Undercover ╏ SooGyu ✓

By hanwistereia

162K 17.2K 5.3K

[lokal-AU] pura-pura pacaran sampai lupa kalau cuman pura-pura More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
12.2
13
14
15
16
17
17.2
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29.2
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
51.2
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
68
69
70
71 - last
childish flower (1/3)
childish flower (2/3)

67

1.1K 154 76
By hanwistereia

Nyaris Sandi terjatuh mengikuti langkah cepat Bayu menuruni tangga, terlebih lagi tangannya setia digandeng erat dalam genggam.

"Sandi udah mau pulang?" tanya Ibu melihat keduanya turun dari lantai atas.

"Mau ngomong sama Ayah." jawab Bayu yang berarti 'tidak' atas tanya Ibunya sebelumnya.

"Eh, mau ngomong apa?" Ibu menatap keduanya yang kini saling lirik sebelum Bayu menjawab lagi sambil membawa keduanya mendekat.

"Itu... Sandi mau ngajak aku main."

"Oh, boleh, ke mana—"

"Ke Anyer."

Ibu terdiam dulu sejenak.

"Ke Anyer 3 atau 4 harian, Tantenya Sandi ada vila di sana. K-kalau boleh..."

Padahal baru beberapa waktu sebelumnya Bayu nampak bersemangat seolah yakin, namun kini bahkan hanya di hadapan Ibunya, dia mendadak gugup. Kegelisahannya dapat dirasakan Sandi dari tangan mereka yang masih bersahut, di mana kedua jemarinya bergerak pelan mengusap jemari Sandi yang teruntai.

Jadi Sandi menarik Bayu pelan agar duduk di sofa dan beralih pada Ibu, kali ini Sandi yang berbicara.

"Maaf Tante, kalau diizinkan, Sandi mau minta izin buat ngajak Bayu liburan main ke Anyer. Kebetulan ada vila punya Tante saya, kakaknya Mamah di sana. Bukan vila besar sih, lebih mirip rumah biasa, tapi lumayan kalau hanya untuk menginap, makanya Sandi berencana mau ngajak Bayu main ke sana, mumpung masih liburan."

"Oh, gitu..." Ibu mengangguk mengerti. "Nanti perginya naik apa? Mobil?"

"Iya, Tante."

"Berdua aja sama Bayu? Atau bareng sama teman-teman yang lain?"

"B-berdua Tan..."

"Oh, iya..." Ibu mengangguk-angguk lagi, tapi gak lantas berkata sesuatu untuk selanjutnya membuatnya ditatap gugup oleh dua orang yang lebih muda.

"Bilang sama Ayah juga ya? Kalau Ibu sih ngizinin aja," kata Ibu lantas beliau beranjak dari tempatnya sambil berujar, "Sebentar, Ibu panggil Ayah dulu, tadi barusan banget masuk kamar sih habis ngobrol sama Pak Ujang."

"Iya, Tante." Sandi dan Bayu kompakan mengangguk, keduanya dilanda hening selain dari bunyi speaker televisi.

"San, ternyata daritadi kita gandengan." Bayu menoleh pada Sandi.

"O-oh, iya ya." Sandi menarik tangannya perlahan, bertepatan dengan Ibu yang kini kembali dengan Ayah yang kini duduk persis di tempat yang sama dengan Ibu sebelumnya.

"Iya, jadi kenapa, Nak Sandi?"

Seketika Sandi lebih dari gugup. Rasanya dia gak akan heran kalau ada keringat dingin sebesar biji jeruk menetes dari pelipisnya, meski yah, kayaknya itu terlalu berlebihan.

Lagipula Ayah Bayu masih sama seperti biasa-biasanya. Dengan mukanya yang ramah di antara ketegasan dan garis menua di wajahnya. Figur yang di beberapa bagian mirip dengan Bayu, namun lebih dewasa dan tegas. Ada lesung pipi tunggal di satu sisi wajahnya, itu yang paling kentara tercetak pada replikanya.

Sandi berdehem pelan, menjelaskan hal yang sama seperti pada Ibunya Bayu.

"Perginya berapa hari?"

"Tiga atau empat hari mungkin, Om." Sandi melirik Bayu di sebelahnya. "Tergantung juga sama Bayu-nya."

"Emang kamu maunya berapa lama, Bayu?" Ayah turut menatap Bayu.

"Ngh, yah... kalau boleh sih... empat hari...?" Bayu melirik Ayahnya gugup.

"Kenapa lama banget? Kan cuman ke Anyer."

Iya sih, tapi Bayu gak punya alasan pasti untuk menyahut, dan sepertinya Ayahnya tidak memerlukan jawaban atas tanyanya itu karena telah menyahut lagi.

"Tiga hari aja ya? Nanti Arga kangen sama kamu kalau kelamaan."

Bayu langsung mengangguk, "Iya, gak pa-pa."

"Ya udah," Ayah beralih pada Sandi lagi. "Berangkatnya nanti Jumat kan? Pagi atau siang?"

"Sekitar jam 10-an, Om."

"Ya udah, berangkat pagi aja, barangkali macet di jalan."

"Iya, Om."

"Ya sudah kalau gitu, hati-hati ya di sana."

Spontan Sandi dan Bayu langsung bersorak lega dalam hati.

"Iya, Om, makasih banyak ya Om."

Setelah itu, Ayah beranjak untuk kembali ke kamar, tapi sekalian saja Sandi pamit pulang lantaran malam sudah semakin larut dan rasanya kurang sopan jika masih bertamu sampai sekarang.

Sandi sudah hendak langsung melangkah keluar seorang diri tapi Bayu lebih dulu menahannya.

"Aku anterin, bentar San, bentar! Jangan pergi dulu!" buru-buru Bayu beranjak kembali ke kamarnya. Pasti untuk mengecek Arga.

Sementara Bayu pergi, pikiran Sandi malah beralih ke hal lain, 'aku' katanya, tadi Bayu bilang 'aku'...

Mereka gak pernah merubah gaya bicara mereka sejak awal bahkan sampai keduanya berada dalam di hubungan lebih serius. Dan Bayu yang menyatakan dirinya dengan 'aku' bukan yang pertama kali Sandi dengar, namun dia gak mengira bila itu ditujukan untuknya secara pribadi, rasanya berbeda.

It feels nice and cute.

"Ayo, San!" Bayu sudah nongol lagi dan langsung menarik Sandi keluar rumah dengan terburu-buru. Sudah kayak lagi diusir dari rumah dan harus buru-buru minggat.

"Gue mau ngobrol sama elo." kata Bayu sambil dorong Sandi.

"Apaan?"

"Jalan dulu aja udah, cepetan! Di sini masih kelihatan entar!"

"Apaan sih—?"

Protesnya lekas dijawab kendati tanyanya belum sepenuhnya usai lantaran Bayu tiba-tiba mendorong tubuh Sandi ke sisi samping rumah entah-siapa. Buat punggungnya menghantam tembok di belakangnya dengan cukup keras membuat si pemuda Desember itu meringis pelan, biasanya sih Sandi bakal spontan langsung protes, tapi cuman sampai di sana sebab Sandi duluan dibungkam oleh lumatan bibir tipis Bayu di miliknya.

Tubuh Sandi terasa disengat seketika ketika tekanan lembut dan hangat—juga sedikit basah di sela-sela—menempel pada bibirnya. Tangannya bergerak lambat meraih pinggang pacarnya, namun Bayu duluan menarik diri dengan perlahan sampai Sandi bisa merasakan bekasnya antara samar-samar sebab kecapnya terasa seperti kedip tak dikira.

"Depan rumah gue dipasang CCTV soalnya," celetuk Bayu diiringi cengir, lantas kecupi Sandi di rahang dan pipi kemudian memeluknya.

"Gue sayang sama elo, Sandi."

Ucap Bayu mengembuskan bisik menggelitiki tengkuk Sandi. Kepalanya ringan dan nyaman berpangku di pundak lebar Sandi. Tubuhnya... tubuhnya hangat dalam lingkaran lengan yang memeluk.

Sandi dipenuhi kesadarn bahwa Bayu tidak sekecil ini dalam ingatannya, namun gapai dalam lingkar pelukannya terasa sebaliknya. Sandi ingin meyakini bahwa tubuh Bayu memang sedemikian pas dan tepat untuknya.

Embus napas ditarik pelan namun dalam. Campur udara malam dan feromon khas milik si kecil. Semuanya memenuhi paru-parunya yang dilepaskan lambat dan panjang yang beriring dengan bisik lainnya.

"I love you more."


It feels nice. Just with Bayu... it feels right.


ღ。◦◝。


Dan datanglah di hari yang telah dijanjikan, di waktu yang telah ditunggu, pada momen yang dinantikan.

Sandi sengaja menjemput Bayu di rumahnya, lagipula Bayu perlu berpamitan dengan si bocah.

"Es kim!"

"Iya, iya, nanti dibeliin es krim. Nih, janji." Bayu mengaitkan jari kelingkingnya dengan milik adiknya.

"Udah sana cepet berangkat, nanti keburu makin siang."

"Iya, Bu." sahut Bayu dan ketika dia beralih pada adiknya, tiba-tiba bibinya nyengir. 

Perasaan Arga enggak enak seketika, dan kewaspadaannya tetap kalah cepat bereaksi ketika Bayu menerjang memeluk erat Arga dan langsung memborbardirnya dengan ciuman banyak-banyak di wajahnya.

"AAAAAAA!! No no no NOOOO! Ayu baaadd! Ibuuuu tolooooongggg!"

Pelukan dilepas setelah Arga berhasil menggaplok muka kakaknya dengan sepenuh hati dan langsung berlari memeluk Ibunya tapi Bayu cuman ngakak dan baru berhenti ketika Ibunya berseru supaya gak mengisengi Arga terus.

"Ya udah, dadah, berangkat dulu yah."

"Iya, hati-hati ya Bayu, Sandi."

"Iya, Tante," Sandi mengangguk dan membawa barang Bayu dan diletakkan ke kursi penumpang di belakang.

"Ngapain bawa gitar, mau ngamen?"

"Kalau gak boleh ya udah, turunin lagi!"

"Gak pernah bilang gak boleh."

Bayu mencibir, "Ya emang kemarin lo sendiri yang bilang gak pa-pa gue bawa gitar, sekarang malah diprotes."

"Udah, buru naik."

Lantas keduanya memasuki mobil. Bayu masih melambai dari jendela mobil karena Arga berseru lagi.

"Ayuuuu, es kiiimmm!!"

"Ogaaahh!"

"AYUUUU!!"

Bayu tergelak. "Iya, iyaa!! Dadah!"

"Kebiasaan deh," Sandi berdecak.

"Gemes tau ih,"

"Emang iya, dibanding kakaknya."

"Maksud lo, gue jelek?"

"Lo gila."

"Orang gila pacaran sama orang gila, jadi gila kuadrat."

"Goblok."

"Hush, diam. Lo bukan Hiroshi Kamiya, jadi dilarang banyak bacot." Bayu meletakkan telunjuk di depan bibir Sandi. "Mari kita nyetel lagu seperti biasa, boleh San?"

"Iya."

"Lo ada kepengen denger lagu apa gitu gak?"

"Enggak, sok aja."

"Bener nih? Gak pengen dengerin lagu wibu apa gitu kek."

"Enggak."

"Enggak pengen atau enggak bener?"

"Lo turun sana."

"Oke deh, btw, lo mau disepong gak?"

Sandi langsung terbatuk-batuk heboh.

"Gak usah aneh-aneh!"

"Ih, padahal gue serius nawarin. Barangkali lo suntuk kan nyetir mulu, biar gak tegang gitu loh."

Pipi Bayu dicubit gemas. "Diem gak lo?"

"Aduuhhh, iya iya! Bercanda doang, anjir! Auuwww!"

Bayu akhirnya berhenti bertingkah dan menyetel lagu.

"To be young and in love in New York City (in New York City)
To not know who I am but still know that I'm good long as you're here with me
To be drunk and in love in New York City (in New York City)
Midnight into morning coffee
Burning through the hours talking

Damn, I like me better when I'm with you
I like me better when I'm with you
I knew from the first time, I'd stay for a long time 'cause
I like me better when
I like me better when I'm with you

I don't know what it is but I got that feeling (got that feeling)
Waking up in this bed next to you swear the room
Yeah, it got no ceiling
If we lay, let the day just pass us by
I might get to too much talking

I might have to tell you something

Damn, I like me better when I'm with you
I like me better when I'm with you
I knew from the first time, I'd stay for a long time 'cause
I like me better when
I like me better when I'm with you..."


Satu tangan Sandi bergerak mengusap halus di puncak kepala kesayangannya kemudian turun membelai pipinya, yang lantas diraih oleh Bayu setelahnya. Dikecupnya buku tangan Sandi sebelum dipangku di atas pahanya dengan jemari saling tergenggam.

Perjalan mereka, makan waktu tiga jam.


[22-12-2021]

Continue Reading

You'll Also Like

1M 84.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
73.7K 13.8K 24
➢ ፧ sunwoo itu cuma cowok tertutup yang di benci banyak orang disekolah. dan haknyeon sukses bikin orang ternganga dengan kata-katanya, "sunwoo, kam...
72.1K 11K 17
-',✎ Hanya kisah seorang Han Jisung si pembaca kematian. -', ✄ Collaboration with : @leehalq
36.4K 6.8K 30
Felix tidak tau setan mana yang merasuki raga nya ketika mengiyakan perjodohan yang orang tuanya tawarkan semudah itu-hanya karena ia merasa putus as...