He's My Enemy

By Lin_Woovin03

95.4K 9.8K 697

Dua berandalan sekolah Waiji yang bernotabe musuh bebuyutan, terpaksa menerima perjodohan atas ancaman dari k... More

1.......
2.......
3.......
4.......
5.......
6.......
7.......
8.......
10.......
11.......
12.......
13.......
14.......
15.......
16.......
17.......
18.......
19.......

9.......

4.2K 489 46
By Lin_Woovin03




🐺🦋

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~














"Aaaa! L-lepas "

"Argh! Shh s-sakit"

"Lepasin bangsat sakit!"

"ARGH! Hiks Jeongwoo ampun" 

Isakan mulai terdengar.

Ringisan serta rintihan yang pilu begitu terdengar parau saat ketika rahang si empunya dicengkram kuat, lalu beralih pada lehernya yang dicekik sangat kuat membuatnya tidak bisa bernapas dengan wajah yang semakin memerah padam.

Sedangkan yang menyiksa, tidak memberikan sedikit saja kelonggaran agar tidak merasakan kesakitan yang luar biasa bagi Haruto. Sejahat apapun keluarganya pada dirinya tidak akan pernah sampai menyiksa fisik seperti yang tengah Jeongwoo lakukan saat ini.

"Hiks Jeong-woo am-pun sa-kit le-pasin " Mohon Haruto dengan terbata, tenggorokannya tercekat karena pernapasannya terganggu.

Memberikan tatapan tegasnya, Jeongwoo semakin menghimpit Haruto pada dinding "Kenapa gak patuh, hm?"

Cairan bening berderai sangat deras dipelupuk mata Haruto "Ma-maa-aaf...." Sungguh berucap satu katapun ia tidak sanggup.

"Lain kali, gue gak segan buat bikin lo jera" Setelahnya, tubuh Haruto merosot setelah cekikan pada lehernya dilepas Jeongwoo. Sebelum meninggalkan tubuh ringkih itu Jeongwoo menyempatkan diri untuk menendang perut Haruto dengan kakinya.

Blam!

Pintu kamar yang tidak pernah dihuni Jeongwoo selama ini ditutup dengan keras, di apartnya terdapat dua kamar yang satunya tidak pernah Jeongwoo tempati sekalipun. Hanya terdapat satu gitar yang begitu usang serta lampu untuk menerangi dalam ruangan tersebut.

Tapi, semenjak mengurung Haruto lampunya ia ambil dan pintunya pun ia kunci. Ketika amarahnya sudah reda, biasanya Jeongwoo akan mengeluarkan Haruto dan bersikap lembut kembali layaknya kepribadian yang sangat berbeda. Mungkin saat matanya tertutup, ia berubah menjadi monster yang senang menyiksa manusia.

"Hiks Kak Ochi tolong Haru hiks Haru takut " Haruto memeluk kedua lututnya yang ditekuk karena ruangan ini sangat gelap gulita, tidak ada pencahayaan sama sekali. Juga suara tangisnya yang menggema membuatnya semakin merinding ketakutan.

"Mama Papa hiks Haru takut banget tolongin Haru hiks "

"Haru benci! fisik Haru dapet luka hiks Haru juga benci sama yang buat tubuh Haru terluka hiks "

"Haru mohon jemput Haru...... " Kemudian, ia memejamkan matanya karena lelah sudah menangis begitu lama.

Setiap kali menghukum Haruto dengan mengurungnya di kamar gelap yang tidak terpakai serta tidak dihuni tuannya itu, selama ini Jeongwoo berdiam diri di depan pintu hingga amarahnya reda sepenuhnya juga tangisan Haruto yang tidak terdengar lagi.

Selain mendengar tangisan Haruto, telinga Jeongwoo juga bisa menangkap semua lirihan Haruto yang begitu pilu. Mendengarnya, membuat hatinya ikut sakit tapi ia tidak mengerti pada tindakannya yang sudah seperti kriminal.

Padahal, ia pernah berjanji untuk menganggap Haruto layaknya barang yang sangat rapuh, jika saat tersentuh sedikit saja maka akan terpecah. Seharusnya ia menjaga serta melindungi Haruto tapi, kenyataannya tangan sialan ini bagaimana bisa hampir membunuh seseorang yang mungkin akan menjadi belahan jiwanya. Ia menatap penuh benci pada kedua tangannya yang terangkat di udara.


Karena tidak mendengar suara apapun lagi dari dalam Jeongwoo bangkit, lalu membuka kunci pintu tersebut.

Ia segera mengangkat Haruto lalu membaringkannya di kamar yang selalu ia jadikan tempatnya beristirahat, kemudian mengelap keringat serta membersihkan darah dari hidung Haruto menjadi aktifitas keseharian Jeongwoo . Sadar tak sadar dirinya semakin memperkeruh penyakit Haruto.

Pikirnya, ia sangat tidak pantas menjadi pendamping Haruto di masa depan, terlampau tidak layak.

"I don't deserve for you, Ru" Hatinya dilingkupi rasa sesal, ia mengelus pipi Haruto yang terusik.

Dapat Jeongwoo tangkap Haruto sampai tersentak kaget melihat dirinya, apa sebegitu jahat dirinya sampai Haruto yang selama ini terkenal pemberani yang angkuh menjadi ketakutan saat ketika melihat dirinya?

"Ru, maaf gue kelepasan"

Kalimat yang sama, setiap setelah Haruto mendapatkan penderitaan tersebut. Haruto tidak sebaik itu, tidak mudah baginya memaafkan kesalahan seseorang yang begitu fatal.

"Kenapa lo harus nyakitin gue? Gue udah sakit Jeongwoo jadi lo gak perlu repotin diri buat nyakitin gue! Dan kalo lo pengen gue mati gak perlu lo ngotorin tangan lo buat bunuh gue, karena tanpa lo bunuh pun gue bakalan pergi. Tolong tahan sebentar lagi, gue pastiin lo gak bakal liat gue lagi" Murka Haruto, ia melirih diakhir kalimat dengan pandangan kosong yang menitikan buliran air mata.

Kemudian Jeongwoo mendekap Haruto, hatinya merasa sakit seperti ditikam mendengar penuturan Haruto "Maaf, maafin gue Ru. Asal lo tau tiap gue ngelakuin itu gue sadar gak sadar, bahkan mata gue gelap dibutakan buat menyadari setiap luka yang gue gores ke hati lo" Walau sangat menyesal, tapi ia tidak yakin kelakuan kejinya dapat dihentikan.

"Gue mohon, lo berlaku kayak biasa pas kita selalu ngeributin segala hal dari pada kayak gini, gue cape kalo lo siksa terus. Batin gue gak sekuat itu, jangan berharap gue bisa terus bertahan" Tangis Haruto kembali pecah dalam dekapan Jeongwoo yang terasa begitu menghangatkan hati, ia tidak menyangkalnya.

"Gue juga mohon Ru, jangan ngebangkang karena itu yang ngebuat gue jadi gelap mata dan akhirnya nyiksa lo" Entahlah, Jeongwoo memohon untuk kebaikan keduanya atau diri sendiri.

Haruto memilih untuk menyamankan diri dalam pelukan Jeongwoo tanpa menjawab. Ia tidak paham pada pemikiran Park Jeongwoo yang tidak bisa dianggap wajar, bahkan untuk sekedar protes atau mengingati Jeongwoo saja percuma karena pada akhirnya, ia akan mendapatkan luka kembali.

Seperti waktu lalu, permasalahan hanya karena Haruto telat makan obat beberapa menit saja walau tidak bisa dianggap sepele, padahal masih bisa ditoleransi tapi Jeongwoo terlalu berlebihan menanggapinya.

🐺🦋


Dua minggu setelahnya, selama itu Jeongwoo tidak pernah menyiksa Haruto kembali, mungkin karena Haruto menjadi sangat penurut emosi Jeongwoo tidak mudah meledak seperti sebelumnya. Selain meminum obat tepat waktu Haruto juga mendengarkan dan melaksanakan apapun titahan serta larangan dari Jeongwoo.

Kembali lagi pada kesehariannya seperti biasa saat ketika di sekolah, mungkin juga faktor stress dan sekedar pelarian semata Haruto kembali berulah.

"Oit! Heh babu sini lo" Panggilnya pada Yeongue, si korban langganan yang sedang berjalan seorang diri.

Dengan ragu Yeongue menghampiri Haruto beserta para antek anteknya, mereka berkumpul di lorong koridor yang jarang dilewati murid lain, hanya karena terdapat dua kelas kosong yang terbengkalai dari tiga tahun lalu sebab sempat terjadi insiden yang sangat mengerikan.

Keadaan cukup sepi, terasa sejuk hingga menenangkan hati. Maka dari itu Haruto betah sekali beristirahat di tempat ini.

"G-gue Kak? Ada apa, ya?" Tanya Yeongue sembari menunjuk dirinya sendiri.

Haruto melempar selembar uang dalam pecahan limapuluh ribu rupiah "Nih, beliin gue minuman yang segar"

Yeongue segera mengambil uang tersebut tanpa menjawab apapun, baru saja ia melangkah suara Haruto mengintrupsi langkahnya.

"Mana kesopanannya sama gue yang sebagai Kakak Kelas?" Dengan sengaja Haruto menyeringai, ia tau bahwa Yeongue memiliki ketakutan terhadap dirinya.

"Iya, kok Adek Tingkat gak ada etiketnya, sih?" Seperti waktu lalu, Yedam berperan menjadi provokator.

"Jawab lo bocil!" Tuntut Junghwan.

"I-iya Kak g-gue ke kantin dulu kalo gitu" Lantas, dengan langkah tergesa Yeongue segera mengacir pergi ke kantin.

"Sepuluh menit kgak datang abis lo!" Teriak Doyoung ikut mengerjai, ia hanya bercanda tapi sepertinya dianggap serius oleh Yeongue. Soalnya, Anak itu lari terbirit birit seperti sedang dikejar anjing.

"Gabut gue" Seketika Haruto menyahut, ia paham akan tatapan Junghwan yang mengernyitkan alis padanya.

Doyoung tertawa ringan "Kita liat ntuh Anak, berani ngadep lo lagi sendiri apa kgak"

Tidak lama setelah hening menyelimuti mereka, Yeongue datang kembali dengan membawa beberapa minuman ditangannya tapi tidak sendiri.

Bermaksud menyambut kedatangan mereka berdua, Junghwan tepuk tangan dengan heboh "Wohoo! yang ditunggu tunggu akhirnya datang" Serunya menggelegar.

"Ini Kak, minumannya" Yeongue menyodorkan minuman pada Haruto yang bergeming.

"Wah, lo ngeledek Haruto apa gimana? Kayak dia anak kecil aja" Yedam memanasi kembali supaya emosi Haruto meledak.

Haruto menanggapinya dengan kekehan seringai "Sini lo" Titahnya lagi, kedua jarinya memberi gestur agar yang dipanggil mendekat padanya.

Yeongue mendekatkan diri dengan berani pada Haruto "Ini Kak"

Tangan Haruto mengambil susu kaleng yang disodorkan Yeongue, bukannya diminum melainkan Haruto malah menumpahkannya pada kepala Yeongue. Seketika tawaan teman temannya begitu menggelegar, puas melihat si korban menderita tanpa berdaya.

"Gue tadi minta lo bawain minuman yang seger bukan minuman buat bocil kek lo!" Protes Haruto karena Yeongue memang salah membeli pesanannya.

Byur

Tanpa di sangka, Inhong yang menemani Yeongue dan sedari tadi hanya diam tiba tiba menyemburkan minuman berperisa ke seragam Haruto hingga yang tadinya putih bersih menjadi berwarna.

"Noh! segerkan langsung ke tubuh lo?" Inhong dengan keberaniannya tidak sadar telah menantang Haruto, si Penguasa Sekolah Waiji.

Lain dengan pelaku, sedangkan Yedam, Doyoung serta Junghwan sudah ketar ketir karena aura suram Haruto mulai terasa.

"Pssttt sana lo pergi" Bisik Junghwan mengode pada Inhong, ia memberi gestur mengusir sebelum amukan Haruto yang seram terluapkan sampai bumi terpecah belah.

Tetapi yang di kasih kesempatan bukannya pergi, malah melayangkan tatapan tajam pula untuk menatap balik Haruto.

"Temen gue bukan babu sampe lo semena mena gitu, Kak!" Protes Inhong dengan lantang tanpa merasa takut pada salah satu sang penguasa di sekolah Waiji ini.

"Wanjir! serem juga nih anak" Gerutu Doyoung bergumam, ia saja rada ngeri merasakan aura hitam yang begitu pekat dari mata tajam Haruto.

Menggeram atas kelakuan Adik Tingkatnya yang kelewat batas, Haruto mengambil tindakan dengan menarik kerah seragam Anak yang lebih pendek itu "Lo!"

"Kenapa? Mentang mentang lo berkuasa di sini lo berlaku layaknya king kayak di kekaisaran gitu, iyah?" Cerocos Inhong dengan nyalinya yang sebenarnya ciut tapi ia lawan rasa takutnya, ya orang mana sih yang tidak kesal temannya diperlakukan seperti itu.

Kepalang kesal juga muak lihat wajah Inhong dari jarak dekat Haruto bersiap melayangkan bogeman mentah, sebelum kepalan tangannya di tahan oleh seseorang yang tiba tiba mendatangi mereka.

"Gue bilang jangan main fisik" Tegas Jeongwoo berkali kali memperingati Haruto.

"Lo ngapain, di sini?" Tanya Haruto setelah mengabaikan peringatan.

"Gue denger keributan" Jawab Jeongwoo santai, lalu dengan perlahan menurunkan tangan Haruto.

Jika sedang malas berkumpul bersama temannya di rooftop, maka Jeongwoo menghabiskan waktunya dengan tidur nyenyak layaknya mayat di salah satu kelas yang telah terbengkalai itu. Sepertinya, gosip tentang kelas itu hanya kalangan belaka saja, buktinya Jeongwoo baik baik saja tentram adem ayem selama tidur di situ.

"Kenapa Ru?" Tanya Jeongwoo setelah sesaat menyadari seragam Haruto ternodai cairan berwarna ungu.

Haruto mengadu "Tau, tuh bocil nyari ribut tiba tiba nyiram gue pake minuman dia, padahal gue gak salah apa apa orang dari tadi diem kan, ya gak gaes?" Bohongnya berusaha meyakinkan Jeongwoo dan dijawab anggukan oleh para antek anteknya.

"A-anu Kak Jeong-" Yeongue ingin menjelaskan kronologi sebentar, tapi Jeongwoo malah melemparkan pertanyaan padanya.

"Lah pala lo, kenapa basah gitu, Dek?"

"Itu ta-"

Segera Haruto menyela mencari alibi sebelum Inhong menjelaskan yang sebenarnya terjadi, agar kebohongannya berjalan dengan mulus "Itu balasan dari gue karena dia" Tunjuknya pada Inhong yang sudah berkeringat dingin "Seenaknya nyiram gue, mana gak mau ganti seragam gue lagi!"

Seberani beraninya Inhong pada Haruto dan para anteknya, terkecualikan jika menghadapi Jeongwoo si Penguasa sesungguhnya di Sekolah Waiji ini. Ia sudah ketar ketir sembari merapalkan doa dalam hati agar tidak dapat jotosan atau hukuman dari Jeongwoo yang rasa senioritasnya lumayan tinggi kalau sudah menyangkut ada yang mengusiknya.

"Apa maksud lo begitu?" Jeongwoo kini berdiri di hadapan Inhong, membelakangi Haruto yang tengah tersenyum penuh kemenangan.

"Kak Jeongwoo maaf tapi it-" Lagi, omongan Inhong diintrupsi, siapa lagi pelakunya kalau bukan Haruto.

"Alah gak usah ngelak lo, udah salah gak mau tanggung jawab terus mu ngebalikin fakta juga kan lo?" Dengan reflek Haruto melingkari tangannya ke perut Jeongwoo lalu, menumpukan dagunya di bahu tegap Jeongwoo.

Sontak Jeongwoo agak terkejut tapi dengan wajah flatnya, ia tetap mempertahakan pesona cool-nya "Nama lo?" Aura yang dikeluarkan Jeongwoo mulai suram, membuat nyali Inhong semakin ciut sampai menunduk.

"Kak tapi itu Kak Haruto yang mu-" Inhong berusaha memberikan penjelasan tapi percuma saja, karena yang menjadi lawan bicaranya sudah terbuai oleh kebohongan Haruto.

"Gue nanya nama lo?" Jeongwoo bertanya datar.

"Inhong Kak, temen gue yang ini Yeongue" Jawab Inhong dengan tenang.

Jeongwoo mengangguk "Ya udah Dek, lo bantu temen lo itu bersihin rambutnya, maaf ya kalau Haruto keterlaluan"

Sontak semua yang di sana menganga, bahkan Inhong pun yang tadinya mengira dirinya dan Yeogue akan terkena hukuman malah dibebaskan dari tuduhan Haruto. Begitupun Haruto yang langsung melepaksan pelukannya sembari menatap Jeongwoo kesal.

Begitu kedua Adik Tingkat itu pergi Jeongwoo berbalik menghadap Haruto, ah sepertinya mereka akan cekcok kembali.

"Maksud lo, apa minta maaf ke mereka dengan menyertakan nama gue?" Geram Haruto.

Jeongwoo memberi tatapan mengusir kepada Junghwan, Doyoung dan Yedam agar mereka meninggalkannya berdua bersama Haruto. Mereka bertiga yang paham pun, langsung melenggang pergi tanpa di sadari Haruto.

"Playing victim lo, gue liat dari awal pas lo nyiram tuh Anak pake susu kaleng" Memang, Jeongwoo mengamati.

"Kenapa lo tanya kalo tau, bangsat!" Umpatnya, sejenak melupakan diri bahwa ia takut terhadap Jeongwoo dengan segala kekerasannya.

"Gue pengen tau gimana cara main lo, ternyata picik juga ya lo"

"Sialan, enyah lo!"

Jeeongwoo langsung menyekram lengan Haruto yang seketika akan pergi "Kemana lo?"

Haruto menyeringai setelah menepis tangan Jeongwoo  "Nyari mangsa baru"

"Udah cukup, Ru" Larang Jeongwoo dengan lembut.

"Gak ada hak lo larang gue"

"Atau lo mau gue siksa lagi?"

Amarah Haruto seketika meluap "Gue gini karena butuh pelampiasan! Gue butuh pelarian, gue stress dan itu karena lo! Yang segampang itu nyiksa bahkan hampir bunuh gue! " Bentak Haruto melepaskan semua tekanan batinnya selama ini "Bajingan lo bangsat, apa sekarang juga gue musti dapat hukuman dari lo?! Gak perlu! Lo kalo mau liat gue mati gue udah siap lah anjir ngegores urat nadi gue di depan lo tanpa ngotorin tangan lo! " Umpatnya disertai tawanya yang renyah.

Jeongwoo baru kali ini melihat Haruto berani membentaknya, ia menyadari Haruto berlaku begitu karena kesalahan dirinya "Ru, soal itu-"

"Apa?! Mu bilang maaf dan ngulangin lagi?! " Sela Haruto.

"Ru, tenang ayo ikut gue" Setelahnya, Jeongwoo menarik Haruto yang pasrah saja dibawa pergi kemanapun.











°•••••°

200123

Triple up kgak, sieh ini?

Continue Reading

You'll Also Like

64.8K 782 22
in which isabelle cameron falls for the romantic harry styles. isabelle cameron is an working on getting her music career started with the help of so...
210K 21.4K 49
A story which discovers the lives of two individuals, Manik Malhotra and Nandini Murthy. Poles apart from each other, where one is fire and the other...
2.2K 61 21
This is a Benngiun Fanfiction, so none of it is real. Jamie thought his life is perfect up to the point where a single door ring changed everything.
192K 4K 46
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...