Undercover ╏ SooGyu ✓

By hanwistereia

175K 17.9K 5.4K

[lokal-AU] pura-pura pacaran sampai lupa kalau cuman pura-pura More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12.2
13
14
15
16
17
17.2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29.2
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
51.2
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
childish flower (1/3)
childish flower (2/3)

71 - last

1.6K 114 25
By hanwistereia

Meraih tangan lainnya dalam genggam. Jemarinya yang terlingkup dalam kepal bergerak kecil tanda reaksi, bukan reaksi tanda enggak suka, malahan sebaliknya.

Bayu menyunggingkan senyum lebar pada Sandi sebelum selantasnya beralih pada hamparan laut di sisi lainnya.

"Gue kira bakal sama panasnya kayak pas siang."

"Lo kedinginan?"

"Enggak kok, biasa aja." Bayu menoleh melihat lengan polos Sandi dan mengusapnya pelan. "Lo kedinginan gak? Cuman pake kaos doang."

"Gak terlalu, biasa aja."

Bayu cuman mengangguk.

"San,"

"Apa?"

"Lo pernah gak sih..."

"Pernah apa?"

Bukannya menjawab, Bayu malah menggigit bibir bawahnya pelan sebelum menggeleng. "Enggak, lupain aja." Bayu nyengir lebar setelahnya, perubahan ekspresi yang signifikan sampai Sandi terhenyak dan enggak segera tanggap merespon lepasan gandengan tangan secara tiba-tiba.

Tapi Bayu melepas pegangan tangan untuk berjongkok dan melepas sepatunya.

"Ngapain buka sepatu?"

"Karena mau nyeker."

"Y-ya maksudnya ngapain lo nyeker gitu? Udah malem gini, jalannya udah gelap. Kalau ada kerikil atau beling gimana? Kalau kaki lo nginjek benda tajam terus kegores—"

Cup

"Bawel banget." Bayu menjulurkan lidah sambil melompat mundur menjauhi Sandi yang terbengong di tempat lantaran 'serangan mendadak' yang nyaris kena sudut bibirnya.

"Ahahaha!" Bayu tertawa senang sambil berlari kecil. Entah Sandi akan langsung mengejarnya atau enggak, tapi pastinya bakal tetap disusul kalau pikirannya sudah 'terbuka'.

Di pertengahan jalan, langkah Bayu melambat. Kepalanya tertunduk seketika, menatap butir pasir putih kecoklatan menempel di sela-sela jemari kakinya, sampai ombak pantai menghampiri dan meluruhkan pasir-pasir di kakinya.

Lantas tatapannya beralih, menatap hamparan pantai yang bermuara sampai ujung laut sebatas garis horison. Gelap. Sekarang bukan tanggalnya rembulan bersinar terang seluruhnya, bahkan bintik bintang di langit pun sebetulnya tidak segemerlap cahaya dari lampu-lampu pijar dari tempat penginapan dan lingkaran hiruk pikuk manusia di sekitarnya.

Pandangan Bayu tiba-tiba tersibak oleh kibasan putih yang berasal dari tangan besar Sandi yang telah menyusulnya. Pemuda Desember itu menatap setengah ngeri.

"Jangan ngelamun jir, gue gak mau lo kesurupan Ratu Pantai Selatan terus tiba-tiba nyebur dan hilang."

"Omongan lo jelek banget."

"Kalau gitu jangan tiba-tiba ngomong terus gak jadi terus lari sambil ketawa terus tiba-tiba ngelamun sambil lihat laut. Bikin merinding aja."

"Gak usah lebay deh, San, yang di pantai gak kita doang." Bayu menunjuk sekelilingnya.

"Iya, ada setan juga cuman gak keliatan." Sandi menukas, meraih tangan Bayu yang menunjuk dan menggenggamnya. "Mumpung masih di sini, mau jajan gak?"

"Di sini mau makan apa? Pop mie? Gak boleh kan? Ikan bakar? Gak mau, itu sih bukan jajan. Bakso? Gak mau juga, gak worth it ngebakso di pantai."

"Ya udah, lo mau makan apa?"

"Makan elo?"

"Lo kalau gak mau makan bilang aja gak mau."

"Kata siapa gue gak mau makan? Mau kok, mau banget malahan," Bayu tersenyum menyebalkan dan berbisik tepat di depan wajah Sandi. "Makan elo—AAHNGG!"

Bayu bersungut-sungut memegangi hidungnya yang dicubit keras banget oleh Sandi yang malah menolehkan kepalanya menatap sekitar. Celingak-celinguk melihat warung atau kedai yang ada di pesisir pantai dengan kapasitas sudut pandang yang terbatas, sampai gak sengaja malah kontak mata dengan abang-abang yang sedang kipas-kipas jagung bakar di warung semi permanen dari kayu.

Abang dengan topi krem itu nyengir menatap Sandi, mengangkat satu biji jagung bakarnya, "Jagongna bade, Kang?" (jagungnya mau, mas?) mungkin itu yang dikatakannya dari gerak bibirnya.

"Jagung bakar tuh, boleh lah." ternyata Bayu menyadari 'interaksi' mata antara Sandi dan abang jagung bakar.

Sandi mengangguk dan membawa keduanya ke sana.


ღ。◦◝。


Sandi dan Bayu duduk memakan jagung bakarnya di tempat duduk dengan atap teduh berbentuk sama-sama semi permanen yang tersedia gak jauh dari sana, cukup terhindar dari arahan asap pembakaran, dan menghadap langsung ke pantai yang gelap.

Bayu masih dengan kaki gak bersepatu, melipat kedua kakinya ke atas, duduk menyila dengan nyaman. Sepasang sepatunya diletakkan di sisinya.

"Nanti lo gendong gue ya sampai parkiran." kata Bayu tiba-tiba.

Sandi langsung protes. "Ngapain? Emang lo bayi."

"Kaki gue kan kotor kena pasir, gak bisa langsung pakai sepatu. Kalau jalan nyeker entar kena benda kasar atau tajam gimana?"

"Ya siapa suruh nyeker. Udah tau gelap-gelap gini. Udah lo gelinding aja!" semprot Sandi. "Atau cuci kaki pakai air minum atau air pantai aja dah,"

Bukannya balik sewot, Bayu malah terbahak. "Lo tuh yaaaa, ngeselin banget bacotannya tapi lucu! Sadar gak sih?"

Gak menjawab, Sandi cuman melengos.

Masih bertahan dengan cengirannya, Bayu malah mendekat dan menjatuhkan kepalanya bersandar di pundak Sandi tapi sayangnya si empu langsung gerak-gerak kayak ulet, risih.

"Diem, gue lagi makan."

"Babi lagi lewat juga tau lo gak lagi koprol." Bayu malah merangkul tangan kanan Sandi yang memang dipakai buat memegang jagung bakarnya.

"Lepasin ah!"

Tapi Bayu malah makin mendusel, membuat Sandi makin uget-ugetin badannya, lama-lama akhirnya Bayu melepaskan diri. Memakan jagung bakarnya sendiri dalam diam.

Yang mana sebetulnya malah Sandi yang berakhir overthinking karena tiba-tiba dilepas. Duh, pasti pacarnya ngambek. Tapi masa' habis disuruh pergi tiba-tiba ditarik ngedeket lagi? Kan gak lucu.

"San, lo pernah mikir gak sih," Bayu tiba-tiba berujar membuat obrol lagi.

"Apaan?"

"Mikir..." Bayu malah mengambangkan ucapannya, terlihat ragu.

Mungkin bukan sesuatu yang terlalu bagus? Sandi agak khawatir kalau itu soal Bayu dan seputar keluarganya lagi. Apakah terjadi sesuatu lagi sebelum-sebelum ini? Atau ketika berkunjung tahun baru bersama Oma-Opanya ada seorang sanak saudara mengatakan hal yang kurang mengenakan lagi? Atau—

"Lo... pernah mikir gak sih, hubungan kita ini sebenarnya baik atau enggak?"

Atau—sesuatu... yang lain.

"Maksud gue," Bayu buru-buru menjelaskan. "bukan baik atau buruk secara perilaku. Masksud gue—duh, gimana bilangnya..."

Sandi berhenti memakan jagung bakarnya dan menatap Bayu, mengalihkan atensinya pada pacarnya. "Kenapa? Bilang aja."

"Gue... takut ini bikin salah paham, tapi... maaf, gue ada sedikit keraguan juga."

"Makanya, bilang aja. Kalau menurut lo ini bikin salah paham kalau gue gak tahu, tapi apa yang mengusik lo itu tetep bikin rancu."

Selebihnya, gue gak mau lo yang ragu dan malah... sambung Sandi dalam hati, dan malah ninggalin gue.

Namun dia sendiri enggak berani menuntaskan presepsi yang sempat terlintas itu dan men-denial­-nya.

"Oke, sebenarnya gue cuman... takut." Bayu turut menyisihkan makanannya. "Honestly, I've been thinking about this many times. Tapi bukan dalam rentang waktu yang lama, it just comes out of the blue, when I'm just sinking alone... when everything seems to be good, at that moment, I'm started thinking.

"Apa yang gue punya itu... apa bakal selamanya? Selamanya sampai finale yang sebagian besar orang-orang harapkan—dan bukan berarti gue bukan termasuk orang-orang tersebut. Tapi... gue cuman...

"Did I deserve you?"

Di momen itu, muncul sebuah ledakan. Tidak besar. Muaranya nampak dari salah satu penginapan di sekitar pantai. Suaranya bergema samar-samar, cepat teredam oleh debur ombak dan obrol orang-orang di sekitar. Antusiasme pada ledakan itu sama besarnya dengan pecahan kembang api di atas langit. Wujudnya juga tidak besar sekali namun mungkin itu jadi satu-satunya yang paling meriah bagi mereka yang menyalakannya di sana.

Hati kecil Bayu menciut melihat ekspresi wajah Sandi yang samar-samar di antara gelap dan lampu pijar ala kadarnya.

"Lo... marah ya... gue nanya gitu?"

Sandi mengerjap sesaat dan menggeleng pelan. "Enggak,"

Bohong.

Yes, it's a lie. He's mad, a little bit.

"Beneran?"

"Iya."

"You sure?"

Tapi Sandi tetap mengangguk.

"Do you really not mad at all? Because I'm always be this confident all this time. You sure you aren't angry at all because with this stupid shit suddenly comes into my head when at the first place I've told you there's nothing perfect belonging. It's okay to be not that good, it's okay to be clumsy, it's okay to be forgiveness, it's okay just to be yourself as—"

"And it is okay buat mempertanyakan kelayakan diri sendiri dan ragu." Sandi menyela. "Its just a simply normal thing, I thought... at least its not overly..."

"Right, it just... I'm feeling so grateful... to meet you... to know you, to have you."

"Sama, gue juga. Gue juga, Bayu." Sandi menatap serius sekali. "Even we just knowing a bit late, but now I've think about that. It is not late at all. We must knew at that past, not even now or later."

"Yeah," Bayu menimpal ringan sebelum berujar lagi. "Gue tuh, sebenarnya—tepatnya dari hubungan terakhir gue, karena terakhir kalinya gue diselingkuhin dan sampai putus, gue jadi agak males buat berhubungan sama orang sebenarnya. I mean, untuk hubungan lebih serius gitu. Gue pikir bakal mendedikasikan hidup gue buat fokus kuliah sama main-main aja. Bahkan sekali pun gue semisal ada hubungan lagi sama seseorang, gue pikir buat gak terlalu serius, buat gak terlalu  berharap. People come and go, I realize it. Gue juga masih terlalu muda, masih terlalu naif buat terpaku pada masa depan yang gak pasti itu.

"But many times happened. Kadang gue masih mikir, seandainya gue maafin sikap Jenar waktu itu... atau seandainya gue menyerah sama Zidan—"

"NO." Sandi protes keras, bukan dari suaranya, tapi dari tekanan intonasinya dan pelotot mata serta dahi berkerutnya.

"Oke, yang terakhir itu kasus orang gila, jadi skip aja," Bayu mengangkat tangannya.

Tapi Sandi sepertinya masih terusik, meskipun itu sendiri telah cerita yang jauh lampau, tapi itu membekas kuat dalam ingatannya. Ingatan Bayu juga.

Tapi kalau Zidan gak bertingkah dulu, gue gak akan pernah tahu perasaan Sandi sebenarnya, pikir Bayu begitu tapi pada akhirnya enggak dia ungkapkan.

Bahu Sandi ditepuk pelan, "Okay, we both knows this conversation didn't have definitive conclusion at all, let's end it from my side. It's time by your side."

"Hah?"

"Ayolah, emang lo gak mau protes sama pikiran gue yang kayak gitu? Meskipun tadi lo bilang gak pa-pa, but I'm sure you have thought, let's share it. It just both of us."

"Yah..." ekor mata Sandi bergerak, tanda bahwa dia tidak mau membahas ini tapi di satu sisi dia pun juga turut terusik.

Tepatnya, dia pernah punya waktu di mana bahwa dia juga memiliki pikiran yang sama dengan Bayu. But it was long time ago when he's falling for him and... after he knew if Bayu has the same feeling for him.

"Gue juga pernah, mikir... apakah gue layak buat elo?"

"You do." Bayu langsung menjawab sembari tatap Sandi dan cetak senyum.

Itu membuat Sandi tertarik dan bertahan buat menatap balik. "Same with you, Bayu. I'm so grateful to have you."

"So, both of us deserve each other, aight?"

"Y-yeah," Sandi agak malu mengakuinya dari mulutnya sendiri.

Tapi dia senang, sangat senang sekali karena bisa bersama dengan Bayu, dan cowok Maret itu pun juga merasa puas karenanya.

Jadi, mereka tahu, setelah adanya keraguan kecil yang akhirnya pilih diungkap dan didasari sikap masing-masing yang penuh afeksi, bahwa tanpa ditutur lagi pun, itu sejelas pengungkapan cinta diantara desau malam.

Tap

Sandi hampir berseru kaget ketika ada yang menepuk pundaknya tiba-tiba.

"Hapunten, Kang, jangan ciuman di sini ya. Gak etis."

Untuk pertama kalinya, Bayu malu karena bertingkah haha-hihi membuat Sandi yang mau tak mau beralasan karena ditinggal kabur pacarnya sambil teriak.


ღ。◦◝。


"Sayang gak sih nyuci kaki pake air minum," Bayu berujar sambil sedikit manyun.

Sandi menutup botol minumnya dan langsung meremukkannya. "Ya mau gimana lagi? Kalau lo gak lari tadi mungkin bisa mampir ke toilet dulu."

Bayu jadi makin manyun.

Tapi itu gak berlangsung lama karena ketika Sandi membuang bekas botol minum, Bayu sudah meraih lembaran tisu buat mengelap kakinya. Tapi lagi, di tengah-tengah itu, pergerakan tangannya ditahan.

Lantas tanpa berujar apa pun, Sandi mengambil alih lembaran tisunya dan mengelap kaki Bayu.

"EEHHHH, LO NGAPAIN?!" Bayu menahan tangan Sandi. "Ini gue sendiri aja—"

"Biar sekalian nanti gue buangin sampahnya."

"Ta-tapi gak usah sampai—"

"Badan lo aja gue elap, masa' kaki doang lo ketar-ketir?"

"Y-ya, tapi kan..."

"Udah, diem aja."

Pada akhirnya, Bayu diam menurut. Membiarkan Sandi mengelap kakinya sampai ke sela-sela jemari kaki, dan tidak perlu waktu lama untuk itu.

Kala Sandi berbalik pergi untuk membuang bekas tisunya, Bayu menelungkup memeluk lipatan kakinya sambil mengerang pelan.

Thats not fair, I can't reject it. Pemuda Maret itu mengeluh dalam hati. Merutuki debaran jantungnya akibat tindakan yang Sandi lakukan. Memang sih, benar apa kata doinya, itu bukan perlakuan yang tidak familiar yang bahkan hampir bisa dibilang kebiasaan.

Tapi tetap saja, rasanya kayak kurang afdol kalau jantung Bayu gak jumpalitan.

"Lo kenapa?"

Bayu mengangkat wajah menatap Sandi yang telah ada di hadapannya bertanya dengan tampang bingung menyebalkannya, seperti biasa.

"Kebelet beol?" dan tanya yang menyebalkan juga.

Bayu merengut. "Lo tuh yaaaaaa,"

"Apa sih? Gue kenapa lagi???"

Nyebelin, but I fell too harder.

Enggak mendapati jawaban segera, Sandi menyentil pelan dahi Bayu. "Ayo balik," katanya lantas mengangkat tubuh Bayu dan memindahkannya ke jok di samping pengemudi.

"Uhm, sir, you don't have to do this but thank you."

"Well, urwell I guess." Sandi mengendikan bahunya dan memasangkan sabuk pengaman sebelum segera berputar memasuki mobil.

"Lets change the mood." Bayu bergerak mengutak-atik playlist lagu.

Sandi hendak mempertanyakan, memang apa masalahnya dengan mood sekarang? Tapi urung karena lantunan lagu duluan diputar dan terdengar di dalam mobil lewat speaker.

"I can give you all I have, call me anytime.
I'll do anything for you, whatever you want
did I make you confused, ooh
about what I just wanna do

I'll be your listener every time you feel down
I'ma make a lot to see the movie that you love
spend the time with you, you
turn the night into light blue, blue

Let's light the mood
I just wanna let you know I fell with you
you're the only change in my mood
from the black to the blue
wrapped in blue, blue, blue, blue, blue, blue
wrapped in blue, blue, blue, blue, blue, blue..."


Entah mengapa, tanpa alasan pasti, tapi bibir Sandi menyunggingkan senyum tanpa dirinya sendiri sadar sepenuhnya. Padahal di dalam mobil itu tidak ada percakapan berarti karena Bayu malah merenggangkan punggungnya dengan sandaran mobil yang dibuat lebih rendah dari sebelumnya. Tapi sepertinya tidak ada yang keberatan dengan kehampaan obrolan saat itu.


"...stop talking, lay you down
do you mind if I get a lil' closer?
save your energy made for the race
let me love you like the way you do

Monday meet me
give it to me
and I believe it
and so when I, I, I
how can I treat you right tonight
I'll try anyway, hey, hey..."


"San,"

Sandi melirik sepintas.

"Di depan lampu merah."

"Iya, terus?"

"Kalau pas kedapetan berhenti—"


"...stop talking, lay you down
do you mind if I get a lil' closer?..."


"—let's kiss."


"...save your energy made for the trace
let me love you like the way you do..."


Laju mobil tetap dalam kecepatan stabil dan sepersekian sekon melewati lampu merah, tetap berjalan lurus.

"Maybe we don't get the chance."

"Well then, let's make out instead."

"Make love."

"Ya, itu maksud gue. Nge—"

"Oke, oke!" Sandi menyela cepat sembari menginjak pedal gas lebih dalam.

Bayu tersenyum dengan kepala menoleh menatap pacarnya di sebelahnya.


"...Monday meet me
give it to me
and I'll believe it
and so when I, I, I
how can I treat you right tonight?
I'll try anyway hey, hey..."


Ah, jadi meskipun masih banyak keraguan dan tanya di dalam diri, setidaknya sekarang tidak ada yang perlu ditutupi lagi kan—


—soal perasaan mereka?


—undercover : fin.


[20-03-2022]

edited: 12-11-2022


the official fict already fin, mari tepuk tangan terlebih dahulu *tepuk tangan*

there's a lot thing i want to talk about, tapi karena terlalu banyak seperti biasa sistem manusia di otak biasanya malah kacau wkwk (alibi)

aku tahu (mungkin) kebanyakan dari temen-temen gak mau series ini berakhir, but well... secara main plot sendiri sebenarnya gak ada lagi masalah yg mau dibahas (ya sebab masalah hidup sejatinya selalu terus beriring selama kita hidup (((ga gitu))))

wkwkwk intinya aku mohon maaf karena harus mengakhiri series undercover ini, secara setengah tiba-tiba juga meski sebenarnya aku udah sempet bilang beberapa kali di beberapa kesempatan kalau 'undercover mau tamat', rencana awal mau kutamatin langsung dari chapter 70 langsung ke chapter last 71

TAPI

AKU

MALAH MENGHILANG

KEMUDIAN

KEMBALI DENGAN CERITA SELINGAN (read: childish flower)

YANG HARUSNYA KUPUBLIS SETELAH INI TAMAT

*bersimpuh* *menangkupkan tangan* *menangis* *aegyo*

tolong jangan marahi aku, hatiku ini selembut kasih sayang ibu

karena aku sudah banyak meminta maaf, maka tidak lupa aku pun akan mengucapkan terima kasih , arigatou, terimakamsahamnida 🙏 🙏 🙏

terima kasih banyak buat teman-teman yang udah menyempatkan baca ceritaku ini baik pembaca lama, pembaca baru, pembaca yg banyak nawar (DICORET), buat semuanya aku mengucapkan terima kasih baanyaaakk yg baanyaaakk banget ehe

beomgyu selaku pemeran karakter(?) bayu crissana juga mengucapkan trimakasih dan memberikan cinta yg banyak

ini beomgyu

ini bayu sama sandi hehe


oh iya, aku mungkin dalam beberapa waktu ke depan (entah lama atau enggak) gak bakal publish cerita soogyu dulu (mungkin) soalnya aku masih punya beberapa cerita yg belum tamat dan aku sendiri merasa belum bisa atur waktu buat nulis atau membuat sesuatu dengan susunan plot yg baik

but don't worries, aku akan tetap menghalu di akun twitter ku entah itu cuman celotehan stress atau prompt atau short au atau drabble atau dsb-nya, meski aku gak bisa janji bakal tetap rajin update juga karena sejatinya aku pun tetap manusia yang hidup sebagai makhluk yg dinamis (HALAH)

hehe ._.

dan untuk hal lainnya lagi, karena aku masih ada cerita selingan dan beberapa bonchap yang masih mandek di otak, mungkin setelah ini bakal ada beberapa cerita tambahan tapi aku gak tahu kapan, so sorryy TT_TT

tapi mungkin aku bakal mengupayakan bakal mengicil itu walau harus butuh seribu tahun lamanya~ (gak juga sih, emang hiperbolis aja)

okay, mungkin untuk saat ini sekian dulu dari aku, sekali lagi terima kasih banyak ya! gracias~! >_<

see you! ♡♡♡♡♡

Continue Reading

You'll Also Like

9.2K 869 15
Kim Dohoon adalah anak dari pengusaha terkemuka di Korea yang ingin mewujudkan impiannya menjadi pianis sukses. Namun keluarganya terus mencoba mengh...
61.3K 4.2K 30
"bro" but like romantically. top!bin • bot!hao started : 31-03-2023 ended : ?? was 1st in #zhanghao was 2nd in #zhanghao was 5th in #hanbin was 6th...
410K 30.4K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
30.9K 3.7K 18
[SEASON 1 & 2 : END] Selalu ada cerita dibalik musim panas yang terik. Kisah tentang dua orang yang memiliki dunia yang berbeda bertemu. Lee Han, sis...