Cinta Penawar Kutukan

De chinggu313

1.3K 1.1K 390

Genre fantasi namun mengandung unsur romansa. Inilah kisah tiga anak remaja dengan kutukan masing-masing. Men... Mais

♧Prolog♧
♧Chapter1♧
♧Chapter3♧
♧Chapter4♧
♧Chapter5♧
♧Chapter6♧
♧Chapter7♧
♧Chapter8♧
♧Chapter9♧
♧Chapter10♧
♧Chapter11♧
♧Chapter12♧
♧Chapter13♧
♧Chapter14♧
♧Chapter15♧
♧Chapter16♧
♧Chapter17♧
♧Chapter18♧
♧Chapter19♧
♧Chapter20♧
♧Chapter21♧
♧Chapter22♧
♧Chapter23♧
♧Chapter24♧
♧Chapter25♧
♧Chapter26♧
♧Chapter27♧
♧Chapter28♧
♧Chapter29♧
♧Chapter30♧
♧Chapter31♧
♧Chapter32♧
♧Chapter33♧

♧Chapter2♧

94 80 59
De chinggu313

Matahari sudah tenggelam dan tugasnya untuk memberikan keterangan pada bumi kini tergantikan oleh bulan dan bintang. Malam yang sejuk ini membuat tidur seorang gadis berambut sebahu itu menjadi semakin nyenyak. Deru angin yang berhembus melalui cendela yang dibiarkan terbuka sedari sore tidak membuat tidurnya terusik. Ditemani dengan suara gorden yang bergoyang diterpa angin dan mengenai besi penyanggah jendela yang cukup nyaring namun menenangkan.

Brakk!!

Pintu kamar yang ditempati gadis itu terbuka dengan tidak santainya oleh sang pemilik kamar. Seorang anak laki-laki berusia kurang lebih 8 tahun itu terlihat menampakkan raut wajah kurang suka ketika netranya mendapati gadis itu tidur terduduk di meja belajarnya.

"Oi Romlah bangun!" bahu sempit itu dia goncangkam dengan tenaga yang lumayan membuat gadis itu segera membuka matanya.

Mata bulat dan agak berkilau itu mengerjap sebentar diikuti dengan suara uapannya. "Lo siapa?" tanyanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Anak laki-laki itu berdecak lalu menarik tangan gadis itu dan memaksanya untuk segera berdiri. "Gue malaikat pencabut nyawa lo."

"Anjir lu Gyu. Gue kira beneran." mata yang tadinya sipit dan mengantuk kini terbuka lebar khas orang melotot.

Namun agaknya anak laki-laki yang dipanggil Gyu itu sama sekali tidak memperdulikan keadaan gadis yang terlihat masih mengantuk itu. Tangan kecilnya menarik paksa tangan gadis itu untuk segera keluar dari kamarnya.

"Eh hei lo ngapain narik-narik gue sih? Ihhh Beomgyu, lepasin gue nyet!"

Setelah berhasil keluar dari kamar, anak laki-laki itu menghela nafas lalu mendongak menatap gadis itu malas. "Bodo amat ya Ter. Lu pulang sana! Punya rumah kok tidur di rumah orang."

Blamm!!

Setelah kalimat sarkas tadi terlontar dari mulut anak laki-laki tadi, pintu kembali dia tutup dengan suara nyaring tepat di depan wajah Winter yang masih bengong setengah shock itu. Tingallah gadis itu sendiri dengan keadaan sunyi di luar kamar.

Hampir tiga menit lamanya gadis itu terdiam sambil menatap kosong ke arah pintu kayu yang ada di depannya. Namun setelah sadar dengan cepat dia merubah ekspresi wajahnya  menjadi amat sangat kesal dengan bocah laki-laki tadi.

"CHOI BEOMGYU SIALAN!! GAK ADA RASA MANUSIAWINYA LU JADI ORANG!! DASAR BERUANG!!" teriaknya tanpa ancang-ancang terlebih dahulu.

Tanpa Winter sadari laki-laki yang diumpatinya tadi sudah terduduk di lantai kamarnya dengan suara ringisan kecil yang keluar dari mulutnya. Raut wajah kesakitan tercetak jelas di wajahnya.

Sambil berusaha untuk meraih sandaran kursi dan menumpu badannya untuk berdiri, laki-laki bernama lengkap Choi Beomgyu itu melangkahkan kakinya dengan pelan ke arah kasurnya berada.

"Emang bangsat tuh cewek. Tadi siang ngatain gue monyet, beberapa menit yang lalu ngatain gue beruang. Mata dan otaknya lagi bengkok atau gimana dah?" laki-laki itu menggaruk pelan kepala bagian belakangnya lalu bergantian mengusap pinggul dan bokongnya saat merasakan sakit di area itu. Sungguh, jatuh dari kursi karna terkejut mendengar suara teriakan melengking milik gadis si tetangga depan rumahnya itu sangat sakit. Bahkan sekarang niatnya untuk mengerjakan tugas menjadi hilang dan lebih memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Gue jadi bocah lagi," gumamnya pelan sambil memperhatikan kedua tangannya yang dia angkat di depan wajahnya. Jari-jari tangan kecil itu membuat Beomgyu menghela nafas pelan.

Flashback on...

"Mama tega banget ninggalin anaknya tanpa makanan sedikitpun. Seenggaknya masak dulu kek baru pergi. Dikira gue bisa masak apa ya?"

Sambil mengusap perutnya yang sudah kembali lapar, Beomgyu berjalan ke arah dapur lalu mengecek setiap isi lemari, panci, dalam kulkas maupun mangkuk-mangkuk yang ada di atas meja.

Namun na'as, tidak ada satupun makanan di sana. Dirinya kembali melirik ke arah wastafel tempat cuci piring dan melihat rantang milik tetangganya masih berada di sana dalam keadaan masih kotor. Dirinya tidak ada niatan untuk mencucinya. Bahkan piring bekas makannya tadi masih berada di atas meja bersama mangkuk-mangkuk tempat lauk tadi.

"Lapar~~"

Beomgyu memanyunkan bibirnya lalu memutuskan untuk pergi dari dapur dan berniat ke ruang tengah. Namun pandangannya menemukan Winter yang sedang tertidur di atas sofa panjang dengan keadaan telentang. Tangan dan kakinya terbuka lebar dan bahkan kaki dan tangan kanannya sudah terjulur ke bawah. Hal itu tentu saja mengundang decakan malas dari pemuda bermarga Choi itu.

"Dasar gadis bar-bar, tidur ajah gak ada kalem-kalemnya."

Namun dengan begitu, Beomgyu tetap membangunkan perempuan itu dan kemudian menyuruhnya untuk tidur di kamar laki-laki itu saja. Kasian soalnya tidur di sofa yang sempit. Entar jatuh kan gak lucu kalau lantainya retak.

Namun lain halnya dengan Winter yang sudah terlalu ngantuk dan langsung masuk ke kamar Beomgyu dan duduk di bangku meja belajar di samping kasur pemuda bermarga Choi itu. Pikirannya sudah lalot akibat terlalu mengantuk mengakibatkan dirinya lebih memilih langsung menidurkan kepalanya di atas meja dengan tumpukan buku paket milik tetangganya itu sebagai bantal. Padahal ada kasur yang empuk dan nyaman di sana.

"Perut oh perut, kenapa engkau lapar?~~"

Kepala Beomgyu terlihat bersender di senderan sofa yang di tempati oleh Winter tadi. Matanya terpejam namun jelas laki-laki itu sama sekali tidak tidur.

Mata sebelah kanannya dia buka sedikit melirik sesuatu yang di sentuh oleh tangannya tadi. Tak lama kemudian matanya berbinar dan kembali cerah saat mengetahui kalau yang dipegangnya itu merupakan sebuah roti gepeng. Roti itu sangat menggiurkan dengan toping seres coklat dan juga coklat lumer yang berada di dalam roti itu. Terlihat dari pembungkus rotinya sih seperti itu.

Tanpa babibu lagi laki-laki itu segera membukanya dan menyantap roti tersebut.

Tanpa laki-laki itu sadari, di tengah-tengah kegiatannya mengunyah roti sambil men-scroll beranda instagramnya, dirinya telah berubah menjadi sosok anak kecil berusia delapan tahun.

Dirinya baru sadar ketika pantulan wajah mungilnya terpampang di layar handphonenya yang sedang dia matikan itu. Helaan nafas menjadi responnya kemudian. Setiap dirinya memakan suatu makanan yang manis-manis pasti akibatnya akan seperti ini. Dirinya akan berubah menjadi sosok bocah kecil berusia pelantaran delapan tahun. Yah sebut itu kutukan, sebab memang itu kebenarannya.

Kutukan itu sudah mulai ketika dirinya berusia sepuluh tahun. Sudah delapan tahun dirinya hidup di dampingi dengan kutukan itu. Tia hanya pasrah dengan kutukan yang diterima oleh putranya. Hanya karena kesalahan mertuanya, Putranyalah yang menanggung akibatnya. Tia sebagai seorang Ibu tunggal merasa sangat marah kepada Ibu mertuanya yang menyebabkan putranya mempunyai kutukan seperti itu. Namun dia tidak bisa menentang takdir. Itulah takdir putranya. Dia dan putranya harus tetap melanjutkan hidup walaupun kutukan itu masih melekat di hidup putranya. Yah sampai saat ini tidak ada yang tahu mengenai kutukan Beomgyu. Hanya keluarga Winter dan keluarga Choi. Yah dengan begitu Beomgyu masih bisa bersyukur, dirinya masih bisa menikmati hidupnya dengan normal walaupun harus siap siaga jika dirinya harus berubah menjadi bocil lagi jika tidak sengaja memakan makanan atau minuman yang manis-manis.

"Aku ingin hidup normal......"


♧♧♧

Petang berganti menjadi pagi hari. Matahari kembali terbit dengan cahaya yang lumayan terik pagi ini. Namun hal itu tidak membuat semua aktifitas orang-orang terganggu. Panasnya cahaya matahari yang begitu menyengat meskipun masih pagi adalah hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Bukankah cahaya matahari pagi adalah vitamin?

"Ibu!! Cepetan nanti Winter telat!!"

"Oiii berisik! Kakak tuh kalau mau teriak jangan di samping aku, bisa gak sih?"

"Bodo amat Itaaaa.... Ibuuu cepetan!!"

Gaduh dan sangat berisik. Kata itulah yang menggambarkan keadaan salah satu rumah yang ada di komplek itu.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki terburu-buru dan menampilkan wanita setengah baya dengan sepatu kantornya dan juga baju kerjanya. Dia Nyonya Wina, ibu dari kedua gadis yang berada di ambang pintu tadi.

"Ayok-ayok cepetan ke mobil. Nanti kalian telat loh. Oi Ita! Main handphone ajah dari tadi. Mama tinggal nih."

Gadis berusia kurang dari 5 bulan lagi memasuki umur 14 tahun tersebut mendesah malas lalu mengikuti langkah kaki kakak dan Ibunya menuju garasi samping rumah.

Mesin mobil sudah menyala. Roda-roda kendaraan itu sudah mulai bergerak perlahan keluar dari gerbang rumah mereka.

"Winter! Cepetan turun lalu tutup pagarnya."

Mau tidak mau, gadis bertubuh gempal itu mengangguk mengiyakan lalu melaksanakan perintah sang Ibu.

Di saat dirinya ingin kembali ke mobil, dirinya dibuat berhenti sejenak ketika pandangannya tertuju pada rumah di depan rumahnya. Di sana, terdapat laki-laki remaja seumurannya berseragam sekolah namun berbeda dengan seragamnya sedang keluar dari rumah dan hendak mengeluarkan motor miliknya.

"Oi monyet! Cepetan napa. Nanti keburu telat akunya!" Winter melirik sinis Ita yang sedang menyembulkan kepalanya lewat jendela mobil lalu kakinya berlari memasuki mobil dengan cepat.

Tangan kanannya bergerak menepuk pelan pundak sang Ibu yang duduk di bangku kemudi. "Jalan Bu," titahnya.

"Dipikir Ibu kamu ini supir apa?" sangat pelan namun tegas suara wanita setengah baya itu terdengar. Namun Winter tidak terlalu mengubrisnya dan lebih memilih menurunkan kaca jendela mobil yang ditumpanginya dan menyempatkan untuk menunjukkan jari tengahnya kepada laki-laki berseragam tadi. Kebetulan mobil mereka melewati pemuda itu yang juga hendak berangkat kesekolah menggunakan sepeda motor seperti kelihatannya.

"Sabar Beomgyu yang ganteng anaknya V BTS. Ingat di sana masih ada emaknya. Jangan sampai berbuat dosa pagi-pagi."






♧♧♧

Ting.... ting... ting

"Diharapkan kepada siswa-siswi sekolah Smart Hight School untuk segera memasuki kelas masing-masing. Pelajaran selanjutnya akan segera di mulai. Mohon perhatiannya dan terima kasih..."

Suara dari speaker sekolah menggema nyaring ke seluruh penjuru gedung itu. Siswa-siswi yang tadinya masih berada di kantin, perpustakaan, rooftop atau tempat lainnya selain di kelas mereka akhirnya kembali ke kelas. Bunyi langkah kaki yang menggema di karidor, semakin lama semakin sunyi bersamaan dengan masuknya semua murid di dalam kelas masing-masing.

"Good morning students!"

"Morning teacher~~"

Masing-masing kelas sudah di isi oleh pengajar sesuai jadwal masing-masing. Seperti keadaan kelas XII-2 saat ini. Kelas mendadak hening ketika sang guru sudah bersuara dan masuk ke dalam kelas itu.

Namun agaknya beliau tidak sendiri. Terdapat seorang remaja laki-laki dengan balutan hoodie berwarna abu-abu ikut berjalan dan berdiri di sampingnya. Dengan senyum pepsodennya membuat semua siswi yang berada di kelas itu tak berkutik pada pandangan laki-laki itu. Selain dua orang wanita bertubuh gempal yang duduk di bangku barisan paing depan sih.

Bukannya terpesona dengan paras pemuda itu, keduanya malah menatap malas dan saling melirik satu sama lain.

"Hari ini kita kedatangan siswa baru. Dia pindahan dari sekolah tetangga. Silahkan perkenalkan namamu Nak."

Anak baru itu mengangguk lalu menatap satu-persatu wajah murid di kelas itu. "Nama saya Choi Beomgyu, panggil saya Beomgyu saja," ucapnya memperkenalkan diri setelah sempat membungkuk tadi.

Tatapan murid baru bernama Beomgyu itu tertuju kepada Giselle dan Winter. Keduanya kini terlihat saling berbisik satu sama lain dengan saling mencondongkan badan untuk lebih dekat satu sama lain. "Saya harap kita bisa berteman baik semua," lanjutnya lagi lalu kembali menatap seluruh penjuru kelas.

"Halo Beomgyu~~ eh aku boleh panggil kamu sayang gak?"

"Yeeee ngerdus mulu lo tiap liat cowok cakep..."

Dia Yuna. Cewek cantik dan bertubuh tinggi serta ramping. Cewek yang bersahabat dengan cermin kecil yang selalu dibawanya. Mendengar celetukan Yuna membuat seisi kelas heboh meneriaki dan menjaili Yuna. Namun tampaknya Yuna tidak peduli dan tetap memusatkan perhatiannya pada Beomgyu yang tersenyum manis ke arahnya.

Ibu Tara menggelengkan kepalanya pelan, pusing melihat sikap anak muridnya yang absurd itu. Terlebih lagi kepada Shin Yuna, cewek itu tidak pernah malu untuk menggoda para murid laki-laki di sekolah ini secara terang-terangan.

Setelah dirasa tidak ada lagi yang perlu diperkenalkan, Ibu Tara menyuruh Beomgyu untuk duduk di bangku paling belakang yaitu bangku kosong di belakang Sunoo.

"Sok cool banget tuh orang. Jijik gue liatnya."

Giselle menoleh lagi ke arah Winter yang barusan bersuara. Tampak jelas kalau cewek itu tidak terbiasa melihat tingkah dan wajah serta senyum manis Beomgyu si murid baru tadi. Ingat! Winter dan Beomgyu itu tetanggaan. Tiap hari ketemu dan pastinya sudah tau kelakuan masing-masing.

"Iri bilang bos," sarkas Giselle sambil membuka bukunya mencari halaman yang sudah dituliskan oleh Bu Tara di papan tulis.

Winter yang mendengarnya tentu saja mendelik tidak suka. "Gak rela kalau mantan lu gue gituin?"

Giselle menggidikkan bahunya tak peduli diserta dengan sekali gelengan kepala. Merasa tak ambil pusing dan tidak peduli terhadap salah satu sahabatnya itu.

"Tuh anak kenapa gak bilang kalau mau pindah ke sini sih njir? Malah satu kelas lagi. Kalau dia ngelapor ke Ibu tentang rutinitas gue kan berabe."





Tbc.....

Continue lendo

Você também vai gostar

1.2M 106K 52
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
186K 587 4
pak bima yang tadinya setia berubah menjadi pencinta wanita
3.7M 363K 96
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
92.5K 6.4K 23
Arsyakayla Attaya, biasa dipanggil Kayla seorang gadis berumur 18 tahun. Ia adalah gadis yang ramah dan lembut ia juga sangat baik dan perduli terhad...