Wakasa's Mine (Wakasa x Reade...

By littlesimpppp

46.5K 7.1K 435

"Jangan terlalu ketus, nanti kalau jadinya suka, malah repot." -Wakasa Imaushi- More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Ekstra Part-1
Sequel
Wakasa's Mine 2

Ekstra Part-2

2.1K 304 36
By littlesimpppp

Hari ini seperti biasanya Wakasa berkumpul dengan teman temannya di bengkel milik Shin. Jarinya dengan lihai memetik senar senar gitar sementara mulutnya asyik mengulum lolipop yang memang selalu ia sediakan.

"Tumben." Ucap Takeomi menatap Wakasa.

Wakasa mengernyit, "Tumben? Maksudnya?"

"Tumben sekali kamu di sini dan tidak bersama (Name)." Lanjut Takeomi.

Pria itu menghempaskan tubuhnya pada sofa sembari merangkul Wakasa. Satu tangannya ia pakai untuk merongoh sakunya, mengambil sebatang rokok dan menyalakannya.

"(Name) menghabiskan waktu dengan Narumi hari ini." Jawab Wakasa sembari kembali memainkan gitar di pangkuannya.

"Benar benar luar biasa." Benkei menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Dia akhirnya bisa mendapatkan gadis incarannya."

Wakasa menyeringai, "Tentu saja."

"Shin, mungkin kamu harus berguru pada bajingan ini." Teriak Takeomi ke arah Shin.

Ucapan pria itu berhasil membuat sebuah lap kotor mendarat sempurna di wajah Takeomi. Berbagai umpatan kasar otomatis keluar dari bibir pria itu.

"Tapi mengapa gadis semanis (Name) mau berpacaran dengan orang sepertimu?" Cibir Takeomi.

"Cukup katakan secara langsung kalau kamu iri." Ucap Wakasa.

Kini Wakasa lha yang mendapat tinjuan di perutnya dari Takeomi.

"Hmm, apa (Name) punya sahabat yang bisa dia kenalkan padaku ya." Gumam Takeomi.

"Dia hanya punya satu sahabat, dan aku pastikan (Name) tidak akan membiarkan sahabatnya didekati pria buaya darat sepertimu." Jawab Wakasa menohok.

"Kalau begitu aku akan merebut (Name) saja." Takeomi menyeringai, moodnya sedang ingin mengganggu Wakasa sekarang.

"Oh kalau begitu bersiaplah untuk mati, keparat!" Wakasa mengacungkan jari tengahnya.

"Mungkin kalian harus tenang karena pedebatan tidak bermutu kalian hanya akan mengganggu pelangganku." Shin buka suara.

Pria itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua temannya itu.

Ponsel Wakasa berbunyi membuat Wakasa buru buru mengambilnya. Senyumnya terkembang sempurna saat tau bahwa itu adalah (Name) yang menghubunginya.

"Halo, princess?" Sapa Wakasa.

Mendengar ucapan Wakasa, Takeomi buru buru menirukan gerakan orang muntah. Hal itu membuat Wakasa menatap tajam pria itu.

"Uh, bisa kamu berhenti memanggilku dengan sebutan itu?" Keluh (Name) di sebrang sana.

Wakasa terkekeh, "Aku tau kamu sedang salah tingkah. Tidak perlu malu malu."

Dapat Wakasa bayangkan (Name) yang pasti sedang memutar bola matanya sembari menggerutu kesal.

"Terserah!" Ketus (Name) akhirnya. "Kamu dimana?" Tanya (Name).

"Di kamar hotel dengan gadis lain!" Teriak Takeomi lantang. Tinju Wakasa sukses mengenai wajah pria itu.

"Itu bohong! Aku bersumpah, (Name)!" Ucap Wakasa panik.

"Oh, sedang di hotel dengan gadis lain." Jawab (Name).

"Aku kekasihmu, harusnya kamu lebih percaya denganku!" Protes Wakasa.

Pria itu terperangah saat mendengar tawa kecil (Name). "Aku tau, lagipula kalau kamu sampai berani melakukannya kamu pasti sudah mati." Ucap (Name).

Wakasa mendesah lega. Buru buru ia bangkit dari sofanya. Sebelum beranjak menjauh, ia sempatkan menendang tulang kering Takeomi membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"Jadi, tumben sekali kamu menghubungiku duluan. Kukira kamu akan sibuk dengan Narumi." Jawab Wakasa setelah menjauh dari teman temannya.

"Ya, si Narumi sialan itu mengajak aniki pergi dan melarangku untuk ikut. Dia bilang ini usahanya untuk mendapatkan hati aniki dan sebagai sahabatnya aku harus mendukungnya dengan tidak ikut mereka pergi." Cerita (Name).

"Aku akan menghajarnya setelah dia pulang nanti."

Tawa Wakasa menyembur keluar. "Perlu aku temani kamu di rumah?" Godanya.

"Tidak perlu, aku tidak percaya dengan pria yang punya aura buaya darat sepertimu." Balas (Name) menohok.

"Kamu tega sekali, (Name)."

Dapat Wakasa dengar (Name) menghela nafas. "Kamu dimana?"

"Bengkel Shin." Jawab Wakasa.

"Oke, aku akan datang ke sana dan membawa makan siang." Ucap (Name).

"Ehh, sebenarnya aku di apartemenku. Datang saja ke sana." Jawab Wakasa sembari tersenyum licik.

"Kalau begitu aku tidak jadi datang." Jawab (Name) dengan nada datar.

"Baik baik, aku di bengkel Shin." Wakasa mendengus. Nampaknya (Name) terlalu pintar untuk ditipu.

"Oke, tunggu aku di sana." Jawab (Name).

Panggilan terputus dan Wakasa tersenyum tipis. Ia akan bertemu kekasihnya sebentar lagi.
...........

(Name) berdiri di depan bengkel yang sudah beberapa kali ia kunjungi. Pada tangannya ia menggenggam rantang berisi makan siang dan beberapa camilan, seperti yang ia janjikan pada Wakasa melalui sambungan telepon.

(Name) melangkahkan kakinya memasuki bengkel itu. Di dalamnya ia dapat melihat beberapa orang yang sibuk dengan urusannya masing masing.

"Oh, (Name)!" Sapa Shin. Pria itu tersenyum ramah sembari mengusap noda oli di wajahnya.

"Aku harap aku tidak mengganggu." (Name) tersenyum tipis. "Kamu tau di mana Wakasa?"

"Di sini." Sebuah tangan melingkar di pinggang (Name) diikuti aroma parfum yang sudah ia hafal diluar kepala.

(Name) menoleh dan menemukan sosok Wakasa yang sudah tersenyum ke arahnya.

Wakasa sendiri terpesona dengan penampilan (Name) hari ini. Gadis itu memakai rok kain berwarna putih di balut sweater rajut berwarna hitam.

Cantik, namun membuat Wakasa tidak tenang menyadari mata beberapa orang pria yang ada di bengkel kini tertuju ke arah (Name).

"Aku memasakan makan siang untuk kamu dan teman temanmu." Ucap (Name).

"Woah, kamu memasakan untuk kami juga?" Seloroh Shin.

(Name) tersenyum manis, "Tentu saja. Aku pikir tidak ada salahnya. Toh, kalian teman teman Wakasa."

Wakasa semakin menempelkan tubuhnya pada (Name) membuat (Name) mengernyit.

"Apa ada tempat untuk kita makan siang bersama?" Tanya (Name).

"Tentu ada. Ayo." Ajak Shin.

Ketiganya tiba di sebuah ruangan tertutup yang di dalamnya terdapat dua orang pria lainnya. (Name) tau itu Takeomi dan Benkei. Wakasa pernah bercerita padanya.

"Wah kekasih Wakasa." Sambut Takeomi.

"Kalian tau, (Name) memasak untuk kita semua." Ucap Shin.

"Luar biasa, (Name)." Takeomi mematikan rokoknya.

(Name) duduk pada sofa yang ada di ruangan itu dan Wakasa segera mengambil duduk di sampingnya. Tidak hanya itu, dia melepas jaketnya dan menggunakannya untuk menutupi paha (Name).

Menyadari perhatian kecil yang Wakasa berikan membuat (Name) tersenyum sumringah.

Pada akhirnya kelimanya makan bersama sama. Cukup banyak menu yang (Name) siapkan. Bahkan gadis itu juga menyiapkan puding buah sebagai pencuci mulut.

"(Name), aaaaa." Wakasa membuka mulutnya membuat (Name) segera menyuapkan sesendok puding di mulutnya.

"Serius? Kamu tidak malu bertingkah seperti itu?" Cibir Takeomi.

"Kamu hanya iri." Balas Wakasa.

"Ngomong ngomong, kamu baik sekali sampai repot repot memasak untuk kami." Benkei buka suara.

"Bukan masalah." Jawab (Name).

"Terima kasih banyak, (Name)." Lanjut Shin.

Setelah selesai membereskan semuanya, Wakasa berpamitan pada teman temannya dan mengajak (Name) pergi jalan jalan.

"Jangan terlalu sering tersenyum pada orang lain." Protes Wakasa.

"Kenapa?" Tanya (Name).

"Senyummu itu bisa membuat orang jadi menyukaimu. Jadi kamu hanya boleh tersenyum padaku." Ucap Wakasa.

(Name) menggelengkan kepalanya. "Wakasa, kamu bisa akrab dengan Narumi. Jadi aku juga ingin bisa akrab dengan sahabat sahabatmu."

Wakasa terperangah, pria itu mengapit pipi (Name) dengan lembut dan mengecup bibir gadis itu. (Name) mematung, wajahnya sangat memerah saat ini.

Wakasa menyeringai.

"Jangan melakukan itu lagi di depan banyak orang!" Ucap (Name) salah tingkah.

"Justru tujuanku agar orang orang tau kalau (Name) milik Wakasa." Jawab Wakasa.

(Name) menundukkan kepalanya, "Kamu membuatku malu."

Wakasa tersenyum dan memasangkan helm pada kepala (Name). "Ayo kita berkeliling tokyo."

"Princess."

HUWWAAAAA ada yang kangen cerita ini ga? Happy reading all ♡
Dan kayaknya ini ekstra part terakhir, hehehe.

Continue Reading

You'll Also Like

79.6K 13.3K 17
❝ 𝙱𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚋𝚞, 𝚘𝚔𝚎 ❞ Tidak perlu berharap lebih. Pangkatnya saja yang mengatakan sebagai informant bonten. Kenyataannya sih lebih mirip k...
7.9K 958 30
Konbu. kata itu adalah kata pertama yang Inumaki ucapkan padaku. ⚠️⚠️⚠️ -Author tidak mengcopy/meniru cerita lain. -Karakter bukan sepenuhnya buatan...
13.7K 1.6K 27
[AU, Thriller, Mystery, Crime, Detective, Romance] Hilangnya Levi Ackerman, sang Prajurit Terkuat Umat Manusia, membuat seisi tembok gempar. Untungla...
21.4K 3.1K 16
I will never let you go -