AURORA || on going

By fiirrlyy_

931 79 174

⚠⚠ DILARANG PLAGIAT ⚠⚠ Bukan kenyataan yang pahit tapi harapan yang terlalu tinggi sampai lupa bahwa kita bu... More

prolog?
1. SMA
2. Reja moms
3. Markas
4. Selalu ada
5. Bully
6. Luka
Cast

7. Menunggu

49 7 1
By fiirrlyy_

Halooo! Call me Alya.

"Sejujurnya, aku merindukanmu, ayo kembali dan berbahagia bersamaku."

"Ra, bangun ra.." Reja menatap sendu perempuan yang sedang terbaring lemah.

"Raa, Kara kangen..." Reja menundukkan kepalanya, air matanya terjatuh.

"Kara tunggu disini, sampai Rora sudah merasakan istirahat yang cukup" Reja tersenyum kecut, ia mengusap tangan perempuan yang ia genggam sekarang ini.

Ceklekk

Pintu ruangan Aurora terbuka, menampakkan kedua pasangan suami istri. Fira, mendekat kearah Aurora yang sedang terbaring dengan mata terpenjam.

"Sayang, cepet bangun, biar kita bisa masak bareng lagi" Fira tersenyum tipis mengingat beberapa kejadian lucu pada saat memasak bersama Aurora.

"Heeeee, Aurora nakal yaa!" Ucap Fira bercanda, Aurora tertawa. Fira mencolek krim yang berada didepannya, lalu menempelkan krim tersebut dipipi Aurora.

"Nahh sekarang kita pass!" Keduanya tertawa bersama ketika melihat wajah mereka masing masing yang sudah penuh dengan tepung dan krim.

Devano memegang pundak anak lelakinya, Reja menoleh, Devano tersenyum tipis.

"Kamu jangan kaya gini terus, biarin Aurora istirahat dulu, kita berdoa aja. Yakin kalo Aurora akan kembali, pasti." Reja mengangguk.

Anak perempuan yang Devano kenal adalah gadis yang kuat, dari kecil gadis itu sudah ditinggal oleh ayahnya. Selalu mendapatkan perlakuan yang tidak pantas untuk gadis baik seperti Aurora.

Sejahat jahat nya manusia yang menyakiti dirinya. Ia selalu baik pada orang itu. Ia tidak pernah dendam kepada siapapun, ia tidak pernah membenci siapapun. 

Gadis dengan hati lembut ini, berhak bahagia Tuhan.

--------- A U R O R A ----------

"Ra, ayo bangun. Lo harus liat Kara sekarang!" 

"Raaa.. aku gak tawuran lagi, ayo bangun. Kata kamu kalo aku gak tawuran lagi, kamu bakal turutin apapun kemauan aku" gumannya.

"Aku minta kamu bangun sekarang, ra." Ucapnya memelas.

Masalahnya, sudah lebih dari 3 minggu Aurora tak sadarkan diri. Selelah itu kah gadis cantik didepannya?

Handphone milik Reja berdering, menampakkan panggilan masuk dari Bara.

"Kenapa Bar?"

"Ke sekolah cepet anjir, ini bu Fiska nyariin" Reja berdecih, lalu mematikan panggilan tersebut secara sepihak.

Reja mengambil tasnya, lalu memasukkan ponselnya kedalam sakut jaketnya.

Ia mengusap rambut Aurora dengan lembut. Lalu mengecup kening perempuan itu.

"Aku kesekolah dulu ya? Nanti pulang sekolah aku ke sini lagi, ya?" Ucapnya dengan senyuman tipis.

"Aku harap, kamu udah bangun nanti." Reja menghela nafas pelan, lalu melangkah keluar ruangan.

Sementara itu disekolah Garuda sedang ramai karena kondisi lapangan yang rusak.

"PELAN PELAN ANJING" Rintih Ares, Nayla berdecak sebal. 

"Anjang, anjing, gue manusia!" Tak terimanya, Nayla kembali mengobati luka Ares.

"Berantem mulu lo, jelek muka lo"

"Pacar siapa sih lo Nay?" Ares menatap Nayla kesal. Nayla menekan luka Ares, membuat sang empu meringis kesakitan.

"Nasib Dion ganteng gak punya pacar, ngobatin sendiri dah" 

"IYA IYA SABAR BU! INI SAYA LAGI TELFON REJA NYA BUSETT" 

"Cepet Bara!"

"Kenapa nelfon Reja? Jelas tadi Reja gak ada pas berantem" Heran Arga, sedari tadi bu Friska menyuruh Bara atau pun dirinya untuk memanggil Reja.

"Karna kalian tawuran, lapangan jadi rusak!" Bu Friska menajam kan matanya.

"Ya kan mereka yang ngerusak, bukan kita bu, kita mah cuma ngelindungin" timpa Ares.

"Ya ya ya, saya tau, saya cuma mau klarifikasi langsung dari ketua kalian! Dan minta ganti rugi atas semua kerusakan yang diperbuat" Arga memutar bola mata malas, lalu kembali mengobati lukanya sendiri.

"JA!" Panggil Bara ketika melihat kehadiran Reja. Reja langsung berlari mendekat kearah Bara dan yang lainnya.

"Ini kenap-- EH BANGSAT SAKIT" Pekiknya, Bu Friska semakin menguatkan jewerannya ditelinga Reja.

"Bangsat, bangsat, palamu!" Ucap Bu Friska ketus.

"Eh eh, ampun Bu ampun!" Rintih Reja.

"JELASKAN SEMUANYA!" Tegasnya, Reja mulai menjelaskan kenapa ia bolos, dan kenapa musuhnya bisa datang kesini.

"Kalo kenapa bisa mereka kesini, saya juga kurang tau bu" ucap Reja sopan. Bu Friska menghela nafas dalam.

"Bereskan dan ganti semua kerusakan." Tuntasnya, lalu Bu Friska menyuruh murid murid lainnya untuk kembali masuk kedalam kelas.

"Kenapa gak bilang gue kalo sekolah diserang?" Tanyanya kepada Arga.

"Sorry, gue fikir 10 anggota sanggup. Kita juga sepakat gamau ganggu lo." Jelasnya. Reja menghela nafas gusar, lalu mengangguk. 

"Rapiin sekarang, gue mau balik kerumah sakit" Reja dan anggota Darlionsnya yang sudah diobati, langsung membereskan kerusakan yang terjadi dilapangan.

"Aurora gimana, bos?" Tanya Riko disela sela aktivitasnya.

"Aman. Dan masih sama kaya kemarin." Balasnya, Riko mengangguk lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

Tak menghabiskan waktu yang lama untuk membereskan kekacauan yang terjadi. Kini mereka semua sedang mengistirahatkan diri dikantin.

"Gak ada luka parah kan?" Tanya Reja memastikan anggotanya tidak ada yang terluka parah.

"Aman, ja." Balas Bara sambil mengancungkan jempol.

"kalo ada keributan lagi, telfon gue." Mereka semua mengangguk, lalu kembali menyesap minuman mereka.

"Ademm sariii, anjay HAHAHAH" Bara menatap Dion aneh.

"Edan nih bocah" Ares menggeleng melihat kelakuan temannya yang tidak ada habis habisnya. Namun tak semua orang yang tertawa lepas, benar benar tertawa. Bisa saja itu hanya topeng untuk menghibur diri sendiri.

Deringan handphone Reja terdengar, dengan cepat ia mengangkat panggilan itu tanpa melihat nama. Ia fokus melihat tingkah aneh sahabatnya.

"Halo?" 

"Halo, selamat siang Rejandra Margaskara, saya dokter yang mengatasi Aurora." Mendengar perkataan dari dokter tersebut, Reja menegakkan badannya. Ia memilih untuk menjauh dari teman temannya terlebih dahulu, agar lebih jelas.

"Aurora kenapa Dok?" Tanya Reja.

"Aurora tidak apa, saya hanya ingin memberi informasi bahwa Nak Aurora sudah siuman" ucap Dokter tersebut

Kedua mata Reja membinar, senyum senang terbit dimukanya.

"Terimakasih atas informasi nya dok, saya akan segera kesan" balasnya sopan, ia mematikan panggilan tersebut. Lalu kembali mendekat ke teman temannya.

"Gue kerumah sakit dulu" pamitnya 

"Aurora emang kenapa bos?" Tanya Razi

"Aurora udah sadar, gue duluan!" Reja langsung berlari meninggalkan kantin

"ASEEK RATU DARLIONS UDAH SADAR! TIDAK ADA KETUA GALAU LAGI"  Girang mereka 

"Nanti mau jenguk bu bos bareng?"

--------- A U R O R A ----------

"AURORA!" Girang Reja, lelaki itu langsung memeluk Aurora, menaruh kepalanya dipundak Aurora. Aurora erkekeh, ia membalas pelukan Reja. 

( image cr : pint )

Reja melepaskan pelukan mereka, ia menatap Aurora dengan tatapan senang.

"Cantiknya aku, udah selesai istirahatnya?" Aurora terkekeh lalu ia mengangguk.

"Jangan tinggalin aku lagi ya? Kamu gatau gimana aku selama 3 minggu lebih tanpa kamu, berantakan." Ucapnya, Aurora lagi lagi mengangguk dan tersenyum.

"Jangan ngangguk sama senyum terus, jawabb Roraaa!" 

"Iyaa Karasayangg" Reja tersenyum, lalu kembali memeluk Aurora.

"Jadi pacar aku ya, Ra?"

"Maksud.. kamu?" Tanya Aurora, memastikan pendengarannya tidak rusak.

"Aku cinta, sayang, suka, nyaman. Sama gadis cantik bernama Aurora Ayesia" ucapnya, Reja melepaskan pelukan mereka. Reja memegang bahu gadis didepannya yang sedang terbingung.

"Mau jadi ratu kedua aku setelah bunda, cantik?"

Loha haloo, bestiie.

Jadian kok dirumah sakit? Gak keren kali kau Reja.

Part kali ini pendek, sependek hidupnya si Aurora atau Siapa ya? ....

Komen disini untuk kritik, insyaAllah aku terima baik baik. ➡

See ya!

Continue Reading

You'll Also Like

110M 3.4M 115
The Bad Boy and The Tomboy is now published as a Wattpad Book! As a Wattpad reader, you can access both the Original Edition and Books Edition upon p...