Pada Orang yang Sama (TAMAT)

By IndAwsoka

20.6K 2.1K 574

Siapa bilang, kenangan dapat pudar oleh waktu? Siapa bilang, mencintai orang yang sama sejak lama, hanyalah o... More

Prolog
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Epilog
Extra Part

Bagian 43

594 25 4
By IndAwsoka

Hanin tidak bisa mengelak, ketika selepas ziarah ke makam Namira sore tadi, orang tua Dafan mengajaknya untuk makan malam bersama mereka. Katanya, guna menghangatkan kembali hubungan keluarga yang renggang selama bertahun-tahun tersebut.

Selepas mampir Masjid untuk menunaikan salat Magrib tadi, mereka berangkat menuju sebuah restoran ikan bakar yang tak jauh dari rumah. Hanin tetap memilih membonceng Dafan saja, ketika ditawari untuk ikut bersama orang tua Dafan naik mobil.

Mereka tiba hampir di waktu yang bersamaan. Lalu memasuki restoran tersebut. Memilih meja lesehan. Dan memesan menu yang sama. Ikan bakar dengan nasi hangat dan es teh manis.

Hanin duduk di sebelah Dafan. Berhadapan dengan Mamanya Dafan.

"Jadi kalian pacaran?" tanya Mama Dafan membuka obrolan.

Hanin terbelalak kaget mendengarnya. Jemarinya bertautan di bawah meja. Sementara Dafan hanya terkekeh kecil.

"Maunya gitu, Ma...," balas Dafan. Nadanya seolah sedang mengadu kepada ibunya bahwa ia sedang memperjuangkan tetangga depan rumahnya ini.

"Jadi belum?"

Dafan menoleh ke arah Hanin. Gadis itu tersenyum getir. Terlihat sekali kekikukan di diri Hanin.

"Masih proses, Ma. Tenang aja...," balas Dafan enteng.

"Oh, iya, Ma. Besok Tante Ochi nikah, 'kan?"

Dafan tidak ingin membuat Hanin merasa tak nyaman. Oleh karena itu, ia harus segera mengubah topik ini.

"Iya. Dateng juga ya kamu."

"Iya, dateng kok, Ma."

"Hanin ikut aja sekalian...," sahut Papa Dafan tiba-tiba.

Dafan menjentikkan jemarinya kencang. Tampak setuju dengan usulan Papanya tersebut.

Hanin buru-buru menggeleng. "Ehm, enggak usah, Om. Hanin malu, hehe...."

"Lho, malu kenapa? Nggak papa. Mau ya, Nak?" bujuk Mama Dafan penuh permohonan.

Hanin menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Ia enggan, tapi tidak menemukan alasan lain. Tidak mungkin juga ia membohongi orang tua, Dafan.

"I-iya, Tante. Insyaallah Hanin ikut besok...."

Setelahnya, pesanan mereka datang. Di sela-sela acara makan tersebut, obrolan mengalir dari berbagai topik. Dafan merasakan kebahagiaan yang membuncah. Ia tidak menyangka bahwa akan merasakan kehangatan keluarga seperti sekarang ini. Apalagi, dilengkapi oleh kehadiran Hanin di sisinya. Rasanya, ia ingin menghentikan waktu. Agar ia bisa terus berada di momen ini.

Hanin pun demikian. Jujur, ia rindu dengan keluarganya yang lengkap. Melihat Dafan akrab dengan orang tuanya, membawa memori masa kecilnya muncul ke permukaan. Meski Hanin sudah mulai berdamai dengan Papanya, tetapi hal seperti ini belum bisa terjadi lagi. Entah akan terjadi kapan. Sekarang Hanin harus mengesampingkan itu dulu. Yang pasti, ia turut bahagia malam ini.

***

Sesuai ajakan keluarga Dafan kemarin, malam ini Hanin sudah bersiap untuk menghadiri pernikahan tantenya Dafan. Ia mengenakan gaun berwarna cokelat keemasan selutut. Panjang lengannya tiga per empat. Dan memakai flat shoes hitam andalannya. Kali ini rambutnya disanggul ke atas. Meninggalkan anak rambut yang jatuh di kanan-kirinya.

Lain halnya dari biasanya, Dafan tidak membawa motor. Papa Dafan menyuruh untuk bareng saja naik mobil. Bahkan Mama Dafan meminta Hena ikut juga. Namun, Hena menolak dengan halus. Biar anaknya saja.

Dafan duduk di kursi penumpang bersama Hanin. Pakaiannya cukup simpel. Kemeja kotak-kotak dengan lengan yang ditekuk hingga siku. Dipadukan dengan celana jeans hitam dan sneakers hitamnya. Meski tidak mengenakan jas seperti papanya, tetapi pesona Dafan tidak bisa disepelekan.

Dengan obrolan-obrolan ringan yang mengisi perjalanan mereka, tiba juga mereka di sebuah gedung yang disewa untuk resepsi pernikahan malam ini. Dari luar, mobil-mobil berjejer rapi. Orang-orang dengan baju kondangan berlalu lalang keluar-masuk.

Mereka memasuki gedung yang terlihat glamor tersebut. Dekorasinya didominasi oleh pernak pernik yang mengkilap.

Dafan menggenggam jemari Hanin. Seolah Hanin adalah anak kecil yang sedang berada di pasar malam. Digenggam agar tidak hilang.

Lalu mereka berjalan dari meja satu ke meja lain. Berbasa-basi. Memperkenalkan Hanin sebagai "calonnya Dafan." Membuat Hanin makin tak enak hati dengan posisinya saat ini.

Setelahnya, mereka menemui pengantin yang sedang duduk di pelaminan. Bersalaman. Berfoto bersama. Lalu yang ditunggu-tunggu Dafan tiba. Yaitu ... makan!

Dafan mengajak Hanin mengantri di prasmanan. Sementara orang tua Dafan mengobrol dengan sanak saudara mereka yang lain.

Hanin hanya mengambil sedikit nasi dengan lauk sayur sop dan ayam goreng. Sementara Dafan memilih rendang beserta oseng mi dan nasi yang cukup banyak. Tak ketinggalan kerupuk putih yang ditumpuk di atas lauk Dafan. Terlihat menggunung. Dan terlihat tak tahu malu. Hanin sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya.

Mereka duduk di sebuah meja bundar yang belum berpenghuni. Menyantapnya dalam diam. Hingga seseorang mendatangi meja mereka.

"Woi! Lo nggak makan 9 bulan apa sengaja mau ngehabisin jatah tamu lain?!" ucap Lena seraya menepuk punggung Dafan keras.

Hanin yang melihat kedatangan Lena, jadi tak enak hati. Sejak kejadian itu, Hanin dan Lena belum mengobrol baik-baik. Hanin sendiri sebelumnya tidak memikirkan kemungkinan Lena akan hadir di acara ini.

"Berisik lo!" sahut Dafan dengan mulut penuh.

Lalu Lena duduk di kursi kosong sebelah Dafan.

"Hai, Nin!" sapa Lena riang.

Berbeda dengan Hanin yang gelagapan menyapa Lena balik.

"Sori, ya. Udah bikin hubungan kalian kacau waktu itu. Lagian nih bocah satu pake nggak cerita segala tentang gue ke lo! Bener-bener dah gue dilupain sama dia!" ucap Lena geram. Menjitak kepala Dafan yang masih melanjutkan makannya.

"Mending lo pergi aja napa sih, Len! Ngajak ribut mulu, heran!" kesal Dafan.

"Gue yang harusnya minta maaf. Gue malu udah bersikap begitu kemarin ke lo," sahut Hanin sarat akan penyesalan.

Lena beranjak dari bangkunya. Mengitari meja tersebut. Mendekati Hanin dan merangkul bahu Hanin. "It's okay! Lupain masalah itu. Anggep aja itu nggak pernah kejadian. Salam kenal ya, Calon Kakak Ipar!" goda Lena di akhir kalimatnya.

Hanin hanya terkekeh kecil mendengarnya.

Dafan meminum jus jambu yang tadi ia ambil dari salah satu stand. Makanannya sudah tandas tak bersisa. Mengusap mulutnya menggunakan tisu yang tersedia di tengah meja.

"Lo nggak nyumbang lagu, Daf?" tanya Lena dengan nada mengejek.

"Oh iya! Gue mau nyumbang lagu, ah!" Dafan berdiri langsung. "Yuk, Nin. Duet!" ajaknya enteng.

"Ehhh! Nggak mau! Suara gue jelek!"

Tak mau memaksanya lagi, dengan penuh percaya diri Dafan berjalan ke panggung kecil tempat home band menghibur tamu malam ini. Bertepatan dengan berakhirnya sebuah lagu yang dinyanyikan oleh vokalis band tersebut.

Dafan berbisik kepada salah satu dari mereka. Lalu menyuruh Dafan naik ke panggung. Vokalis perempuan tersebut menyapa Dafan. Berbasa-basi sebentar. Lalu bertanya Dafan akan membawakan lagu apa.

"Ehm, malam ini, saya akan menyangikan lagu yang jadi andalan di acara nikahan. Lagunya Badai Romantic yang judulnya 'Melamarmu'."

"Wohooo! Baiklah! Tak perlu mengulur waktu lagi, mari kita dengarkan suara merdu Mas Dafan...," ucap sang vokalis seraya bertepuk tangan dan undur diri. Menyerahkan panggungnya kepada Dafan untuk sementara.

Iringan piano dari home band tersebut, membuka aksi Dafan. Dafan menarik nafas. Memejamkan mata. Menyanyikan intro lagu tersebut.

"Di ujung cerita ini.... Di ujung kegelisahanmu...."

Dafan terus menyanyikan penuh penghayatan. Suaranya tidak terlalu merdu, tetapi masih tergolong enak didengar. Apalagi dengan gaya Dafan yang memposisikan diri seolah dirinya adalah vokalis profesional.

Hingga tiba di reff, Dafan menatap tepat di manik Hanin. Gadis tersebut sejak tadi terpaku dengan penampilan Dafan. Tatapan Dafan dalam dan meneduhkan. Seolah lagu ini memang ditujukan hanya untuknya.

Jadilah pasangan hidupku.
Jadilah ibu dari anak-anakku. Membuka mata. Dan tertidur di sampingku.
Aku tak main-main.
Seperti lelaki yang lain.
Satu yang kutahu.
Kuingin melamarmu....

Degup jantung Hanin berdetak kencang. Namun bukan detak jantungnya yang terdengar. Justru lirik tersebut merambat dari telinga hingga menyentuh hati Hanin. Nyanyian Dafan seolah ungkapan ketulusan Dafan untuknya. Ia berkali-kali harus menekan rasa percaya dirinya yang melambung tinggi ini.

Hingga Dafan selesai menyanyikan sebuah lagu tersebut. Tepukan tangan membahana terdengar di gedung resepsi tersebut. Bahkan vokalis band itu juga memuji Dafan terang-terangan.

Dafan kembali duduk ke kursinya semula. Sementara home band sudah beralih ke lagu lain. Tamu undangan juga kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Mengantri bersalaman. Berfoto bersama pengantin. Hingga mendatangi prasmanan atau stand makanan yang cukup beragam tersebut.

"Gimana, Nin?" tanya Dafan yang baru mendaratkan pantatnya di kursi sebelah Hanin.

"Lumayan lah suara lo," ucap Hanin tak mau terlihat memuji Dafan.

"Bukan itu," ujar Dafan seraya berdecak. "Mau nggak jadi ibu dari anak-anak gue?"

Rabu, 16 Maret 2022

❤️❤️❤️❤️

Eakkk!

Si Dafan emang makin tengil!

Kira-kira Hanin bakal jawab apa?

Tebak yuk tebak!

Salam hangat,
IndAwsoka

Continue Reading

You'll Also Like

50.8K 2.1K 30
Ini adalah kisah KKN yang begitu indah namun juga begitu sakit. Keduanya dirasakan Mela secara bersamaan. Cinta pertama membuat Mela sadar, tak sela...
1.7M 56.5K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
5.4M 285K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
1M 24K 6
Azka Putra, seorang ajun inspektur muda. Pintar, mapan, ganteng, serta sifatnya yang cool dan berwibawa membuatnya menjadi incaran gadis-gadis muda d...