Umur Ansa= 18 tahun (baru lulus SMA. Dan mau lanjutin kuliah di Negara Reane. Ceritanya tuh dari luar negri.)
🐟Happy Reading🐟
"Pfft-- kikikik.." Reane berusaha menahannya sekuat tenaga. Perutnya bahkan sampai sakit karenanya.
Ansa menatap Reane kesal. Sedangkan Reane masih berusaha meredakan tawa tertahannya.
Setelah dikira cukup. Reane menatap om nya. Kembali menahan cekikikan nya.
"Apa yang om p-pfft--pakai?" Reane mencoba tersenyum ramah. Menatap Ansa yang sudah bersender di dinding.
"Anggap saja kau tidak pernah melihatnya." Ucap Ansa sambil menatap Reane datar. Reane tersenyum kecut. Sudah terlanjur melihat. Akan terus diingat dong..
"Mmn." Gumam Reane sambil berjalan menuju kulkas.
"Om sedang apa?" Tanya Reane sambil berusaha membuka kulkas besar didepannya. Setelah berhasil terbuka, ia mengambil satu botol berukuran besar. Lalu meletakannya di meja dapur. Tentunya dengan susah payah.
"Om?" Reane menoleh. Menatap om nya yang juga sedang menatapnya masih dengan posisi bersender di dinding dengan bersedekap dada. Reane menutup mulut nya rapat-rapat. Sungguh! Wajah om nya yang tertutup masker wajah sangat lucu. Berbeda sekali dengan tadi saat di ruang tamu.
"Cepat. Aku mau naik lagi." Reane tersenyum kesal. Kalau itu ia juga tahu. Memangnya ia harus berfikir kalau om nya ingin tidur disini gitu?
'Tinggal menjawab pertanyaannya apa susahnya sih?!' Dumel Reane dalam hati. Tetapi wajah nya tetap menunjukkan senyuman. Ia mengambil satu gelas lalu membuka tutup botolnya.
Dengan hati-hati ia mencoba menuangkannya. Keringatnya bahkan turun.
'Pliss jangan ada drama...'
Reane mengerutkan kening kala ia merasa botol besar yang ia pegang menjadi ringan. Ia menatap keatas. Ternyata om nya sedang membantunya.
"Lepas. Jangan sok-sok an, kau masih kecil." Reane melepaskan tangannya. Batinnya bergejolak dasyat mendengar ucapan om nya yang satu ini.
'SIALAN KAU $G@#÷¥°☆&!! KAU PIKIR AKU JUGA SUKA MENJADI KECIL?!'
Berbeda dengan batinnya, saat ini Reane sedang tersenyum dengan lembut. Bahkan Ansa yang menatapnya heran. Apakah bocah ini tak lelah melengkungkan bibirnya terus?
'Benar-benar bocah aneh.'
Ansa menurunkan botol tadi dan menutupnya. Berjalan, berniat mengembalikannya ke kulkas. Sampai ia berhenti karena dihadang oleh Reane.
"Jangan! Reane akan membawanya ke kamar." Ucap Reane lalu meloncat berusaha menggapai botol itu. Tapi gagal, karena Ansa mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Minum cepat." Ucap Ansa masih mengangkat botolnya. Reane mencebikkan mulutnya. Lalu berjalan menuju meja, letak gelasnya.
Glup. Glup. Glup.
"Kemarikan!!" Seru Reane sambil menjulurkan tangannya kedepan. Meminta botol miliknya(?)
Ansa berjalan menjauhi Reane. Menuju tombol lampu tadi. Reane yang tahu apa kelanjutan kegiatan om nya itu berlari mendekat. Lalu memegang ujung bajunya.
"Ck. Menyebalkan." Ucap Ansa lalu menekan tombol lampu. Dan seketika dapur menjadi gelap. Hanya terterangi sedikit, karena lampu kecil dari tengah ruang tamu.
'Kau pikir kau tidak menyebalkan?!'
'Bahkan Adim lebih baik!!'
Ansa berjalan menaiki tangga menuju lantai atas. Dengan Reane yang mengekorinya, bersama sumpah serapah di lubuk hatinya.
'Tinggal bilang mau bantu bawa botol apa susahnya sih?!'
Setelah sampai lantai dua. Ansa tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dan Reane menubruknya. Reane mendongak, menatap Ansa kesal. Persetan dengan kesan baik, ia sudah terlanjur benci dengan om nya satu ini.
"Apa?" Tanya Reane tak santai kala Ansa terus memandanginya. Bahkan leher Reane sudah pegal karena terus mendongak.
"Dimana kamarmu?"
Reane berjalan mendahului Ansa tanpa mengatakan sepatah katapun. Dan diikuti Ansa.
"Sini!" Perintah Reane kala sudah sampai didepan pintu kamarnya. Menjulurkan tangannya untuk kedua kalinya. Sedangkan Ansa masih tetap bergeming ditempatnya. Tidak menghiraukan Reane.
"Om!!" Reane meloncat, mencoba menggapai botolnya. Tetapi lagi-lagi Ansa mengangkatnya tinggi. Dengan senyum. Meremehkan.
Reane bisa melihatnya karena didepan kamarnya terdapat satu lentera kecil. Tidak cukup terang, tetapi bisa untuk melihat wajah menyebalkan Ansa.
Reane semakin naik pitam. Ia menginjak kaki Ansa. Tetapi Ansa berhasil menghindarinya. Reane menginjak yang satunya. Dan berhasil dihindari lagi.
"Om maunya apa sih?!" Kesal Reane dan menghentikan aksi sia-sia nya.
Ansa diam sejenak.
"Jangan panggil aku om, aku masih muda. Dan tampan." Ucapnya masih mengangkat botol Reane. Reane menaikkan satu alis nya.
'Tampan katanya? Dih pede amat. Tapi bener.'
Reane birfikir sejenak.
"Oke paman!" Ucap Reane. Lalu menyunggingkan smirk. Membuat Ansa tersentak sebentar. Tetapi setelah itu tersenyum miring.
'Sedikit... menarik.'
"Paman juga jangan." Ucapnya lalu menurunkan botolnya. Tetapi tidak memberikannya kepada Reane.
Dengan tidak sabaran Reane menerjang Ansa. Mencoba merebut botol itu lagi. Tetapi untuk kesekian kalinya. Reane gagal.
"Gak mau!"
"Kembalikan botol nya dulu!" Perintah Reane sambil berkacak pinggang. Menatap om nya dengan garang. Dan yang ditatap, dengan santainya melempar-lepar botol berukuran besar tersebut.
"Panggil aku 'kakak' dulu." Ucap Ansa lalu menunduk. Mendekatkan wajahnya pada Reane. Dengan wajah yang sudah berubah datar. Dan mata elang yang menatapnya tajam.
"Huh!" Reane memalingkan wajahnya kesamping. Mana sudi ia memanggil manusia jelmaan setan didepannya dengan sebutan 'kakak'. Mimpi.
Ansa berjalan melewati Reane. Membuka pintu kamar Reane masih dengan memegang botol di satu tangannya.
Reane segera mengejar Ansa. Menarik baju piyama nya dengan sekuat tenaga. Tetapi sia-sia. Malah ia yang terseret.
"Kapan aku bilang om boleh masuk kesini?!" Pekik Reane masih dengan posisi terseret. Ia melepaskan tangannya lalu berlari menghadang langkah Ansa. Yang sudah berada di tengah-tengah kamarnya.
"Aku akan keluar kalau kau memanggilku 'kakak'." Ucap Ansa lalu melewati Reane. Lagi. Ia mendudukkan dirinya di kasur Reane. Lalu berbaring miring dan kepalanya bertumpu pada tangan kanannya, ia menatap Reane dengan ekspresi angkuhnya.
"Ck, iya-iya! Kakak!"
"Sudah kan?!" Reane dengan cepat mengambil botol dari tangan Ansa. Dan berhasil. Ia tersenyum kemenangan.
"Tidak usah bangga. Aku memang berniat memberikannya." Ucap Ansa masih tetap berbaring miring di kasur Reane. Mengamati keponakannya dengan wajah triplek nya.
'Tidik isih binggi. Iki miming birniit mingimbilikinnyi. Bacot!!'
Reane meletakkan botol nya diatas nakas dengan pelan. Lalu berjalan menaiki kasurnya dari sisi lain. Ia tak ingin terlibat drama dengan om nya ini lagi.
Saat sudah sampai diatas kasur. Reane mengangkat kakinya. Lalu menendang punggung Ansa yang membelakanginya.
"Bukan hanya kecil dan jelek. Kau juga tidak punya tenaga sama sekali." Cibir Ansa. Ia turun dari kasur. Berjalan ke arah pintu. Lalu keluar dari sana dan menutupnya. Meninggalkan Reane yang terdiam disana.
'Hah?'
Jelek.jelek.jelek.jelek.jelek.jelek.jelek.
Kata-kata itu terus berputar dikepalanya.
'Setan itu bilang apa tadi? Jelek katanya? Wah gila...'
'AWAS KAU LAIN KALI!!'
TBC.
Nih bab full ama adegan
Reane-Ansa ya hehe.
Adim ama Raska rebahan santai dulu. Ntar baru nongol wkwk.
Nih bab emang agak pendek sih. Tapi gpp lah... kan?
Ada ta-kata buat mereka ga nih?
-Reane
-Ansa
-Adim
-Raska
-Zeline