang dari luar kota, urusan pekerjaan.

Pe Hans menunduk hormat. "Tuan besar ada di belakang, tuan muda. Beliau sedang bersama nyonya di taman."

Tanpa mengucapkan apapun Ricardo segera berjalan ke belakang, di mana tempat yang dipenuhi warna hijau dan bunga-bunga cantik itu berada.

Dengan seragam yang sudah berantakan, Ricardo dapat melihat kedua orang tuanya yang sedang berbincang manis, melepas rindu setalah satu minggu tak bertemu. Kedua orang tuanya yang menduduki ayunan besi di ujung taman. Ricardo berdecih melihatnya, seperti anak muda saja.

"YAH!" teriak Ricardo yang membuat Majma menoleh menatap anak kesayangannya. Anak kesayangan? Mereka saja selalu bertengkar setiap kali bertemu.

Majma yang mulanya ingin sedikit bercumbu dengan sang istri lantas gagal melihat Ricardo yang berjalan ke arahnya. Putra tampannya itu terlihat dengan alis yang menyatu, persis seperti dirinya waktu terlihat marah.

"Ada apa?" tanya Majma sedikit malas lantaran waktunya dengan Vira terganggu. Harusnya dari awal Vira menyetujui Majam untuk dikamar saja supaya tidak ada yang mengganggu.

"Ardo minta nikah." ucapnya membuat Majma terbatuk kaget.

"Ardo mau nikah besok."

Sial,  ingin rasanya Majma memukul wajah jiplakan dirinya itu yang terlihat santai saat meminta.

"Mau nikah sama siapa? Datang-datang minta nikah, mau nikah sama siapa? Pacar aja ga punya." pasalnya Ricardo sama sekali tak pernah mengenalkan perempuan padanya.

Ricardo berdecak. "Ardo punya pacar,"

"Kita abis lakuin hal dewasa."

Sialan anak itu.

"Udah pergok sama warga, sama Guru juga." lanjutnya berucap santai, seolah hal biasa berbicara dengan Majam perihal dirinya.

Majma menghembuskan nafasnya pelan, sebenarnya ia sudah tahu perihal Ricardo yang kepergok warga malam itu. Dan soal di sekolah, Vira baru saja bercerita padanya. Anak itu terlalu banyak ulah.

Sebenarnya juga Majma ingin marah kepada putra tunggalnya itu. Namun kata sang istri tercinta, putra kesayangannya itu tak sampai melakukannya, hampir. Dan satu alasan dengan si gadis, korban putranya itu membuatnya mengurungkan niat marahnya.

"Mandi sana, udah sore,"

"Ardo minta nikah, yah!"

"Nikah bukan hal mudah Bang, siapkan diri kamu dulu," ucap Majma menasihati. "Ayah juga belum kenal siapa gadis yang akan kamu nikahi, jangan macam-macam."

"Kita ke rumahnya sekarang kalo Ayah pengen ketemu," ucapnya masih kekeh.

Majma menatap putranya malas. "Ayah mau masuk, istirahat, capek baru pulang." pria itu berjalan meninggalkan taman setelah mengusap rambut sang istri.

"Ayah gimana sih, Nda!?" kesalnya beralih menatap sang Bunda.

"Benar kata Ayah, siapkan diri kamu dulu," Vira berdiri di samping putranya, mengusap rambut yang acak-acakan itu.

Ricardo berdecak, kesal lantaran permintaannya tak dituruti. Lelaki itu berjalan meninggalkan sang Bunda begitu saja dengan wajah ditekuknya.

°°°

Ricardo memarkirkan motornya di halaman rumah Naeva. Lelaki itu membuka helemnya, mengaca pada spion kaca motor untuk mengagumi ketampanannya yang berlipat-lipat.

"Munafik kalo Naeva ga jatuh cinta sama gue." gumamnya melihat wajah tampan.

Setelah selesai mengagumi ketampanannya, Ricardo berjalan untuk mengetuk pintu rumah yang tak lama terbuka menampilkan seorang wanita yang Ricardo yakini ART di sana.

"Cari non Nay, ya den?" ART itu bertanya menatap Ricardo.

"Hm, mana?"

"Non Nay tadi pergi ke rumah den Ringga kalo ga salah," ucapnya. "Rumahnya ada di sebelah, tapi bibik ga tahu sekarang mereka ada di sana apa engga. Biasanya pergi, den Ringga ngajak non Nay jalan-jalan."

Mendengar penjelasan ART itu membuat Ricardo mengumpatinya. Sepertinya ia harus mencari tahu ada hubungan apa Naeva dengan Ringga itu.

"Kalo boleh tahu, aden siapanya non Nay, ya?"

Ricardo menoleh dengan wajah datarnya. "Calon suami."

"Calon suami?" ucapnya mengingat ucapannya mejikannya mengenai hal itu. "Oh, iya den, silahkan masuk, tunggu di dalam," lanjutnya memberi Ricardo ruang untuk masuk ke dalam rumah.

Ricardo hanya berdeham dengan berjalan masuk. "Calon mertua gue mana?" bibirnya terangkat sebelah begitu mengucapkannya.

"Nyonya sama tuan jarang pulang den, bibik buatkan minum sebentar ya? Aden mau dibikinin apa?"

"Kopi, gue lagi ngantuk." jawabnya membuat ART itu berlalu pergi.

Setelah kepergian ART itu, Ricardo membuka ponselnya hendak menghubungi Naeva dengan mereka yang sudah bertukar nomer HP. Jelas Ricardo duluan yang meminta nomer Naeva, dan gadis itu dengan ogah-ogahan memberikannya.

Ricardo
Dimana lo

Tiga detik, empat detik, lima detik, Naeva belum membalas pesannya. Lelaki itu menggeram emosi lalu akan menekan tombol telepon namun diurungkannya saat Naeva sudah membalas pesennya.

Mine❤
kenapa? aku mau tidur, ga mau diganggu

Ricardo yang melihat balasan Naeva menaikkan sebelah alisnya, apa gadis itu sedang berbohong?

Ricarro
Tidur? Di jalanan?

Mine❤
di rumah!! mana ada tidur di jalanan

Ricardo
Gw dirumah lo oon
Balik

Tiga detik Naeva belum membalasnya namun sudah dilihat. Hal itu membuat Ricardo kembali mengirimkan pesan pada gadis itu.

Ricardo
Balik sebelum gw samperin lo
Gw cipok lo di sana

Pesannya sudah terkirim dan Naeva juga sudah membukanya. Lelaki kembali menggeram emosi, kesal Naeva pergi bersama Ringga—Musuhnya.

"Lho, ada siapa ini?" ucap seorang wanita dari pintu hendak masuk ke dalam rumah dan melihat Ricardo yang duduk di ruang tamu. "Ricardo?" lelaki itu menoleh saat namanya disebut.

Calon mertuanya? Ah, sepertinya iya, wanita itu Mamanya Naeva. Langsung saja Ricardo berdiri, menyalimi tangan wanita itu, bersikap sopan supaya lebih mudah menikahi putrinya. Eh tapi, mengapa Mamanya Naeva mengetahui namanya? Apa mungkin ceritanya seperti waktu ketemu Papa gadis itu yang juga sudah mengetahi namanya? Kalau memang iya, sial, Ricardo jadi berbangga diri.

"Sore tante," sapanya yang dibalas senyuman oleh Margaret—Mama Naeva. "Selamat sore, Ardo. Gimana? Udah ketemu sama Nay?"

"Naeva lagi pergi sama tetangga sebelah kata bibik, tan,"

"Ringga? Oh, ya ampun. Tante telponkan Dulu Nay-nya ya?" ucapnya. "Tapi tante sekalian mau ke atas, ponsel tante batrainya habis," Ricardo menganggukinya.

"Kamu kalau mau solat magrib di belakang, di sana ada mushola kecil. Tante tinggal dulu ga papa ya?"

Ricardo terkesima mendengarnya. Solat? Sial, ia saja tak pernah melakukannya.

"Ricardo?" ucap Margaret begitu Ricardo yang terdiam.

"Iya tante, ga apa, silahkan," Margaret tersenyum lalu berpamitan ke kamarnya.

Setelahnya kini ada suara motor yang berhenti di depan, Ricardo yakini itu milik Ringga yang menghantar Naeva pulang.

Ricardo yang berniat ke depan kini menemui Naeva yang sudah masuk terlebih dahulu, gadis itu sendiri, Ringga tak ikut masuk alias sudah pulang.

Naeva yang berniat melewati Ricardo namun tangannya di cekal oleh lelaki itu. Bola matanya memutar malas menatap Ricardo.

"Gue udah nungguin lo dari tadi," ucapnya seperti anak kecil yang mengadu.

"Ga ada yang nyuruh kamu nungguin aku," kesalnya. "Lagian kenapa sih ke sini!?"

"Terserah gue. Gue calon suami lo, kalo lo lupa."

Naeva mendengus mendengarnya, saat akan berlalu tangannya kembali di tarik oleh Ricardo. Hal itu tentu saja membuatnya kesal.

"Hobi banget sih lo, nginggalin gue!?" alisnya menyatu galak.

"Aku mau solat," jawabnya malas. "Kalo kamu mau solat di belakang, kalo ga, solat di rumah kamu aja." lanjutnya berlalu pergi. Hal itu membuat Ricardo kembali sedikit tersentak, solat.

"Kabar Bunda kamu, gimana, Ardo?" tanya Margaret membuka obrolan setelah makan malam dengan Ricardo yang diajaknya.

"Bunda sehat tan, kapan-kapan Ardo temuin tante sama Bunda," ah, Ricardo tak memperpusingkan, pasti Naeva juga yang sudah bercerita dengan Mamanya tentang Bundanya.

Margaret tersenyum. "Tante udah sering ketemu, kadang juga kalo pulang kerja tante mampir ke butik Bunda kamu,"

"Tente udah kenal deket sama Bunda?" Naeva hanya menyimak obrolan ke duanya dengan melahap sisa makanannya.

"Udah dong, bahkan dulu tante sama Bunda kamu sahabat waktu SMA,"

"Beneran, tan!?"

"Iyaa Ardo. Tante jadi kangen nih sama Bunda kamu, kan," tawanya kecil.

Ricardo ikut tertawa, bukan karena kedekatan Vira dengan Margaret, namun karena hubungannya dengan Naeva yang sudah semakin dekat. Ah, ia jadi tak sabar menikahi gadis cantik itu.

"Kalian lanjut ngobrol aja, Mama tinggal dulu," Margaret berlalu pergi meninggalkan kedua remaja itu setalah mendapat telpon.

Ricardo yang duduk di sebelah Naeva, kini beralih menatap gadis itu. "Orang tua kita udah saling kenal," Naeva hanya diam dengan menunggu Ricardo selesai bicara.

"Tinggal tunggu gue rayu bokap gue, terus kita nikah." ucap Ricardo membuat Naeva terbatuk kaget.

♠♠♠

jangan lupa tinggalkan jejak yawww, vote, comment, follow🫠 jejak kalian semangat u/ mentari update

terimakasih sudah bacaa✨

papaii  readers kesayangan mentari, jangan bosan u/ tengguin mentari update😋😋

Seguir leyendo

También te gustarán

593K 9.6K 25
"No matter how far you go, I make sure you always come back to me" ~Arlevan Georginio - - - - - - - - - - Menceritakan seorang gadis dengan sifat ba...
3M 190K 78
"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak m...
Roomate [End] Por asta

Novela Juvenil

575K 38.9K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
515K 19.4K 51
Bagaimana rasanya pacaran tapi merasa tak punya pacar? Dan pacarnya lebih mementingkan perempuan lain di bandingkan dirinya? Begitulah yang di rasaka...