1. PASSING BY

By rawrnana

8.5K 4.8K 19.2K

❝ Kamu dan segala kenangan yang tersisa ❞ ⚠️TIDAK UNTUK DIPLAGIAT⚠️ Ini Cerita keduaku, cerita yang sangat in... More

Prolog
1. the beginning of all
2. Dia yang asing
3. TODAY
4. The secret of hera
5. Mariposa
6. Temanku
7. They are bad
8. What If
9. Menetap atau pergi
10. Mago
11. Orang jahat
12. Dia?
13. Tau
14. Mulai
15. Through me
16. Putus Asa
17. Tentang dan tantang
18. Rainbow
19. Hasil
20. Makan malam dan...
21. pulang dan datang
22. A DREAM
23. Ada apa?
24. Harta Saya
25. Semua oke
26. Happin€ss
27.The next
28. To the bond
29. Aku dan rasa sakit
30. Renggang untuk menyatu
31. Usaha untuk mengutarakan
32. Hello Ra
33. On me
34. Sepeda
35. my wish
36. I know now
37. beautiful time
39. Tenang
40. Keluargaku
41. gonna leave
42. Tertidur
43. Apapun
44. Laut
45. Penebusan dan terima kasih

38. Bohong

96 71 402
By rawrnana

~•••***•••~

Alora duduk diteras depan rumah, dengan sesekali memandangi pagar rumah yang akan terbuka dan menampakkan batang hidung Hera. Namun nihil, Alora sudah menunggu sejak kemarin tapi Hera tak kunjung kembali.

Alora menelungkup kan wajahnya, diantara kedua tangannya yang ia letakkan diantara kedua kakinya.

"Mah."

Panggilan itu sontak membuat Alora mengangkat kepalanya, dan menemukan sepasang kaki dihadapannya. Diliriknya hingga keatas, ternyata itu adalah Hera.

"Hera, dari mana saja kamu?" ucapnya histeris.

"Habis main, ternyata seru juga ya pergi dari rumah." jawabnya santai, membuat Alora sempat tercekat.

Alora menundukkan kepalanya, dan meraih telapak tangan Hera, dielusnya pelan tangan anak gadisnya, "Maaf, pasti ini salah saya lagi." ujarnya.

Hera diam sesaat lalu berlalu menjatuhkan tasnya yang sempat ia pegang. Alora sempat kaget, hingga pandangannya teralih pada tas itu namun justru yang lebih kaget lagi saat Hera tiba-tiba hampir jatuh didepannya.

"Hera!!"

"Mamah, rasanya aku udah gak kuat lagi. Pahit banget hidup Hera mah." lirihnya menangis dipangkuan Alora.

Alora tentu saja bingung dan Melihat raut Hera yang sedih sontak naluri nya sebagai seorang ibu pun turut merasa sedih.

"Kenapa nak?" tanyanya seraya menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Hera.

"Ayah Hera masih ada kan ma?" Alora semakin dibuat bungkam atas ucapan Hera barusan.

"Maksudnya?" mendengar itu, Hera menyunggingkan senyumnya.

"Mamah bohong lagi, enggak capek ya mah?" tutur Hera kesal.

Alora menggeleng kekeuh, "Dia sudah tiada, kamu bicara apa Hera."

"Masih mah, ayah Hera masih ada dan bahkan selalu dekat dengan Hera!"

"Enggak Hera."

"ADA MAH!"

"SAYA BILANG DIA SUDAH TIADA, DIA PERGI!"

nafas Hera sesak, air matanya dan Alora sudah berjatuhan. Keduanya sama-sama dibuat emosi, Hera membuang wajahnya kearah lain.

"Hera udah tau mah, udah ketemu bahkan pergi ke tempat nya." lirih Hera pelan tapi mampu didengar Alora.

"Hera, dengarkan saya ... Ayah kamu itu, sudah lama tiada."

"Mah...."

"Sudah ya, kamu keliatan lagi capek dan muka kamu kayaknya pucat, istirahat ya saya suruh dokter Samuel nanti kesini."



*****

Sore hari, Jehan datang ke rumah Hera. Namun bukan bertemu Hera, tapi justru bertemu dengan ibunya yaitu Alora. Ini kali kedua Jehan bertemu Alora, dan itu membuatnya sedikit gugup.

"Misi Tante, Hera ada?" tanyanya seraya menunduk malu.

Alora menatap Jehan dengan datar, "Ada, kamu siapa?"

"Saya Jehan Tante, sekaligus tetangga Tante anaknya mama Shena, Tante kenal mama saya?" ucap Jehan diakhiri Dengan menatap Alora.

Alora menggeleng, "Enggak."

"Hehehe gitu ya, oh iya saya boleh ketemu Hera kan?"

"Hera lagi gak bisa diajak ketemu, dia harus istirahat." jawab Alora tegas.

"Enggak kok." netra mata keduanya teralihkan pada Hera yang tiba-tiba berjalan kearah pintu rumah.

Hera menatap Alora sekilas, "Dia teman Hera, jadi gak masalah kalau kita mau ketemu." jawabnya.

"Kamu lagi sakit, mending---"

"Mah...."

"Oke, cuma disini jangan pergi keluar." peringatnya membuat Hera mengangguk pelan.

Sepeninggal Alora pergi keluar untuk suatu urusan, Jehan dan Hera pergi kebelakang rumah dan duduk disebuah ayunan. Jehan melihat wajah Hera dari samping, setelah beberapa hari kehilangan Hera akhirnya Jehan dapat bertemu lagi dengan kekasihnya itu.

"Aku pikir selendang kamu udah ketemu, ternyata belum ya." ujar Jehan membuka suara.

"Maksud Lo?" sahut Hera.

"Iya, karena Lo tiba-tiba hilang beberapa hari jadi gue pikir selendang Lo ketemu dan Lo kembali kekayangan." Jehan salting sendiri usai mengatakan hal itu, sedangkan Hera tersenyum tipis.

"Ini ceritanya Lo gombal?" tanya Hera.

Jehan yang sempat tersenyum lantas mendatarkan wajahnya, "Lo nangkepnya apa emang Ra?"

"Ya gitu."

"Hera."

"Iya?"

"Masa semalam gue mimpi Lo pergi, dan parahnya Lo gak noleh ke gue." ucap Jehan.

Hera menatap Jehan yang bercerita, "Efek kangen gitu amat. Gue udah balik nih." ucap Hera.

"Oh iya lulus sekolah mau kuliah atau apa?" tanya Jehan.

"Gue mau kuliah, dan untuk jurusan gue pilih kedokteran spesialis dokter ginjal." jawab Hera cepat.

Jehan menaikkan satu alisnya, "kenapa dokter itu?"

"Gue mau nyembuhin orang yang menderita penyakit itu." Jehan manggut-manggut mendengar hal itu.

"Gue masih bingung, tapi gue pengen jadi psikolog deh Ra." ujar Jehan membuat Hera tersenyum.

"Harapan yang bagus Jehan, kalau Lo jadi psikolog gue pergi ke Lo ya." Jehan lantas tertawa.

"Buat apa? Gue kali yang harus pergi ke Lo karena rasanya jantung gue gaaman tiap kali liat Lo." Hera menggelengkan kepalanya seraya tertawa akan ucapan Jehan.

"Gue dokter ginjal bukan jantung."

"Oh iya lupa."

"Jehan."

"Iya Hera?" sahut Jehan diiringi sorot matanya pada Hera.

"Besok kita sekolah bareng jadikan? Yang waktu itu maafin gue ya, gue tiba-tiba pergi." ucapnya membuat Jehan mengangguk.

"Lo gak salah, gue ngerti Lo lagi dalam masalah pastinya makanya ngilang bentar. Dan besok gue bakal jemput Lo pagi-pagi dan kita pergi naik bus ke sekolah berdua oke?" Hera mengangguk dengan senyum lebar.

"Jehan maaf ya." Jehan menaikkan satu alisnya bingung.

"Untuk apa Ra?"

"Gue belum bisa terima dan ngerasain kehadiran Lo disini, rasanya gue takut." tuturnya, Jehan bingung tapi juga paham akan maksud Hera sebenarnya.

Jehan meraih tangan Hera, "it's okay, semuanya butuh waktu. Asal jangan kepisah aja, gue bisa terima kalau Lo gak bisa rasain kehadiran gue, tapi gue yang enggak bisa kalau Lo gaada didekat gue Ra." ucapnya membuat Hera tertegun.

"Apa gue bilang aja ke Jehan ya ... Tapi kalau reaksinya aneh gimana?"




****

"Levi!!!"

"Hera gendang telinga aku pecah kalau kamu teriak terus!!" ucap anak lelaki berusia 7 tahunan itu.

Hera kecil berkacak pinggang seraya menatap Levi yang menenteng kantung plastik berisi makanan.

"Arya beliin itu untuk aku! Bukan kamu wlee." ucap Hera mengejek Levi.

Levi tak terima dirinya berlari menjauh dari Hera, "Aku habisin ah makanannya,  gak mau bagi-bagi sama Hera jelek, galak, berisik." ucap Levi.

"ARYA!!!"

"kejar aku kalau berani!" teriak Levi.

"Gamau!"

Dugh!

Hera kecil memutar tubuhnya dan hendak beranjak masuk kedalam rumah, karena dirinya merajuk pada Levi yang pelit untuk berbagi makanan. Namun tubuhnya justru menabrak Arya.

"Eh, kenapa anak gadis?" ujar Arya, yang menyamakan tingginya dengan Hera kecil.

Hera cemberut menatap Arya, "Makanan dari Arya dibawah pergi sama Levi, Levi pelit gamau bagi." aduhnya pada Arya.

Arya tersenyum menampilkan deretan giginya, sekaligus lucu ketika melihat Hera ini.

"Tapi tadi katanya Hera gasuka, kok sekarang malah rebutan sama Levi?"

"Kan tadi masih mikir, sekarang Hera udah tentuin mau makanan itu." jawabnya susah payah.

Arya mengeluarkan coklat pada Hera, "mau ini?" Hera mengangguk dan mengambil coklat tersebut.

"Ini enak?" Arya mengangguk.

"Enak, apalagi Hera yang makan rasanya tambah manis pasti." ujar Arya membelai rambut Hera yang panjang.

"Arya terimakasih."

"Sama-sama anak gadisku."

"Ah Abang curang, padahal Hera udah mau nangis tadi." ucap Levi yang menghampiri mereka.

"Levi jahil banget, besok gak Abang beliin makanan lagi."

"Syukurin." ucap Hera.






To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

You Too? 🔞 By neela

General Fiction

242K 1.4K 8
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ----- Kanya seorang murid di sebuah sekolah menengah yang menyimpan perasaan untuk guru sekaligus wali k...
456K 16.6K 81
Wang Yibo Marvienz seorang CEO terkenal yang akan tegas dalam peraturan yang di milikinya. Sampai suatu saat ia pun bertemu dengan pria kecil yang b...
223K 12.3K 30
( sebelum membaca jangan lupa follow akunnya 👌) yang homophobia di skip aja gak bisa buat deskripsinya jadi langsung baca aja guys bxb bl gay homo ...
68.9K 5.2K 17
Menikah dengan 'dia' adalah hal yang sama sekali tidak pernah ada di pikiran Salsa maupun Lian. Kedua nya sudah menjadi musuh bebuyutan sedari kecil...